Try new experience
with our app

INSTALL

Bukan Anak Terbuang  

BAB 1 ( kehilangan dan memulai pencarian)

Di sebuah Desa terpencil yang letaknya jauh dari Kota.  Seorang pria dewasa tinggal bersama seorang nenek yang merawatnya sejak bayi. Raka,  usianya kini sudah berusia 21 tahun,  pintar, tampan dan juga pekerja keras. Namun sayang, sifatnya Raka terlihat dingin dan datar yang membuat ia sulit di dekati oleh wanita manapun. Akan tetapi,  walaupun sikapnya seperti itu,  Raka adalah pria baik dan bertanggung jawab, maka tidak heran jika dia juga sudah menjadi idaman para wanita,  walaupun dia memiliki kekurangan, yaitu harta. 


Meskipun banyak wanita yang menyukainya Raka tidak pernah di liriknya,  karena dia memiliki tujuan,  yaitu ingin hidupnya dan neneknya bisa lebih baik lagi. Tujuan Raka,  untuk saat ini hanya satu,  yaitu kebahagiaan neneknya.



Suatu ketika,  Raka yang baru pulang kerja,  mendapati rumahnya yang terlihat ramai. Raka pun terlihat khawatir dan mempercepat langkahnya.  


"Ada apa? " batin Raka. 


"Raka,  akhirnya kau pulang juga,  lihat nenekmu sedang sakit. Tapi dia masih memaksa untuk bekerja di kebun,  akibatnya dia pingsan dan masih belum sadarkan diri sampai saat ini, "paparnya, dari salah satu tetangga yang sudah menunggu Raka kembali. 



Raka mendengar itu cepat - cepat masuk kedalam rumah. Sebuah rumah yang tidak besar namun juga tidak kecil. Rumah yang cukup untuk mereka tinggali. Raka melihat, neneknya sedang berbaring di pembaringan, dengan mata yang sayu,  neneknya pun melihat kedatangan Raka.  



"Dia sudah sadar, " ucap seseorang di dalam sana. 


"Raka,  bawa nenekmu ke puskesmas!" ujar salah satu dari mereka. 



Raka mengangguk dan langsung menggendong neneknya keluar rumah,  yang ternyata sudah ada seorang warga yang membawa becak untuk membawa neneknya ke puskesmas. 



Pertolongan para tetangga disana memang sangat membantu Raka,  hidup rukun dan damai,  adalah yang paling banyak ditemui di Desa - desa. 


Raka pun mengikuti neneknya dari belakang dengan menggunakan sepeda, sepeda yang biasa dipakai di kesehariannya. 




_____

_____




Esok harinya,  Raka memilih untuk tidak bekerja,  dan lebih memilih untuk merawat neneknya, karena tidak ada yang bisa Raka percayakan,  terlebih dia tidak memiliki saudara lainnya. Meskipun ada yang menjaga neneknya, dan itu hanya tetangga yang memang mau menolong, dan Raka yang serba tidak enak,  memilih merawat neneknya sendiri. 



"Makan dulu,  nek. Raka sudah belikan bubur, " ujar Raka pada neneknya.



Neneknya tersenyum," kamu tidak bekerja, Raka? Nenek,  tidak apa sendiri di rumah,  nanti ada Bik Lastri disini yang nemani nenek. " 


"Tidak,  biarkan Raka yang merawat nenek, lagi pula di pekerjaan tidak membutuhkan Raka," jawab Raka.  


Neneknya mengangguk,  dia tahu apa yang Raka kerjakan. Sebagai kuli panggul pasar, yang kadang banyak yang menyuruh ataupun tidak juga kuli bngunan yang akan memanggil Raka jika di butuhkan. 


Raka, yang hanya bekerja buruh serabutan, dengan penghasilan yang minim. Namun ia banyak mengambil pekerjaan lain dan tidak fokus dengan satu kerjaan. Membuatnya sudah merasa cukup,  walau dalam hatinya ingin memiliki penghasilan yang banyak 




"Ada yang mau nenek sampaikan padamu,  Raka. Ini tentang orang tuamu, " ucap neneknya membuat Raka terdiam. 


Sejauh ini,  Raka tidak pernah bertanya soal orang tuanya,  yang sudah membiarkan dia tinggal dengan neneknya sejak ia bayi. Mungkin saat kecil Raka bertanya,  tapi itu membuat neneknya bersedih,  sampai Raka pun memutuskan untuk tidak lagi menanyakannya. Tapi,  saat ini neneknya yang memulai membahas orang tua kandung Raka.  Raka,  yang sudah tidak peduli,  tapi juga merasa penasaran dengan jati dirinya.


"Ambil kotak merah,  yang ada di dalam lemari,  bawalah kemari! " ujar neneknya dan Raka pun tanpa bertanya mengambil kotak merah itu, di dalam lemari pakaian neneknya. 


Sebuah kotak merah berukuran sedang yang Raka berikan pada neneknya,  dan lalu bukanya kotak itu oleh neneknya,  disana ada beberapa amplop, dengan isi uang tabungan neneknya,  yang tidak boleh digunakan. Raka yang meminta agar uang neneknya di tabung atau bahkan dia ingin jika neneknya tidak lagi bekerja di kebun. Tapi,  neneknya yang sudah biasa bekerja dan menurutnya itu adalah hal yang membuatnya senang,  karena juga bisa bertemu dengan rekan - rekannya di kebun.  Raka, tidak bisa terus melarangnya, dengan syarat neneknya tidak merasa lelah berlebih,  dan menjaga kesehatan neneknya.  


Selain uang tabungan neneknya,  ada sebuah liontin yang ia ambil,  dan neneknya berikan pada Raka. 


"Itu adalah kalung, yang kamu pakai sejak nenek menemukanmu, " ucap neneknya setelah Raka memegang liontin itu.


Raka bingung,  apa maksud dari perkataan neneknya, "maksud nenek,  apa Raka bukan cucu kandung nenek? " 


Neneknya mengangguk, " dulu,  nenek menemukan kamu di sebuah gubuk tua, di  dekat sawah, dan nenek yang saat itu sudah tinggal sendiri,  merasa senang bisa menemukanmu. Awalnya,  nenek akan menyerahkanmu pada kantor polisi,  karena nenek pikir,  mungkin akan ada yang mencarimu.  Tapi ternyata,  saat nenek memilih merawatmu selama seminggu, tidak ada yang mencarimu." 


Raka terdiam,  menyimak apa yang sudah neneknya katakan. Ia pun merasa terkejut,  dengan kenyataan yang ada,  tidak ada rasa sedih di hatinya. Tapi,  Raka merasa penasaran,  mengapa kedua orang tuanya membuangnya.  Ya,  Raka berpikir jika di telah di buang oleh orang tuanya.


Raka pun memilih bersyukur, karena ada neneknya yang mau merawatnya,  layaknya seorang cucu sendiri. Dia tidak mau larut dalam kesedihan, jika harus mengingat masa lalu Raka yang nyatanya dibuang oleh kedua orang tuanya. Raka,  tidak mau memikirkan mereka,  dia sudah senang bisa hidup di desa dengan neneknya, walaupun hidup dengan serba kecukupan, dan tidak pernah merasakan bagaimana memiliki orang tua. Tapi bagi Raka,  dengan adanya neneknya yang menyayanginya,  itu sudah lebih dari cukup,  karena sudah mau merawatnya dengan penuh kasih sayang,  di usianya yang sudah senja. 



"Maaf,  nenek baru mengatakannya padamu,  nenek hanya tidak mau, jika kamu tahu kenyataan ini,  kamu akan meninggalkan nenek," lanjutnya dan itu membuat Raka mencium tangan neneknya. 


"Tidak nek,  Raka tidak mungkin meninggalkan nenek. Nenek satu - satunya keluarga Raka.  Raka tidak peduli dengan kenyataan Raka sesungguhnya," jawab Raka membuat neneknya tersenyum.



"Jika nanti nenek sudah tidak ada,  kamu carilah orang tuamu!" ujar neneknya dan Raka hanya mampu menggelengkan kepalanya.



"Tidak,  Raka hanya mau nenek saja. Nek,  Raka mohon jangan bicara yang macam - macam,  istirahatlah!" ujar Raka,  tidak mau lagi mendengar neneknya bicara yang akan membuatnya sedih. 


Jika Raka kehilangan neneknya,  itu akan membuatnya sangat sedih, bahkan mungkin tidak akan lagi ada tujuan untuk hidupnya. Karena Raka selama ini hanya ingin membahagiakan neneknya yang sudah mau merawat dan membesarkannya, yang nyatanya dia bukanlah cucu kandungnya. 



Tapi ternyata takdir berkata lain,  3 hari setelah neneknya jatuh sakit,  Raka harus kehilangan neneknya. Raka hanya mampu terdiam dan merasa sangat sedih menatap gundukan tanah yang ditaburi oleh berbagai macam bunga dan yang pasti kini Raka seperti sudah kehilangan semangatnya. 



"Untuk apa aku hidup? " gumam Raka,  dengan memegang liontin yang neneknya berikan,  sebuah fakta yang akhirnya ia tahu tentang jati dirinya,  yang mungkin harus dia cari. 


"Apa aku harus mencari mereka, nek? "




***