Contents
Assalamualaikum, Boss! Sinopsis
Sinopsis
Kehidupan Almira awalnya baik-baik saja sampai ketika suatu perjodohan memupuskan mimpinya. Mimpi untuk memiliki seorang suami yang paham agama itu kandas ketika dia tahu calon suaminya adalah pria yang baru kembali dari New York, yang tidak lain adalah bosnnya, Pak Adzriel. Padahal Almira berharap memiliki suami seperti Ustad Aqsa, seniornya di kampus dahulu, yang ternyata masih teman dekatnya Adzriel karena mereka pernah satu sekolah waktu SMA.
Pernikahan itu mereka jalani dengan penuh sandiwara. Adzriel akhirnya sadar kalau Almira terpaksa menerima perjodohan itu. Adzriel yang sejak awal menghargai Almira akhirnya memutuskan untuk mengajak Almira pindah ke rumahnya untuk tinggal berdua saja. Almira awalnya menolak, tapi Adzriel justru mengancamnya.
“Kalau kamu sanggup bersandiwara terus-terusan di depan orangtuamu, silakan. Tapi aku tidak sanggup membohongi orangtuamu mereka dengan romantisme palsu kita berdua.” Begitu ucapan Adzriel yang membuat Almira akhirnya menurut saja.
Di rumah itu, Almira bahkan diberikan kamar sendiri. Adzriel benar-benar memperlakukan Almira sebagai orang asing di rumah itu. Bukan karena dia tidak cinta, tapi dia takut perhatiannya kepada Almira hanya akan membuat dia jatuh hati pada perempuan itu, sementara perempuan itu tidak pernah bisa mencintainya. Almirapun demikian, dia masih merasa asing dengan pernikahan tersebut, yang membuat dia berusaha menjaga jarak dari Adzriel, yang bahkan bersentuhan dengannya saja dia tidak mau.
Meski begitu, Almira tetap menjalani kewajibannya sebagai seorang istri, yang melayani kebutuhan makan dan minum Adzriel. Dia yang menyiapkan semua kebutuhan Adzriel bahkan sampai pakaian yang akan dia gunakan saat bekerja. Suatu waktu, Almira mengalami kecelakaan di dapur saat sedang memasak. Adzriel yang ada di kamarnya segera berlari untuk menolong Almira.
Namun sayangnya, saat Adzriel hendak menolong, Almira langsung merespon dengan menepis tangannya dan bahkan tampak ketakutan. Sikap Almira itu benar-benar membuat Adzriel kaget, separah itukah rasa benci Almira kepadanya? Sejak hari itu, Adzriel menampakan perubahan sikapnya pada Almira. Dia tidak mau lagi memberikan perhatian sekecil apapun pada Almira, entah itu di rumah ataupun di kantor.
Saat ada pengajian di kantor, Adzriel mengundang Aqsa untuk memberikan tausiyah. Sebagai seorang teman, Aqsapun menerima tawaran itu. Kedatangan Aqsa membuat Almira sangat bersemangat, dia bahkan yang sibuk mengurusi semua keperluan pengajian itu, sampai lupa kalau dia sudah punya suami. Sikap Almira itu mengundang kecurigaan pada Adzriel. Diam-diam Adzriel mengamati Almira sampai dia sadar ternyata Almira menaruh rasa pada sahabatnya itu.
Bukan hanya di kantor, saat Aqsa datang ke rumahpun, sikap Almira sangat jauh berbeda dengan sebelumnya. Hal itu menambah keyakinan Adzriel kalau sebenarnya lelaki yang pernah dikatakan Almira itu tidak lain adalah Aqsa. Situasi ini membuat Adzriel semakin dilema. Di satu sisi, dia merasa pernikahan ini tidak dapat dipertahankan. Di sisi lain, dia mulai ada rasa cinta pada Almira.
Waktu terus berlalu, Adzriel benar-benar menampakan sikap dinginnya pada Almira. Tidak peduli saat berada di rumah maupun di kantor. Di rumah, Adzirel tidak pernah lagi menyentuh makanan dan minuman yang dibuatkan oleh Almira. Itu semua membuat Almira tersinggung dan malah ribut dengan Adzirel. Adzriel yang emosi karena merasa disalahkan atas kejadian itu akhirnyaa emosi, tapi dia berusaha untuk tidak melakukan kekerasan fisik pada Almira.
“Bisakah aku menjalankan kewajibanku seorang istri?”
“Kalau hanya urusan makanan, minuman, menyiapkan pakaianku, aku bisa melakukannya sendiri. Lima tahun di amerika, semua aku lakukan sendiri. Aku menikahimu karena aku mencari seorang istri, seorang teman hidup, bukan asisten rumah tangga.”
Di kantorpun Adzriel menampakan sikap dinginnya pada Almira, hingga membuat Andini – teman dekat almira – di kantor, curiga. Satu waktu Almira berniat ke pengajian ustad Aqsa. Dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, tapi Adzriel yang mengetahui hal tersebut, segera memberikan Almira tugas tambahan di kantor. Lembur. Almira ingin menolak perintah itu tapi dia tak berani.
Azriel bahkan sempat terpikirkan untuk mengakhiri saja rumah tangga tersebut. Namun sahabatnya, Teguh, berusaha meyakinkan Azriel untuk mempertahankan rumah tangga itu. Almirapun sama, tapi Andini yang bersikeras menolak ide gila itu dari kepala Almira.
Satu waktu, saat mereka ada acara keluarga, Almira ingin ikut, tapi Adziriel melarangnnya datang. Adzriel malah meminta Almira menyelesaikan pekerjaannya bahkan sampai jam sembilan malam karena laporan itu akan digunakan keesokan harinya saat bertemu klien. Akhirnya Almira tidak ikut ke acara keluarga Adzriel.
“Tapi aku ini istrimu. Bagaimanana keluargamu akan menanggapi ketidakhadiranku di sana?”
“Tidak masalah. Aku tinggal bilang kamu sibuk, ada pekerjaan lemburan. Mereka akan mengerti, kok. Kecuali kita datang dan berpura-pura sebagai pasangan suami istri yang romantis, itu yang tidak akan pernah dimengerti oleh mereka.”
Melihat Almira tidak datang, Azalea – adik Adzriel – tampak gembira. Memang sejak awal dia tidak senang dengan pernikahan itu. Dia masih ingin kakaknya itu menikah dengan Nadine, mantan pacar Adzriel yang merupakan seorang model. Adzriel putus dari Nadine karena nadine terlibat skandal yang membuat Adzirel tidak bisa memaafkannya. Tidak disangka, Nadine ada di acara itu.
Adzriel yang ingat Almira masih di kantor, memutuskan pulang lebih dulu. Alasannya karena mau menjemput Almira. Dia bahkan mampir membelikan nasi goreng kesukaan Almira. Almira terkejut saat Azriel tiba dan meletakan nasi goreng itu di meja. Almira kaget tapi dia kesal karena pekerjaan tambahan itu membuat dia tidak bisa pulang lebih awal.
“Makan. Aku tidak mau kamu besok tidak masuk kantor karena tiba-tiba sakit. Aku masih membutuhkanmu... setidaknya di kantor ini.” Kalimat Adzriel itu seperti menampar Almira dalam diam. Almira seperti malu karena selama ini dia merasa telah mempermainkan rumah tangga mereka.
Meski saling bersikap dingin namun lambat laut, keduanya mulai saling perhatian. Almira tetap membuatkan makanan untuk Adzriel, tak peduli adzirel mau memakannya atau tidak. Satu waktu, tengah malam, adzriel kelaparan. Dia ke dapur untuk membuat mi instan, tapi dia sadar ada makanan yang dibuatkan Almira. Dia membuang rasa gengsinya, tapi ketika dia sudah selesai makan dan beranjak ke kamar, dia terkejut karena Almira hendak berjalan ke dapur.
“Aku pikir kamu sudah tidur. Kamu mau kemana?” tanya azriel sambil bersikap tenang.
“Mau... ke dapur. Mas Azriel darimana?”
“Dari dapur, mau masak mi instan tapi mendadak malas. Aku mau ke kamar saja.”
Almira sadar ada sisa makanan di ujung bibir Azriel, yang membuat dia tersenyum. Sikap itu membuat Azriel curiga, tapi saat ditanya Almira hanya senyum-senyum saja.
“Kenapa nggak jadi masak mi instan? Mau aku buatkan mienya?”
“Tidak perlu. Aku sudah kenyang. Aku mau lanjutkan pekerjaanku saja,”
“Oh iya. Lain kali selesai makan, jangan lupa bersihkan bibir dan mulut Mas. Itu ada sisa makanan di ujung bibirmu.”
Kejadian itu membuat Azriel jadi malu sendiri. Dia tidak bisa melupakan kejadian itu bahkan ketika dia di kantor. Anehnya, sekarang sikap Almira sudah berubah kepadanya. Almira sering tiba-tiba masuk mengantarkan kopi ke ruangannya. Almira hanya berusaha untuk berdamai dengan keadaan yang ada. Dia sadar sudah salah selama ini kepada Azriel. Dia mencoba untuk mendatangkan rasa cinta itu untuk suaminya.
Ketika Almira sakit dan harus dirawat di rumah sakit, Azriel yang tampak paling panik dan cemas. Azriel bahkan tidak meninggalkan Almira sama sekali di rumah sakit, tak peduli kalau di kantor dia harus menghadiri meeting penting.
“Tapi saya ini hanya karyawan. Saya tidak mau merepotkan bos saya.”
“Di kantor kamu memang karyawanku, Almira.”
Di rumah sakit itu juga Azriel memberikan undangan pernikahan Aqsa. Azriel tidak tega menyampaikan itu pada Almira, tapi dia ingin menyelesaikan urusan itu sesegera mungkin. Dia ingin berteman baik dengan Almira, dan juga ingin tahu apakah benar Almira menaruh rasa pada Aqsa.
Saat mendapat kabar kalau Aqsa akan menikah, Almira terlihat sedikit murung. Dia sadar, semuanya sekarang tidak bisa diperjuangkan. Sekarang yang bisa dia lakukan hanyalah mencoba mencintai Azriel dan menjalani kehidupan berumah tangga yang telah mereka ikat berdua. Di saat yang sama juga akhirnya Azriel mengatakan apa yang menjadi kecurigaannya pada Almira dan Aqsa.
“Mungkin dulu, iya. Tapi sekarang? Tidak lagi. Dia akan menikah dan aku tidak perlu lagi memikirkan apapun tentang dia. Aku juga sudah menikah, dan aku harusnya mencintai suamiku.”
Di hari pernikahan Aqsa, Azriel dan Almira turut hadir. Nadine juga ada di sana, tapi azriel langsung menarik lengan Almira dan mengenggam tangan istrinya dengan erat. Almira sedikit syok namun kemudian mulai membiasakan diri dengan kondisi itu. Bahkan Azriel masih sempat menggoda Almira di pesta pernikahan itu.
“Bagaimana rasanya datang ke nikahan senior favorit? Ada yang mengganjal di hatimu?”
Almira yang kesal digoda macam itu, malah merespon dengan mencubit pinggang Azriel.
Sejak hari itu, hubungan keduanya berangsur membaik. Mereka memang masih tidur di masing-masing kamar, tapi sekarang mereka sudah berdamai dan sering makan bersama. Bahkan sering jalan untuk sekadar menonton atau berbelanja kebutuhan rumah tangga. Sambil sesekali mereka berbagi cerita tentang alasan mereka menerima perjodohan itu.
Azrielpun akhirnya menceritakan soal Nadine pada almira. Awalnya Almira merasa biasa saja, tapi ketika mendengar semakin lama kedekatan Azriel dan Nadine, almira merasa ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Apalagi saat tiba-tiba Nadine datang ke rumah dan mencari Azriel. Almira yang bingung dengan perasaannya kembali menunjukkan sikap dinginnya pada Azriel. Itu membuat Azriel yakin penyebabnya pasti Nadine.
“Aku dan Nadine sudah selesai. Tidak ada apa-apa lagi di antara kami. Aku mohon, percayalah!” ucap Azriel berusaha meyakinan Almira saat dia mendapati wanita itu sedang termenung dengan tatapan kosong di kamarnya, hampir menangis.
Sikap Azriel itu akhirnya membuat Almira luluh. Dia yakin kalau di rumah tangga ini yang sejak awal berusaha mempertahankannya adalah Azriel. Bahkan di masa – masa awal pernikahan, azriel sempat menawarkan Almira sebuah perjanjian yang mana jika dalam satu tahun dia tidak bisa membbuat Almira jatuh cinta, maka Almira boleh menggugat cerai. Sebenarnya itu cara Azriel saja karena Azriel yakin Almira tidak akan melakukan itu karena hanya akan mengundang pertanyaan dan kehebohan di tengah keluarga.
Satu waktu saat Azriel dan Almira hendak pergi berdua, tiba-tiba istrinya Aqsa datang ke rumah. Istrinya itu tidak lain masih kerabat dekat Azriel dan tahu kalau azriel dan Aqsa itu berteman dekat. Azriel seketika mengira kalau kedatangan wanita itu ada hubungannya dengan Almira. Dia bahkan berpikir wanita itu datang hendak melamar Almira jadi istri kedua Aqsa, padahal pernikahan mereka baru sebulan. Namun dugaan itu ternyata salah. Kedatangan wanita itu untuk meminta tolong padanya karena Aqsa hanya sibuk berkunjung dari satu tempat ke tempat lain untuk ikut pengajian.
“Tenang saja. Aku akan bicarakan ini baik-baik dengannya. Kamu tidak usah cemas. Dia tidak akan tahu darimana aku tahu masalah ini. Aqsa hanya butuh waktu saja. Semua orang butuh waktu. Coba sesekali kamu ikut bersamanya di pengajian itu, mungkin dia akhirnya akan sadar kalau sekarang dia sudah punya istri yang harus dia perhatikan juga.”
Almira merasa beruntung sebab meskipun bersikap dingin dan acuh tak acuh, tapi Azriel masih ada rasa peduli kepadanya sebagai seorang istri. Dia juga bersyukur bahwa Azriel ternyata adalah suami dan imam yang baik. Dia mungkin tidak sesempurna Aqsa dalam ilmu agama tapi Azriel sangat giat belajar, dan itu sudah almira amati sejak dulu kala.
Almira aakhirnya jatuh hati pada suaminya itu, dan kehidupan merekapun berakhir bahagia.
“Kamu ingat nggak dulu kamu pernah bilang padaku, aku bisa menggugat cerai kalau dalam sebulan kamu nggak bisa buat aku jatuh cinta sama kamu?” tanya Almira.
“Oh iya, ingat. Aku ingat sekali. Waktu itu aku bilang, Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku, meski kau tak cinta kepadaku. Beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa.”
“Kamu lumayan percaya diri banget saat itu, ya?”
“Aku hanya memakai lirik lagunya Dewa, sih. Tapi... memang benar. Aku menyerahkan semuanya padamu, kalau memang dalam waktu yang ditentukan aku gagal membuatmu jatuh cinta padaku, kamu boleh menggugat cerai dan aku...”
“Aku nggak akan menggugat cerai, kok. Tenang saja!” Kata Almira sambill tersenyum.
Almira tidak mungkin menggugat cerai karena dia sudah jatuh cinta pada Azriel, sama seperti Azriel mencintainya. Keduanyapun memutuskan honeymoon ke luar negeri, berdua.