Try new experience
with our app

INSTALL

Awan Jingga 

CHAPTER 2

        Setelah kejadian di coffee shop, Aku memutuskan untuk menghabiskan sisa hari dikamar motelku. Aku menggerutu, seperti pecundang, kenapa Aku harus merasa bersalah, pria itu, Awan yang membuat perasaanku campur aduk. Seharusnya aku menghampirinya, itukan tujuanku datang ke Kota ini. Mencari tau hal apa yang kulupakan, pria itu jelas mengetahu sesuatu, entah bagaimana dia membenciku.

        Malam datang dengan cepat, seakan tidak peduli pikiranku masih pada sosok Pria yang tadi ku lihat. Aku memperhatikan hutan dari kaca jendelaku. Hutan itu kembali memanggilku, ada dorongan kuat untuk masuk kesana. Mataku menangkap sesuatu dibatas pinggir pepohonan, dua titik seperti sorot mata, tapi bewarna merah menyala. Aku terkejut dan menjatuhkan tirai jendela. Aku pasti salah lihat, Aku menyibakkan tirai dan kembali menatap Hutan. Tidak ada apapun disana.

        Malam itu Aku tidur dengan gelisah, Serigala hitam masih mendominasi mimpiku. Tapi kali ini ada yang berbeda, Mampiku selalu dimulai dengan diriku berlari mengejar gerombolan serigala, tapi aku tidak pernah bisa mengejar mereka, biasanya setelah tertinggal jauh dan kecewa karena tidak bisa menemukan mereka, Aku akan terbangun, tapi mimpi kali ini memuatku lebih lama mengitari Hutan. Lalu tiba-tiba dia disana, Awan, menatapku marah, Aku ingin berlari, bukan darinya, tapi padanya. Tapi sebelum Aku dapat

mendekatinya, Awan melolong. Persis seperti Serigala Hitam, melolong sedih pada bulan yang membuat hatiku hancur.

       Aku terbangun. Butuh beberapa saat bagiku untuk sadar bahwa lolongan itu masih berlanjut. Tepatnya berasal dari Hutan. Jantungku berdebar kencang. Aku mengenal lolongan itu. Lolongan itu milik Serigala hitam. Serigalaku. Aku bangkit dan mengambil jaketku. Adrenalin memenuhi tubuhku. Aku membuka pintu kamar dan berjalan masuk ke hutan.

       Aku masih mendengar lolongan Serigala itu. Setengah diriku tau ini bodoh. Tapi Aku tidak bisa menepis perasaan bahwa lolongan itu memanggilku. Aku harus menemukannya. Aku melirik ke langit malam. Bulan Purnama. Sempurna, batinku. Aku berjalan memasuki Hutan lebih dalam.

      Hutan itu tenang, sinar bulan menerangi pepohonan, langkah kakiku mantap, seakan aku melakukan hal ini ratusan kali. Bagus, tambahkan itu di daftar hal-hal yang Aku tidak tau. Kini sudah terlambat untuk mempercayai bahwa tidak ada apa-apa di Kota ini. Aku jelas- jelas melupakan hal yang begitu penting, dan Aku menginginkannya kembali. Aku mengikuti firasatku ketimbang otakku, jelas-jelas kaki ku tau kemana harus melangkah. Kini tidak ada lolongan atau suara apapu yang terdengar, setangah diriku lega karena lolongan itu membuat hatiku remuk, setengah lagi kecewa karena aku merindukannya. Aku menghela nafas, jelas ada yang salah dengan otakku. Kalau benar itu lolongan serigala, lalu apa, Aku hanya akan menjadi santapannya.

     Setengah jam berjalan, Aku berada di bukaan hutan yang cukup luas. Kembali perasaanku berkata Aku mengenali tempat itu. Aku dapat mendengar aliran sungai yang pastinya tidak jauh dari tempat ini. Aku terdiam ditempatku, dan bertanya-tanya apa yang seharusnya aku ingat. Sesuatu mematahi ranting. Aku terlonjat kaget dan memperhatikan sekitaranku. Saat itulah aku bertatapan dengan sepasang mata merah menyela yang memperhatikanku di kegelapan. Aku tarpaku ditempat. Jantungku seakan ingin meledak, tapi aku tahu betul untuk tidak membuat gerakan apapun. Berlahan makhluk itu berjalan dan sinar rembulan memperlihatkan sosoknya.

     Seakan kehadirannya dalam mimpiku tidak cukup. Aku mengenalinya langsung. Dia serigala hitam itu. Serigala yang memenuhi mimpi-mimpiku. Serigalaku. Matanya bersinar merah menyala menatapku. Entah kenapa itu tidak aneh bagiku. Dia lebih mengagumkan dari pada dimimpi-mimpiku. Begitu besar. Bulu-bulu hitamnya bersinar dibawah rembulan. Tampa sadar Aku telah berjalan didepannya. Aku tau seharusnya aku takut, tapi ini serigalaku. Aku mengulurkan tanganku dan membenamkan jari-jariku dibulunya yang lembut. Persis seperti yang ku inginkan.

“ Aku merindukanmu” kataku dan itu benar.

    Serigala itu mengelurakan suara, Purring. Seperti kucing pikirku. Apakah dia juga mengenaliku. Tiba-tiba Aku dikejutkan dengan seuara geraman Serigala hitam itu. Aku menjauhkan tanganku dengan panik. Serigala itu itu mulai mengeram kenjang, bukan padaku tapi pada sesuatu dibelakangku. Aku menoleh dan melihat Serigala lain mulai mendekat. Serigala berbulu coklat dengan mata menyala merah. Ini salah, batinku. Aku tidak mengenal Serigala ini. mendadak ini membuatku takut. Sesuatu yang buruk, sesuatu yang buruk seperti ini dulu pernah terjadi padaku.

     Serigala hitam melompat didepanku dan menyelak pada Serigala coklat. Aku menjauh dari kedua Serigala itu. Merapat pada sebuah Pohon. Sebuah kilasan ingatan tiba-tiba membanjiri otakku. Suara teriakan, lolongan Serigala, Awan yang berteriak padaku. Ditengah kepanikanku, Serigala hitam dan Coklat itu mulai berkelahi. Aku tidak dapat bernafas, Sebuah gambaran hadir dalam otakku. Aku berbaring ditengah hutan, bergelinang darahku sendiri. Ingatankah, Apakah hanya imajinasiku. Aku tidak bisa bernafas, hal terakhirnya yang kulihat adalah Serigala hitam melolong pada Bulan dan lolongan lainnya menjawab panggilan. Pandanganku mengkabur sampai akhirnya hanya hitam.