Try new experience
with our app

INSTALL

CODET 

Part 1

  Rasa was-was warga kini kian terteror atas pembebasan napi ditengah wabah global covid 19. “Sudah 13 yang beraksi lagi” “Sekarang sudah 30 preman Bro” “Tukang Ojol tuh ada yang digorok dibawa kabur motornya” “Lha memangnya belum dengar Supir Gocar yang ditusuk-tusuk pakai obeng?” “Jangankan itu, begal handphone saja pakai matiin yang punya” “Parah memang” “Singa kok dilepas ya pasti kalau lapar siapa saja dimakan, namanya juga hewan, tidak punya otak” “Kalau yang lepasin singa pakai apa dong?” “Namanya juga penguasa Bro, melepas singa pasti buat cari duit” “Bukannya duitnya buat sembako kita juga Bro” “Jangan pura-pura tolol deh, itu kan teori penguasa kekinian, mental pedagang tanah abang semua” “Maksud lo gimana?” “Coba itung deh. Kalau 1 napi dijatah makan sehari 30 ribu dikali sebulan berapa? Kali 37.000 napi” “Terus yang pedagang tanah abang maksud lo siapa?” “Nah duit napi kan buat dibagi-bagi rakyat miskin kayak kita-kita nih, dari pemerintah dikasih 600ribu buat tiap KK, tapi yang dikirim ke kita-kita Cuma sembako senilai 100ribu untuk seminggu, pan harusnya 150ribu untuk seminggu, katanya 50ribu untuk ongkos kirim. 

  Memangnya negara ini gak ada fasilitas pengiriman?” “Nah lo kalau disuruh bagi-bagi sembako emang gak butuh uang rokok?” “Gue sih ikhlas Bray, yang lain gak mau sama-sama bejuang, ini kan jaman lagi susah mbok sama-sama gitu” “Berisik amat sih kalian, bisa diam gak sih” “Iya Pak RT maafkan ocehan rakyat jelatamu ini” “Itu awasi terus pagar Masjid kita, lengah dikit Preman yang masuk Masjid bisa kabur” “Siap Pak RT” Si Bogel tetap berbisik “Kita kayak berburu singa Coy, kalau singanya yang gak kena kita yang dimakan” Pak RT melempar botol kosong ke kepala Bogel tanda permintaan diam untuk kesekian kalinya. Rupanya satu RW telah mengepung Masjid Al Barokah yang kemasukan Preman. Warga menduga Preman itu mencuri barang-barang di Masjid. Bukan saja masalah pencuriannya. Tapi adanya preman masuk masuk Masjid saat ini seperti kemasukan babi. Diangggap haram preman masuk Masjid kala wabah corona begini. Pengepungan saat inipun selayaknya perburuan. Daripada membiarkan preman beraksi di wilayahnya lebih baik segera ditaklukan mumpung alasannya tepat. 

  Situasinya memang seperti berburu Singa. Ada yang bawa balok, ada yang bawa bambu, batu, batako, kunci inggris, besi, tambang, pokoknya apa saja yang bisa digunakan untuk senjata masing-masing. Semua mata tertuju pintu pagar besi Masjid yang tergembok. Semua mulut dibalut masker masing-masing. Bahkan ada yang pakai sarung tangan segala kuatir tertular corona. Sore itu mendung pekat sekali. Tidak ada cahaya yang menerangi. Awan yang menggumpal keabuhitaman serasa duka alam yang sedang berkabung. Tidak ada warna cerah yang berkilau. Seperti wajah-wajah warga yang siaga di berbagai sudut seputar Masjid. Semua mata menatap kearah pintu pagar Masjid. Dalam pikiran mereka menghadapi preman selayaknya berburu binatang buas. Menaklukkan atau terbunuh atau luka-luka. Dalam pikiran mereka ini semua gara-gara cerobohnya pembebasan puluhan ribu narapidana ditengah musibah covid 19. 

  Semua itu menjadi terror bagi masyarakat antara hidup dan mati. Diam di rumah karena masih ada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), dimana orang dilarang keluar rumah sebagai upaya pemerintah untuk mengurangi penularan atau penyebaran virus corona yang sedang melanda di seluruh dunia ini, sesuatu yang tidak mudah dijalankan. Tapi diam di rumah bisa mati kelaparan kalau tidak bekerja untuk mencari makan. Bekerja di luar rumah beresiko tertular virus corona atau bahkan bisa mati sia-sia ditangan preman yang berkeliaran mencari mangsa. Pilihan yang menyulitkan ditengah wabah global covid 19 ini memang simalakama. Namun hakekat manusia naluriahnya bertahan hidup. Pilihan untuk hidup akan lebih opitimis mencapai pencarian makna. Meski hidup memang suatu perburuan, berburu atau diburu. Dan diam saja tidak akan menghasilkan tujuan apapun. Bertindak sesuai pandangan kebenaran masing-masing itu menjadi sesuatu yang lahiriah. Jalanan depan Masjid yang biasanya macet pun kini hanya segelintir kendaraan yang melintasi. Lengang. Belum lagi Masjid itu tampak gelap belum ada yang menyalakan lampu didalam karena masih jam 4 sore an lebih. Dan Masjid itu dikelilingi pagar tembok yang tinggi, hanya berkisi-kisi lubang angin seukuran kepala orang.