Contents
TIKET
Part 6
MB turun dari motor ojeg. Tukang Ojeg itu mengeluarkan handphonenya. Membuka aplikasi-aplikasi yang bertuliskan status alay M@5@G3 no plus, P1j1t Urut C@p3k, m@s@ge, dan sejenisnya. Dia mulai ngechat beberapa. Dan beberapa menit kemudian mendapat balasan. “Nih Bang ada yang balas, ada yang 350 mesti ready di hotel atau apartemen, ada yang 250 include room, ada yang 200 outcall.” “Yang include room aja Pak.’ Tukang Ojeg itu membalas yang diminta MB. Dan langsung mendapat balasan. Dan terus berlanjut saling balas. MB hanya menunggu. “Nih, Abang disuruh nunggu di gate 1 ntar dijemput dia. Bilang kalau saudaranya. Tapi dia mesti kasih tip ke satpam supaya bisa bawa Abang masuk.” “Oke, ini untuk Abang,” MB menyerahkan uang seratus ribuan. Tukang Ojeg itu menerimanya. Memboncengkan MB lagi. Meluncur ke gate 1. MB diturunkan di gate 1. Tak lama wanita setengah baya, menghampirinya dan mengajak masuk menerobos gate keluar yang sudah di portal dan dihalangi dengan pot-pot besar. Wanita itu mengajak MB berjalan kearah tower Akasia.
MB hanya mengikutinya jalan wanita itu menuju lorong yang menghubungkan pintu pass ke lift. Wanita itu memencet lift. Lift terbuka. Mereka masuk. Wanita itu mengakses lantai 1 di tower itu. Lift terbuka. Wanita itu menghampiri pintu apartemennya yang berhadapan dengan lift. MB mengikuti wanita itu masuk kedalam apartemennya yang berbentuk studio. Tower Akasia lantai satu, pukul 00.17 wib Kasur busa telah disiapkan. MB melepas kaos dan celananya. Dia mengambil pulpen dan kertas yang tergeletak di kotak dekat kasur itu seraya rebahan tengkurap. Sambil dipijit dia mencatat nomor telfon yang direncanakan termasuk nomor anaknya si Ajeng. “Kalau sewa room disini sehari berapa ya Mbak?” “Ada yang 350 full furniture, ada yang 300, kalau studio kayak punya saya ini ada yang 250 sehari.” “Kalau saya numpang tidur disini aja abis mijit boleh gak bayar 250 jadi kan total saya bayar 500 ke Mbak.” “Mau sampai jam berapa?” “Jam 6 pagi bangunin saya karena mesti langsung berangkat.” “Boleh kalau gitu.” MB merogoh kantong celananya dan mengeluarkan uang 500 ribu diletakkan kotak kecil dekat tempat dia rebahan dipijit wanita setengah baya itu. “Oya Mbak, saya butuh sim card yang masih bisa kepakai tapi udah gak dipakai Mbak ada gak?’ “Tuh yang disamping uang Abang ada sim card bekas saya dulu masih bisa dipakai sebulan, pakai aja kalau Abang perlu.” MB mengambilnya. Mematikan handphonenya.
Mengeluarkan sim card dari handphone pemberian anaknya. Memasukkan kembali nomor-nomor yang diperlukan. “Satu lagi Mbak. Bisa tolong pijitin saya supaya besok saya bisa BAB, udah 3 hari gak bisa BAB saya Mbak.” “Iya tenang aja nanti saya refleksi jari-jari kaki Abang besok pasti bisa BAB.” “Mantap Mbak ini ada semua yang saya perlukan.” MB dipijitin hingga terlelap tidur pulas. Tower Akasia lantai satu, pukul 06.06 wib MB terbangun mendengar secangkir kopi sedang diaduk. Dia melihat jam tangannya. “Saya mesti berangkat.” “Mandi dulu Bang, ngopi dulu, kalau mau merokok tuh ada rokok saya.” MB hanya menyeruput kopinya beberapa kali. Membasuh wajahnya dengan air kran. “Makasih ya Mbak, saya mesti berangkat sekarang juga. O ya handuk kecil ini saya beli ya, “ MB meletakan uang seratus ribu. Membuka pintu keluar dari apartemen itu dengan membawa handuk.
Wanita itu hanya tersenyum aneh melihat kepergian MB. Rumah Sakit, pukul 06.56 wib MB telah menyelinap kedalam Rumah Sakit dimana Adelia semalam dibawa kesitu. Dia berhasil menyelinap hingga tempat dimana Adelia sedang dirawat. Mata Adelia terkeriap seperti tahu ada yang mendatanginya. Mereka saling senyum dengan pembatas kaca. Dalam beberapa saat MB merasakan perutnya sembelit. Dia mengkode mau ke toilet pada Adelia. MB mencari toilet terdekat. Hatinya penuh bahagia akhirnya bisa dikeluarin juga tiket pertama yang dinanti-nantikannya. Didalam toilet itu, dia bisa BAB. Tapi tidak dia keluarkan di kloset. Dikeluarkan dengan alas handuk. Begitu BAB dari dalam perutnya keluar, dilihatnya plastik-plastik itu telah rapuh bolong-bolong hanya tinggal ikatan ujungnya. MB segera mengangkat BAB nya semua dimasukkan kedalam kloset. Dia memasukkan juga handphonenya kedalam kloset. Menyiramnya berkali-kali. Tapi dari dalam tubuhnya terasa aneh. Panas sekali. Mata berbusa. Mulut berbusa. Urat-urat menegang. Kulit pecah-pecah. MB menggelapar-gelepar.
Bertepatan dengan itu, beberapa reserse yang mengikutinya sejak pagi mendobrak pintu toilet itu. MB telah menyerupai zombie yang ganas langsung menerkam salah satu reserse itu. Reserse yang satunya langsung menembak kakinya 2 kali, tapi MB zombie tetap terus menyerang dan menggigit leher reserse malang itu. Reserse satunya itu menembak sekali lagi ke badannya. Tapi belum bisa berhenti juga Zombie MB itu. Akhirnya tembakan berikutnya disasarkan ke kepala MB 3 kali. MB terpental jatuh di di lantai. Lomba Cerita Pendek 2020 judul TIKET -Page 26 | 27