Contents
Setulus Cintamu
Akhir Babak
Di antara makam-makam nan luas, tampak langkah gontai seorang lelaki paruh baya yang membawa buket bunga mawar putih. Ia perlahan-lahan berjalan menuju ke sebuah makam tepat di bawah rindang pohon kamboja.
Laki-laki itu menaruh buket bunga itu di atas sebuah nisan. Ia terduduk dan merenung di sana. Tangisnya tak terbendung lagi. Saat itulah kita lihat ternyata itu adalah Ayah – lelaki yang selama ini menanti istrinya pulang kembali.
Ia memakai syal rajutan berwarna cream buatan Ibu. Tangis rindunya pecah begitu saja.
“Entah kenapa langkahku selalu membawaku ke sini.
Aku yakin istriku masih hidup. Bisa kah kau memberitahu aku di mana dia sekarang?
Jujur, sejak kau dimakamkan, orang-orang selalu menyebutmu sebagai istriku. Tapi istriku masih hidup bukan? Aku... sangat merindukannya”
“Berkabarlah nanti jika dia ke sini menengokmu. Katakan padanya, aku menunggunya di rumah”.
Ayah pun pergi meninggalkan nisan itu.
Aku yang masih mencari-cari Ayah tak sengaja melihat Ayah berjalan di tepi jalan.
“Ayah?!”
Aku pun menepikan mobilku dan langsung mendekatinya.
“Ayah, dari mana? Kenapa pergi sendiri?”
“Cari Ibumu. Ini tanggal kepulangannya, tapi dia belum pulang juga”
Mendengar jawaban Ayah, aku tak kuasa membendung air mataku. Ku peluk erat Ayah seolah tak ingin kehilangannya.
Cinta Ayah pada Ibu sangat besar. Bahkan ia tetap menunggu hingga bertahun lamanya.
***
10 hari kemudian,
Seperti biasa, aku pergi ke rumah Ayah membawakan sarapan. Aku pun melintasi kalender di ruang tengah itu dan mengingat hari ini adalah hari pernikahan Ayah dan Ibuku.
Malang nian Ayah yang selalu menunggu Ibu kembali, antara Ayah menunggu Ibu di bumi, dan Ibu yang menunggu Ayah di surga.
Namun, rupanya tepat di hari itu, aku tahu Ayah dan Ibuku pasti telah bertemu. Walau raga Ayah terlentang di atas ranjang tidurnya, sembari menggenggam sebuah foto pernikahan Ayah dan Ibu, namun jiwanya sudah bertemu kembali dengan Ibu – mengenang kembali cinta mereka di keabadian.
-END-