Contents
CODET
Part 7
Kaki Codet secepat kilat menendang Jebot hingga tersungkur merubuhi koridor mie instan dan snack. Dengan memegang lengannya, Onggo bangkit menyerang tusukan lagi ke Codet tapi langsung digamit tangan Onggo yang memegang belati itu dan dipatahkannya. Jebot bangun lagi mengambil kampaknya. Mengayunkan sekali lagi kearah Codet. Ditangkis Codet dengan kaleng biscuit hingga bongkah kaleng dan isinya berhamburan. Kampak ditarik kembali dan diayunkan sekali lagi. Dielakan Codet mengenai tempat menyimpan ice cream. Si Cubby tampak menjerit-jerit diantara beberapa motor genk motor berparkiran di sekitarnya sambil mengeluarkan senjata masing-masing. Dan mereka langsung berhamburan masuk kedalam Mini Market itu. Codet yang kewalahan dikeroyok Jebot dan Onggo semakin jadi rumyan dikeroyok genk motor teman-teman Boni. Semua senjata tajam bergantian menusuk-nusuk ke tubuh Codet sekalipun dia terus berusaha menghindar dan menjauhi orang-orang beringas itu.
Rekan kerja si Cubby yang sembunyi dibawah tempat kasih tampat mendial nomer telfon polisi. Seseorng yang menahan pintu Mini Market melihat rekan kerja si Cubby itu menghampirinya. Menodongkan pisau dan mengambil handphone si Rekan Cubby itu. Tanpa disadar seorang anggota genk terlempar mengenai punggungnya. Codet mulai berdarah-darah disana-sini. Codet mulai mematahkan tangan para anggota genk satu per satu supaya berhenti menyerangnya. Terutama memelintir dan mematahkan tangan Onggo yang berulang kali mengayunkannya ke arahnya. Hingga kampak berhasil direbutnya dan dilemparkan hingga memecahkan kaca luar Mini Market. Bertepatan dengan itu tampak mobil combi berhenti di depan Mini Market dan turun Samson dari mobil itu. Samson bergegas masuk Mini Market itu. Codet dalam keadaan tergamit diantara anggota genk dan Jebot serta Onggo. Samson yang baru masuk Mini Market itu langsung menghujamkan belati Boni berulang-ulang ke tubuh Codet. Dari kejauhan terdengar suara mobil polisi dan motor patroli polisi.
Samson mengkode anggota genk dan anak buahnya untuk segera keluar dari tempat itu. Codet sempoyongan terjatuh menabrak koridor. Darah berceceran. Samson masih memastikan Codet mati. “Bos, cepetan kabur” teriak Jebot Samson menghampirinya sekali lagi menusukkan belatinya untuk terakhir kalinya. Jabot dan anak buah Samson lainnya menarik paksa Samson untuk secepatnya meninggalkan tempat itu. Codet pun akhirnya roboh tak bergerak lagi. Samson lari memasuki mobil combinya bersama anak buahnya. Genk motor sudah pada kabur duluan. Mobil Combi pun segera tancap gas hengkang dari situ. *** Di depan Rumah Sakit terdengar iringan anak yang meneriak sahur-sahur sambil berlarian takut dikejar petugas keamanan yang keliling. Iringan itu mengantar motor-motor memasuki area parkiran Rumah Sakit. Dimana di salah satu sudut tampak Nur mencari-cari sisa-sisa makanan di tempat sampah yang masih mungkin dimakan. Sementara motor Simon yang berboncengan dengan Binyo memperhatikan apa yang dilakukkan Nur.
Anak-anak geng motor pada menuju toilet dekat parkiran. Seseorang membuka kantong plastik di pintu toilet. Satu persatu membuang kaosnya bercak-bercak darah itu ke kantong plastik. Seseorang anggota genk yang sudah rapi, membuang kantong plastik itu ke tong sampah. Mereka yang sudah pada berganti baju masuk kearah ruang tunggu. Nur hendak meneliti tempat sampah di depan toilet itu. Dia menemukan kantong plastik berisi kaos dan baju terdapat bercak-bercak darah. Saat diangkat kantong sampah itu terjatuh korek api milik Codet. Korek kuno yang khas itu berlumur darah. Nur langsung berjalan meninggalkan toilet itu kearah pintu keluar Rumah Sakit. *** Mobil polisi dan motor patroli polisi sudah terparkir di depan Mini Market itu. Ambulance pun baru sampai sedang diparkir. Mini Market itu porak poranda. Disana sini berceceran darah. Seorang polisi sedang mengintrograsi Karyawati Cubby dan Rekannya. Tapi tidak ditemukan sosok Codet disitu. Ceceran darah keluar dari Mini Market sudah ditelusuri dua orang polisi. Salah satu polisi yang berdiri didekat mobil polisi, handphonenya berdering. Dia mengangkat handphonenya. “Gimana? Ketemu ?” “Ceceran darah berakhir di pagar jembatan. Menurut saksi orang yang berlumuran darah itu mencebur ke sungai Dan” “Telusuri sampai ketemu” “Siap Dan” Komandan polisi itu mematikan handphone dan mengantonginya kembali.
Dia sejurus berfikir. Tak jauh dari situ Onggo dan Jebot yang baru sampai tempat itu lagi mengamati bersama kerumunan orang-orang. Mereka sudah memakai jaket bertudung hood. “Kuat juga tuh preman. Dikeroyok, dibacokin, ditusuk-tusuk masih kuat jalan nyebur ke kali” “Nyebur di kali mana Bang?” tanya Jebot belaga ingin tahu “Sono.. yang arah Manggarai” “Emang Abang lihat sendiri?” “Ya pas gue disitu mau beli rokok” Onggo dan Jebot pelan-pelan menepi dan menyingkir dari situ. Disudut yang tidak begitu ramai orang dan lumayan jauh dari kejadian, Jebot langsung kirim WA ke Samson seperti berita yang dia terima. Tak berapa lama, WA Jebot juga getar, dibukanya ada WA dari Samson tertulis ‘Cari sampai ketemu, jangan sampai keduluan polisi dan jangan lupa kabari anak-anak genk motor suruh ikutan nyari’. Jebot memperlihatkan WA dari Samson ke Onggo. Mereka pun berangkat menuju sungai yang dimaksud sambil menulis WA untuk dikirim ke handphone anak-anak gengk motor. Dalam beberapa menit, Jebot telah menyisir jalanan kampong kumuh pinggir sungai yang sebelah kiri dan Onggo menyisir jalanan pinggir sungai yang sebelah kanan. Jebot melihat baju bekas darah yang tersangkut tonggak potongan pohon yang retak.
Jebot menghampirinya. Dan mendapati ceceran darah dan kucuran air pertanda seseorang baru mentas dari sungai. Dan kemungkinan besar itu Codet. Onggo mengikuti kearah gang sempit antar seng-seng. Secara mengejutkan sebuah tangan mengayukan sebilah ujung bambu yang runcing menohok ke lehernya. Onggo masih berdiri memegangi bambu itu. Sosok gelap yang memegang bambu itu perlahan menampakan diri. Dialah Codet dengan masih bersimbah darah disekujur wajah dan tubuhnya. Kaki Codet menendang tubuh Onggo supaya lepas dari bambu yang dipegangnya. Lalu tubuh Onggo diseretnya pinggir sungai dan ditenggelamkan kedalam sungai. Mendengar suara sesuatu diceburkan, Jebot menyongsong suara itu. Sesampainya ditempat itu, Codet dari tempat sembunyinya yang gelap itu keluar dan menusukkan bambu itu ke perut Jebot serta langsung mendorongnya hingga Jebot tercebur di sungai. Codet dengan terseok-seok dan berpegangan papan maupun triplex yang ada di pinggir sungai itu untuk membawa dirinya ke rumah Nur.
Tanpa disangka ditikungan dekat jembatan sungai berpapasan dengan Binyo. Dia langsung mengeluarkan pisau lipat dan menyerang Codet. Perut Codet dibiarkan tertusuk, dengan begitu dia bisa mematangkan tangan Binyo. Dan dengan secepat kilat mencabut pisau itu untuk disobekkan ke leher Binyo. Sekali mendorongkan badan Codet ke tubuh Binyo supaya terpental dan tercebur di sungai. Kejadian itu disaksikan Simon dari arah seberang jembatan bambu itu. Simon berlari kearah seberang. Codet telah siaga dengan pisau lipat yang masih digenggam nya. Simon mengeluarkan belatinya. Begitu sampai seberang jembatan, Simon tak melihat sosok Codet. Dengan cepat pisau lipat itu ditusukkan ke telapak kaki Simon berkali-kali sambil dipegangi kaki Simon oleh Codet.
Rupanya Codet sembunyi dibawah. Simon kesakitan dan terpelanting terjatuh ke tanah tepat disebelah Codet. Codet langsung menancapkan pisau itu ke leher Simon. Dengan susah payah Codet berusaha berdiri untuk menyeret Simon diceburkan sungai. Bertepatan dengan suara imsak yang diumumkan di mushola terdekat, Codet yang baru selesai mencebutkan Simon, seperti kehabisan tenaga dan jatuh. Saat itu Nur berbelok kesitu. “Bang, Ya Allah Bang” sahut Nur yang sedang berjalan kearah jalan rumahnya. Codet yang terjerembab dipinggir jalanan itu bergegas dibangunkan Nur.
Dipapahnya dia berjalan kearah rumahnya. Namun rupanya diseberang sungai Samson telah memperhatikan sedari tadi. Samson mengikuti arah kepergian mereka. Sambil dipapah Codet membisikan sesuatu kearah Nur “Saatnya untuk jadi Tarzan” “Maksud kamu?” “Mau menemaniku tinggal di hutan?” Nur hanya tersenyum, “Iya mau” “Diana gimana?” “Diana positif corona, gak usah khawatir dia sudah diurus pemerintah” “Sekarang juga kita harus berangkat” “Iya.. Harus sekarang kita berangkat.. bagaimanapun caranya” Selang beberapa menit mereka sampai di bedeng. Nur membawa masuk Codet. Direbahkannya Codet di kamarnya yang tersekat jarik rombeng itu. “Kamu rebahan dulu, aku siap-siap dulu sama bangunin anak-anak” Codet rebahan. Mulai terdengar suara Nur membangunkan anak-anaknya. Dari bawah kain jarik rombeng yang menggantung itu Codet melihat pintu dibuka seseorang dengan perlahan. Codet perlahan mengeluarkan bungkusan plastik hitam berisi pistol rakitan itu. Lalu dia berdiri dengan susah payah dan mengarahkan pistol rakitannya itu.