Contents
Setulus Cintamu
Sebagian Memori
Sejak setahun lalu, Ayah sering tidak ingat wajah maupun nama seseorang. Keadaan ayah ini membuatku cemas. Sesekali aku dan Yuni, adikku sering menjenguk Ayah untuk sekadar mengingatkan makan, mandi, menghidupkan lampu, dan hal-hal lainnya.
Pernah suatu hari Yuni melihat Ayah terduduk di kamar mandi. Ia pun segera menolong Ayah dan minta menginap saja hari itu. Namun, Ayah tidak mengizinkannya. Yuni diminta pulang ke rumahnya.
Kadang kala, Ayah juga tidak mengenali saat aku datang. Ia menganggapku seperti orang asing. Jika dibawa perasaan, maka akan berkali-kali sudah aku bersedih karena sikap Ayah.
Kembali ke ruang tamu Ayah, kami sekeluarga sudah duduk dan makan kue serta minum teh bersama. Kedua anakku bermain di halaman belakang. Sementara Ayah hanya duduk termenung.
“Ayah kok ngga ingat ya suara Ibumu, Wir” kata Ayah mengusir suasana sepi yang sedari tadi menyelimuti.
“Ibu kan sudah tenang di sana, Yah”
“Ngga, Wir. Ayah tahu Ibumu itu adalah wanita yang tangguh. Ia pergi di pelosok-pelosok negeri untuk menolong ibu-ibu yang mau melahirkan”
Aku pun terdiam.
“Ayah ingat waktu itu Ibumu pamit mau ke pulau seberang. Katanya sedang ada bencana di sana, dan banyak ibu hamil yang memerlukan bantuan. Mungkin ya karena medannya sangat jauh, relawan dan dokter enggan ke sana. Tapi Ibumu bersedia, Wir”
Ayah mengusap air mata di pelupuk matanya. Ia pun melanjutkan pembicaraan.
“Seminggu lagi Ibu mu pasti pulang. Ayah yakin”.
Keyakinan Ayah yang satu ini memang terus ia pegang. Mungkin Ayah juga sulit menerima kenyataan bahwa Ibu sudah tiada. Maklum, Ayah sangat bergantung pada Ibu.
Dulu, semasih Ayah menjadi dosen di salah satu universitas di kota kami, Ibu selalu menyiapkan segala keperluan Ayah sebelum mengajar. Namun Ibu sama sekali tidak pernah mengkesampingkan niat tulusnya untuk membantu orang melahirkan. Bahkan Ibu rela menerjang medan yang tak mudah demi menolong sesama.
Semangat juang Ibu tidak akan pernah kami lupakan. Hingga hari itu datang, Ibu kembali dengan tubuhnya yang dingin, tanpa nafas yang tersisa.