Contents
Tertindih
Awal Perjalanan
Kejadian sebelumnya adalah pertama kalinya aku mengalami rogo sukmo tanpa ku sadari. Aku sempat bercerita ke Ayah. Ayahku menceritakan bahwa semua kejadian yang aku alami seperti ketindihan sampai rogosukmo adalah kelebihan yang diturunkan dari Kakek ku dulu, yang mana dulu semasa hidupnya dia adalah seorang Paranormal. Ayah bilang kalau aku mengasah kemampuanku, aku akan bisa seperti Kakek, tapi aku tidak mau, karena itu sungguh menakutkan bagiku dan aku tidak ingin mengalaminya lagi apalagi harus mendalaminya. Dan aku juga baru tau dari Ayah bahwa ketindihan itu adalah awal dari rogo sukmo, jika pikiran kita berhasil tenang dan focus saat dalam keadaan tertindih, langkah selanjutnya kita akan memasuki lucid dreaming. Di sana kita bisa menemui orang yang sudah meninggal untuk berkomunikasi dengannya, atau hal yang paling menyenangkan adalah kita bisa mengendalikan mimpi kita.
Jam menunjukan pukul 12 tengah malam. Sampai detik itupun aku belum bisa memejamkan mata, pikiranku masih kacau terus membayangkan mimpi buruk yang telah ku lalui sebelumnya, aku masih mengingat sosok itu di kamarku. Aku selalu tidur dalam keadaan lampu mati, mataku mulai sayup-sayup mengantuk. Tapi aku merasa ada yang sedang memperhatikan ku di pojok sana, tepat di balik pintu masuk. Bukan hanya merasa diperhatikan, dengan mata sayup-sayup aku bisa melihat sosok yang sedang memperhatikanku. Sosok itu terlihat samar-samar, tapi aku yakin bahwa itu adalah sesosok perempuan dengan rambut berantakan, panjang sampai menyentuh lantai, wajahnya tertutup rambut, ia mengenakan pakaian putih lusuh yang terlihat samar-samar. Dan anehnya ternyata ketika aku melihat sosok itu, tubuhku dalam keadaan terkunci. Aku mengalami ketindihan lagi, tapi anehnya aku belum sempat memejamkan mata, atau mungkin sebenarnya aku sudah tertidur?
Di saat aku menyadari tubuhku terkunci, sosok di balik pintu itu perlahan mendekatiku, mungkin ini adalah kesempatan baginya di saat aku tidak bisa bergerak. Sosok perempuan itu semakin dekat dan kini dia berdiri tepat di ujung kaki ku, aku masih memperhatikan perempuan itu, sebenarnya aku takut, tapi aku tidak bisa memejamkan mata, rasanya sangat berat sekali untuk menutup mata.
Aku sama sekali tidak berani menatapnya dan mencoba buang pandangan ke arah lain. Tapi sosok ini semakin nyata ketika aku merasa kakiku seperti dicengkram dengan tangan. Tangan itu terasa sangat kasar dan sedikit basah, yang ada dibayanganku saat itu adalah tangannya dalam keadaan hancur dan mengeluarkan darah. Sosok perempuan itu tertawa melengking dan cengkraman tangannya semakin lama semakin kuat sampai aku bisa merasakan rasa sakit itu. Suara tawanya membuat nyaliku semakin ciut. Saat itu aku hampir pingsan dalam tidurku, aku mencoba tenang, membuang semua bayangan buruk dalam khayalanku, tanpaku sadari aku tiba-tiba berdoa dalam hati. Semakin ku berdoa, semakin kuat cengkraman wanita itu. Pandanganku tiba-tiba semakin gelap-gelap, dan aku tiba bisa melihat apapun.. dan sepertinya aku pingsan di dalam tidurku..
Aku kembali terbangun dengan posisi berdiri di depan pintu kamarku. Saat itu aku merasa kedinginan lagi, aku kaget dan bingung kenapa tiba-tiba aku bisa berdiri di depan pintu kamar, apakah selama ini aku tidur berjalan?. Lalu akupun membuka pintu kamar dan mendapati tubuhku sedang dicengkram oleh sosok perempuan yang sama, ya, ternyata aku mengalami rogo sukmo lagi. Awalnya aku kaget, tapi aku coba tenang dan mendekat ke sosok itu, aku lebih berani karena sosok itu membelakangiku. Tanpa ku membuka mulut, tiba-tiba Hatiku berkata “Siapa kamu?!” dengan nada sedikit membentak ke sosok perempuan itu karena aku sudah terlanjur kesal, dan sosok perempuan itu pun menolehkan lehernya 180 derajat tanpa menggerakan tubuhnya. Saat itu juga sosok perempuan itu terlihat dengan jelas, muka yang hancur, mata merah menyala, terlihat menatap tajam ke arahku. Sosok itu memang begitu menyeramkan, tapi aku tidak tau kenapa saat itu aku merasa sangat tenang dan bisa mengendalikan emosiku. Aku saling bertatapan dengan sosok perempuan itu dan dia tidak menjawab pertanyaanku, lalu aku minta dia untuk pergi dari sini. Dia teriak dan membuka mulutnya yang lebar, mengeluarkan banyak darah kental dari mulutnya, dia hendak menyerangku dengan kedua tangannya, aku memejamkan mata, dan aku terbangun dari tidur.
Kali ini aku terbangun dalam keadaan tenang dan tidak panic, jam dinding masih menunjukan pukul 12 malam, jam itu seakan-akan berhenti berputar. Aku berpikir mungkinkah aku ditakdirkan untuk mendapatkan ‘pemberian´ dari kakek ku? Jika iya, ini adalah awal dari perjalananku untuk mengendalikan mimpi sesuai apa yang Ayahku ceritakan padaku.