Contents
TIKET
Part 3
Taksi itu berhenti di gerbang keamanan yang diportal. Supir taksi membuka jendelanya. Dia mengeluarkan handphonenya. Membuka gallery dari handphonenya memencet gambar barcode yang diterimanya. Barcode dari handphonenya itu ditempelkan ke alat scan yang terpasang pesis dekat pintu supir mobil. Portal segera terbuka secara otomatis. Mobil taksi memasuki Guest House itu. Mobil mengitari area Guest House mencari nomor penginapan 227. Sesampainya di nomor itu, mobil taksi berhenti. Guest House 12,48 wib MB langsung keluar dari taksi dan melangkah menuju pintu Guest House 227. Sementara itu, mobil taksi keluar lagi dari area itu. MB mengetuk pintu. Pintu langsung dibukakan oleh seorang Wanita berambut poni dengan memegang pistol kecil. Dia berpakain rok mini ketat tanpa memakai alas kaki. Kaosnya yang tipis dari bahan yang terlihat bermerk merupakan you can see yang berhasil memastikan dirinya tidak mengenakan bra. Pistol kecilnya diselipin pas di depan pusarnya. “Masuk,” perintah Wanita itu MB masuk kedalam guest house itu.
Pintu ditutup kembali sama wanita itu. Seseorang berbadan cungkring menyodorkan kardus kecil, MB menerimanya. Si Cungkring sepertinya mules perutnya dan langsung ke toilet. Wanita itu menyerahkan segelas minuman air putih. MB juga meneriman gelas itu. Dia langsung letakkan gelas itu di meja kecil disebelah kakinya berdiri. MB membuka kardus kecil yang berisi 8 bungkusan bubuk putih bercak hitam dalam plastik kecil-kecil. Orang itu gak banyak ngomong hanya menatap MB menunggu melakukan sesuatu. 12.56 wib MB segera menelan satu per satu bungkusan bubuk kecil itu. Mendorongnya dengan minuman. Menelannya lagi. Tersendak sesaat. Menjedanya sebentar. Menelannya lagi dengan dorongan air putih yang diminumnya. Wanita berponi itu menghitungnya berapa yang sudah ditelannya. MB menelannya untuk terakhir kali. Meminumnya air putih itu banyak-banyak untuk mendorong semua plastik yang ditelannya masuk kedalam perutnya. Seusai menelan MB langsung mendial nomor handphone supir taksi . Wanita berponi itu mengambil kembali kardus kecil dari tangan MB.
Dia memeriksa kardus itu sudah tidak ada isinya. Tangan MB juga ditarik dan diperiksa oleh Wanita berponi itu.. Tidak terdapat satupun bungkusan plastic yang disembunyikan MB. Handphone ditempelkan kembali ke telinga MB. Supir taksi mengangkat handphonenya dengan hanya mendengarkan. “Jemput lagi sekarang,” ujar singkat MB yang langsung mematikan handphonenya. “Ingat,” instruksi si Wanita itu,”plastik pembungkus bubuk itu hanya kuat bertahan di dalam perut elu selama 24 jam. Lebih semenit saja plastik itu pasti pecah. Bubuk itu punya 2 kemungkinan, lu langsung mati atau imunitas lu kebal. Tapi kalau 8 bungkus itu pecah semua didalam perut elu bisa kacau yang terjadi. Jadi mesti disiplin. Sebelum waktunya harus lu keluarin bagaimanapun caranya.” “Itu saja?” tanya MB sambil melihat jam tangannya. “Itu saja,” jawab Wanita berponi rambut cepak. MB berbalik badan ke pintu dan langsung keluar dari tempat itu. 13.00 wib Mobil taksi yang hanya mengitari area itu kembali lagi menjemput MB. MB telah menunggu di depan penginapan 227 saat mobil taksi itu merapat mendekatinya. Begitu taksi berhenti, MB langsung masuk kedalam taksi dan segera meluncur ke tujuan berikutnya.
Handphone MB berdering, dilihatnya putrinya menelfon lagi. “Ayah dimana?” “Lagi tugas.” “Udahan ya?” “Belum.” “Kok belum.” “Baru juga ngambil.” “Oh gitu.” “Besok sore mungkin kita bisa buka bersama di Nasi Liwet Mpok Pinah.” “Wuih asik nih, boleh,, boleh.. tadi Ajeng juga sudah kabari pacar Ajeng, dia siap kapan aja kok. Emang Ayah besok tinggal dimana?” “Nanti malam Ayah kabari dimana Ayah tinggal.” “O ya udah kabari aja ya Yah, tapi jangan telfon, biar Ajeng aja yang telfon Ayah.” “Biar Ayah jemput Ajeng saja besok.” “Kan Pacar Ajeng yang mau jemput, udah punya pacar, jadi Ayah gak repot lagi.” “O iya ya, emang lagi PSBB gini boleh boncengan sama yang bukan keluarganya.” “Ya Ajeng kan bisa ngaku dia Om Ajeng.” “Bukannya tadi Ajeng bilang seumuran sama Ajeng?” “Macarinnya Ajeng dari Ajeng SMP tapi jadian waktu dia mau lulus SMA. Sekarang dia udah mau selesai kuliahnya.” Tanda low bat berkedip dari handphone MB. “Hape Ayah low bat tuh.. cas dulu Yah.. ntar telfonan lagi. Daa Ayah..” Handphone MB mati abis baterai. Dia mencari bungkus obat batuk tadi, dicarinya charger untuk handphone. “Abang nanti turun di Apartemen. Cuma disuruh ngedrop di depan gerbang. Abang disuruh ke kedai kopi, ada yang jemput Abang nanti. Barang-barang Abang disiapin jangan ada yang ketinggalan. Kalau ada yang ketinggalan ya telfon ke hape saja pasti saya antar. Kalau Abang butuh apa-apa juga bisa telfon saya, apapun yang bisa saya bantu. Pokoknya telfon aja kalau ada perlu Bang. Oya ini tas kecil ini bisa untuk ngemasi barang-barang Abang”
MB menemukan chargernya didalam kardus obat itu. Dikemasi semua barang miliknya dimasukin ke dalam tas kecil pemberian supir taksi itu. Kardus obat batuk, charger, handphone dan satu slop rokok. Amplop pesangonnya juga dicek masih didalam kantong celananya. Mobil taksi mendekati apartemen dibilangan area yang dikelilingi pepohonan asri. Handphone supir taksi berdering lagi. Supir taksi langsung mengangkatnya, “Ya Bos, udah mau sampai apartemen Bos…baik Bos” Sopir taksi itu menyodorkan handphonenya kearah MB yang duduk dibelakangnya. “Iya bentar lagi sampai. Gimana?” “You inget-inget instruksi si Poni, sebelum 24 jam itu mesti you keluarin. Sekarang dengerin. You turun dari taksi. You ke kedai kopi Mister Item, disana ada wanita bernama Adelia menunggu you. Wanita itu tipe kesukaan you banget. Gede semua depan belakang. Dia udah pegang kunci kamar apartemen you. Dan dia akan menemani you 24 jam sampai tamu kita besok datang. Jadi you tidak usah kemana-mana. Seneng-seneng aja sama itu wanita. Tapi ingat, you sama wanita itu tidak boleh keluar-keluar. Semua makan you sudah diatur pengiriman gofood, dan sudah diatur pengiriman ke unit you tinggal. You jangan cerita apapun tentang yang ada didalam perut you. Termasuk Adelia tidak boleh tahu. Pekcun itu juga tidak boleh ketemu tamu kita. Kalau tamu kita mau datang, usir aja wanita itu. Dia udah lunas. Jadi bisa you apain aja boleh. You mau minta apa aja pasti dia lakuin. Itu saja dulu. Kabari kalau sudah di kamar sama wanita itu. Harus paham”
Handphone dimatikan penelfon. MB mengembalikan handphone itu ke Supir taksi. Apartemen Jakarta Selatan 13.33 wib Mobil taksi sampai di area apartemen yang dikitari pohon-pohon besar. Taksi berhenti di tikungan arah masuk gerbang apartemen. MB turun dari mobil taksi dan melangkah kearah pintu gerbang apartemen. Mobil taksi langsung pergi meninggalkan tempat itu. MB tidak asing lagi dengan apartemen itu. Dia masih ingat dimana kedai kopi yang dimaksud. Sehingga arah langkah kakinya tidak mencurigakan karena langsung menuju kios-kios yang berjajar di apartemen itu. Satu-satunya kedai kopi itu bersebelahan dengan salon dan laundry. MB memasuki kedai kopi itu. Dia mau memesan kopi. “Bang MB ya?” wanita itu menjulurkan tangannya, “Kenalin, Adelia” MB menjabat tangan wanita bertubuh sintal itu. “Udah gue pesenin kopi kok, nih” Adelia menunjukkan tentengannya. “Gimana kalau kita ngopi ngerokoknya di dalam aja yuk..” Adelia berjalan menggandeng tangan MB keluar dari kedai kopi itu. “Tangan elu kok anget gini” “Iya kemarin baru masuk angin tapi belum sembuh juga.” Berdua terus bergandengan menyusuri koridor kios-kios itu menuju arah bangunan apartemen. Tangan MB mengikuti saja mau dibawa kemana sama wanita yang berumuran setengah dari umurnya MB itu.
Adelia yang tampak familiar dengan apartemen itu berbelok di tikungan los kios melangkah ke sebuah tangga besi. “Lewat tangga sini aja Bang. Kita masuk dari lobby belakang jadi bisa langsung kearah lift.” Berdua menyusuri tangga yang berujung pada lift belakang lobby apartemen itu. Adelia memencet tombol open lift itu. Beberapa saat lift terbuka dan berdua memasuki lift itu. Adelia scan card lift dan memencet lantai 18. “Pasti Abang sehari capek, nanti Adel pijitin dulu yah” “O iya tolong kabari yang nyuruh lu nyervice gue, bilang hape gue low bat, bilang gue udah ama elu di kamar.” Adelia mengeluarkan handphonenya dan mengetik dalam chat WA. Apartemen lantai 18 nomer 28 pukul 13.43 wib Lift berhenti di lantai 18. Pintu terbuka. Mereka berdua jalan keluar. MB masih digandeng wanita itu melangkah menuju kamarnya. Adelia menghitung tulisan nomor kamar satu per satu hingga mendekati kamar nomor 28 sesuai kunci yang dibawanya. “MB itu apa sih Bang?” “MasBro.” “Ah bohong, masa Mas Bro, semua cowok juga mas bro lah” “Mang Boim” “Tuh kan tambah ngarang.” Apartemen lantai 18 nomer 28 pukul 13.45 wib Di kamar nomor 28 itu Adelia berhenti. Memasukkan kunci dan membuka kamar itu. Keduanya memasuki ruangan apartemen berkamar dua ruangan dengan furniture full.