Contents
Beri Sedikit Cinta untukku Ibu
Chapter 7
“Sudah, Bu, biarlah yang lalu berlalu. Aku bersyukur akhirnya semua terungkap. Sekarang kita buka lembaran baru.”
“Terima kasih, Nak, beruntung aku memiliki anak sepertimu. Aku lumpuh, sudah tidak bisa kerja lagi.”
“Aku yang akan menggantikan ibu sebagai tulang punggung. Ibu dan Adik-adik adalah tanggung jawabku kini.”
“Masyaallah, kamu tidak dendam. Malah menjadi tulang punggung, malu aku, Nak.”
“Aku tetaplah anakmu ibu, yang akan selalu berbakti.”
Kami berpelukan. Meneteskan air mata. Setidaknya ibu sudah tahu dan terbuka mata hatinya.
Kini ... kami hidup bersama. Menjadi sosok yang mandiri. Satu persatu adikku sudah mulai bekerja. Kami saling bantu untuk memberi jatah bulanan. Ibu juga sudah mulai bisa melupakan mantan suaminya. Entah kalau rasa cintanya. Yang terpenting sekarang masa depan. Bukan masa lalu yang penuh dengan goresan luka.
Ibu ... seandainya dari dulu engkau menyadari bahwa seorang suami bisa menjadi mantan. Anak tetaplah anak. Pasti rasa sayang yang selama ini aku impikan akan terjawab. Sayang ... cinta telah membutakan mata hati. Hingga anak kandung bagai musuh.
Kini .... kami semua telah menikah. Bisa beli rumah sendiri hasil keringat kamu. Kehidupan kami masing-masing juga Alhamdullilah tidak kekurangan. Allah mengganti semua lelah dan keikhlasan dengan kebahagian.
Menjadi orang tua yang baik untuk anak kami. Karena semua yang terjadi pada anak adalah tanggung jawab orang tua. Biarlah masa lalu kita kelam. Namun jangan balas semua ke anak-anak kita. Justru rasa sakit itu buatlah pembelajaran diri untuk lebih baik lagi.
Semarang, 7 Juli 2019