Try new experience
with our app

INSTALL

CODET 

Part 4

  Makin kenceng larinya motor. Ia menuju jalan raya. Codet berlari sekuatnya mengikuti motor itu. Seperti dugaannya, motor itu tersendak berangsur-angsur mogok dan membelok ke jalan kecil. Codet semakin kencang larinya. Di tikungan itu tampak anak muda sedang menstarter ulang motor cempenya. Codet sekuat tenaga lari menghampiri anak muda itu. Bertepatan sejengkal lagi Codet sampai, motor itu hidup kembali. Anak muda segera memasukan gigi dan langsung ngegas. Tapi tangan Codet secepat kilat menyautnya krah jaketnya dan membanting anak muda itu ke trotoar. Tanpa basa basi anak muda dicekik. Warga yang lewat menyaksikannya. Dia lari mencari pertolongan warga lain. “Lu nyolong motor gue!” “Egak Bang” Anak muda itu mengambil belati dan langsung menusuk lengan Codet sampai anak muda itu terlepas. Anak muda itu menyerang Codet dengan belatinya. “Dapet darimana lu motor gue?!” “Banyak bacot lu preman sialan” Ayunan belati menggores dada Codet dan masih terus menyerang bertubi-tubi. 

  Codet hanya menangkis dan mengelak. Anak muda itu tambah beringas “Belagu lu, ayo lawan gue dongo” Anak muda itu menyerang lagi tambah kesetanan emosinya. Membabi buta mengayunkan belatinya. Tanpa disadari Codet terperosok trotoar yang ambrol dan terjatuh. Anak muda itu menerkamnya dan menusukkkan belatinya. Mengenai lengannya. Ketika belati dicabut lagi dan mau menusukkan ke leher Codet ditepis dengan tangkisan kilat secara reflek menohok leher anak muda itu sendiri. Darah mengucur dari lehernya. Warga mulai berdatangan. Mereka semua menghambur kearah insiden Codet dengan anak muda itu. Warga dari arah lain yang melihat darah muncrat dari leher anak muda itu shock terkejut “Astagfirullah” Anak muda itu terpelanting di trotoar menghabiskan nafas terakhirnya. Codet segera bangkit. Betisnya yang tersangkut kawat sobek saat dikeluarkan. Codet menyempatkan membuka jok motor cempenya. Diambilnya pistol rakitan buatannya sendiri. Pistol rakitan itu diselipkan celana dibagian punggungnya sambil berlari secepatnya. “Begal… Begal… “ Warga berduyun-duyun berlarian kearah Codet “Jangan lari lu” Codet menerobos gang tikus. 

  Berlari sebisanya. Dari gang tikus yang satu ke gang tikus lainnya. Codet membuka kaosnya sambil terus lari. Cipratan darah ditubuhnya dilapnya sampai tak berbekas. Dia menyambar baju yang digantung di emperan depan rumah kumuh. Sambil terus berlari dia berganti baju. Hingga sampai di perkampungan kumuh. Dia menyusuri pinggir sungai rumah rumah kumuh. Warga beramai-ramai mengikutinya sambil terus meneriaki begal, pembunuh, tangkap dia, sehingga tambah banyak warga yang mendengar ikut mengejarnya. Di tiap persimpangan ada saja yang mendadak menyerang Codet. Untung reflek Codet cermat. Lihai menghindari atau menangkis serangan mendadak. Bahkan ada yang harus dibanting penyerangnya. Codet terus berlari di tepian jalanan pinggir sungai Manggarai. Suara orang-orang mengejar bertambah ramai dari berbagai arah. Codet berbelok dan langsung masuk bedeng kumuh. Dia menghambur kedalam sekat kain jarik rombeng. Didalamnya seorang wanita sedang mau berganti pakaian sehabis mandi. Codet bergegas membekap mulutnya seerat mungkin. Wanita itu berusaha memberontak sambil terus memegang handuk bodol untuk menutupi tubuhnya yang belum berganti pakaian. 

  Codet setengah berbisik “Diam bentar, kalau lu bisa diam gue segera cabut dari sini” Diluar terdengar suara-suara orang “Lari kemana begal itu” “Tadi belok sini Pak” “Udah lu kesono, yang lain belok sini” Tiba-tiba ada yang memasuki bedeng kumuh itu “Jangan ngumpet disini lu bangsat” Warga yang masuk bedeng mendekati sekat jarik rombeng itu. Secepatnya Wanita itu membuka lebih dulu hanya sebatas dadanya yang dibuka. Codet yang jongkot tersundul pantat wanita itu saat didorong warga itu yang mendesak mau masuk “Keluar sono gue lagi ganti baju, gak ada orang ngumpet disini. Sembarangan aja masuk tempat orang” Warga itu terperangah melihat wanita itu marah dengan kondisi seperti itu. Daya telitinya berkurang tergoda melirik dada wanita itu yang terlihat belahan dadanya. Tanda beneran terlihat belum berganti baju. “Keluar sono, keluar!” Warga itu hanya tersenyum menggoda sambil mundur mau keluar dari bedeng. Pintu bedeng terbuka, bocah umuran 8 tahun yang masuk mengejutkan “Bang, begalnya lompat pagar bengkel depan sono noh, cepetan kejar Bang” “Iya.. tengkyu Cil” Warga bergegas keluar bedeng lari kearah pagar bengkel itu. Bocah itu memperhatikan warga itu berlari meninggalkan tempat itu. “Aman Bu, kesono dulu ya Bu” bocah itu berlari mengikuti arah lari si Warga. Codet yang masih jongkok dibelakang wanita itu bergegas segera keluar dari kamar sekatan jarik itu. “Ngak usah keluar dulu, kena mereka nanti.” Codet tertahan di pintu bedeng. Wanita itu menutup kembali sekatan jarik rombeng itu. Sambil berganti baju dia terus berbicara “Tunggu disini dulu gak apa-apa” Wanita berumuran 37 tahun itu keluar dari sekatan jarik itu mengenakan daster lusuh. Codet baru menyadari rona wajahnya tampak pucat pasi hampir seperti mayat. 

  Menyiratkan kurang sehat dan kurang makan. Meskipun tubuhnya tampak masih montok. Dibalik semua itu tetap aura wanita itu baik orangnya. Dia mengambil air putih dari botol bekas yang tergeletak dihamparan perlak kusut dari spanduk. Wanita itu menuangkannya kedalam gelas plastik yang warnanya kusam. “Minum dulu” Codet mendekatinya turut duduk dibawah yang beralaskan MMT bekas. Codet menerima gelas itu dan meminumnya. Codet mengamati ruangan sepetak ukuran 4 x 5 meter persegi itu terbangun dari bekas-bekas triplex dan seng yang dirakit jadi dinding yang memagari rumah yang seperti kadang burung merpati itu. Kaso-kaso nya pun bekas dan kropos disana sini sudah dicapit kawat yang disangga bambu dan besi bekas apa saja supaya tetap sedikit tegak meski agak doyong. Atapnya dari asbes bekas yang berbeda-beda jenisnya. Sarung dan apa saja yang dijadikan bantal berserakan disana sini. Plastik-plastik berisi pakain dilipat sekenanya. “Habis maling apa kok dikejar-kejar orang” “Bukan. Mereka salah paham” “Maklum musim corona jadi semua pada kevirusan” Wanita itu membuat Codet ikut tersenyum “Sebaiknya saya pergi kalau suamimu pulang ntar salah paham” “Udah 3 bulan suamiku belum pulang. 

  Hari-hari biasa saja suamiku sulit dapet duit apalagi hari gini, corona serba bikin makin susah… tadi saya cari buruhan nyuci kemana-mana gak dapet.. hari apes hari ini.. gak dapet sepeserpun..mana dah puasa gini mau lebaran.. utang makan numpuk sampai belum ku kasih makan seharian anakku, gak tau dia makan dimana…tadi aku sampai khilaf.. ada motor jelek parkir di depan Masjid. Orangnya mungkin lagi ambil air wudhu. Eh ku starter bisa.. mana mesinnya gak brisik lagi.. ya udah ku bawa aja gitu… gak ada yang lihat juga.. niatnya mau kujual.. dah nyari pembeli, dapet pembeli, brondong.. udah nunjukin uangnya.. tapi katanya mau coba bentaran eh malah ngegas dia kabur.. udah motor nyolong gak dapet duit ketipu pula.. kadang ada aja hari apes itu…” Codet menatap kepolosan wanita itu berterus terang pada pertemuan pertama mereka. Dan Codet pun jadi mengetahui kalau motornya yang di parkir di depan Masjid dicuri Wanita yang berada di depannya saat ini. “Kamu sering begitu” “Sumpah Bang itu baru pertama kali, seumur-umur baru itu.. namanya lagi ruwet pikiran udah buteg keruh bingung ngasih makan anak-anakku gimana…” “Anak kamu berapa?” “Tiga Bang, yang tadi Damar yang paling kecil. 

  Yang 2 perempuan lagi pada ikut ngaji biar pulang bawa gorengan buat makan bareng.. Aku dah nikah 2 kali lho…si Damar sama suami yang ngilang gak tahu kemana…Abang udah berkeluarga? Codet menggeleng “Masa belum.. udah umur..” “Tahun ini 44..” “Kenapa belum nikah?” Damar anaknya yang ragil tiba-tiba teriak “Bu bukain pintu, panas ni mangkoknya.” Wanita itu bangkit menuju pintu membukakan Damar yang masuk bawa tentengan mangkok mie rebus. Belum sempat menutup pintu, anak-anak temannya Damar ikutan masuk ke bedeng dengan membawa sendok masing-masing. Wanita itu menutup kembali pintu bedeng sambil bertanya pada anaknya. “Dikasih siapa?” “Mie rebus telor dapet ngutang di Mak Lasmi soalnya bantuin buangin sampah jadi boleh ngutang lagi katanya” Damar duduk didepan Codet sambil meniup asap panas mie rebus, diikuti teman-temannya yang membawa seplastik krupuk useg. 

  Mereka makan mie rebus itu bersamaan. Damar sambil makan mulai sok akrab sama Codet. “Abang tadi yang dikejar-kejar ya.. orangnya Damar kibulin.. Bang ajak-ajak Damar kerja buat makan kasihan ibu ngutang terus, ya Bu ya” “Tanya sama Abang kerja apa, anak kecil boleh ikutan kerja apa egak ntar malah ngerecokin kerjaan abang,” sanggah ibunya sambil duduk kembali ke dekat Codet. “Tahu gak Bang,” lanjut Damar meneruskan ngobrol sama Codet, “Ibu gak dapat sembako dari yang dari gubernur itu, gara-gara ibu gak punya KTP. KTP nya ilang gak tahu kemana.” Terdengar suara kaki-kaki berlari kearah pintu bedeng. Codet secepat kilat masuk dalam sekatan jarik rombeng itu untuk bersembunyi.