Try new experience
with our app

INSTALL

Contents

Sutradara (Sinopsis) 

Sinopsis

Seorang gadis remaja yang akan pergi ke sekolah menghentikan langkah ketika melihat seorang pria terbaring di pinggir jalan bersama kendaraan roda dua yang menimpa tubuhnya. Gadis remaja mencoba membangunkan sang pria yang ternyata sama sekali tidak bergerak, hingga ia memberanikan meraba bagian lobang hidung laki-laki itu dan merasakan tidak ada lagi udara yang keluar masuk. Ringkas ia berteriak meminta tolong, menghentikan pengendara lain yang lewat, dan mengundang warga sekitar untuk berdatangan. Namun, tidak ada satu orang pun dari warga yang datang, berani menyentuh jasad pria itu. Semua orang memilih menunggu kedatangan polisi untuk mengevakuasi korban.


Jasad pria yang diketahui bernama Indra dan berusia tiga puluh lima tahun itu dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi, sedangkan kedua polisi yang menangani kasus tersebut, mendatangi rumah korban, sesuai alamat yang tertera di kartu identitas. Namun, penyambutan yang diberikan oleh istri korban, diluar ekspektasi mereka.


Rindu, istri korban yang telah memasuki usia tiga puluh empat tahun, tidak terlihat sedih sama sekali ketika mendapati kabar kematian suaminya. Wajahnya datar, seolah-olah kabar yang diterima bukanlah kabar menyedihkan, hingga tidak perlu mengumbar air mata untuk mengekspresikan kesedihan, menyebabkan kedua penegak hukum di depannya berspekulasi negatif dan mengembangkan intuisi bahwa ada unsur kejahatan dari kematian korban.


Penyelidikan dilakukan terhadap Rindu, tetapi tidak ada satu petunjuk pun yang dapat mengarahkannya pada kejahatan atas kematian Indra. Wanita itu tidak punya motif sama sekali, bahkan ia tampil sebagai heroin dalam drama rumah tangga yang menyedihkan.


Terlahir dari keluarga sederhana yang minim kasih sayang, Rindu dibesarkan dengan gelimang harta yang dipaksakan harus selalu ada oleh kedua orang tuanya.


Sebagai buruh di pabrik pupuk, sekaligus membuka usaha warung tegal di pinggir jalan, menyebabkan kedua orang tua rindu jarang berada di rumah dan memberikan perhatian pada putri satu-satunya. Menggantikan kasih sayang dengan uang yang berlimpah untuk membahagiakan Rindu. Namun, didikan dan pola asuh yang keliru, justru menjadikan wanita itu tumbuh sebagai gadis manja, gila harta, dan menginginkan semua perhatian terpusat padanya. Hingga akhirnya anak pemilik pabrik bertemu muka dengannya dan jatuh hati pada sosok cantik nan manja itu.


Rindu menikah dengan Indra di usia begitu muda, yaitu delapan belas tahun. Namun, meskipun sama-sama berusia muda, sang suami sangat bertanggung jawab. Di usianya yang baru menyentuh sembilan belas tahun, Indra sudah terjun ke perusahaan dan membantu ayahnya mengelola pabrik pupuk, meskipun pada akhirnya, perusahaan itu harus bangkrut di usia sepuluh tahun pernikahan mereka.


Indra yang minim pengalaman, orang tua yang lepas tangan dengan keuangan perusahaan, dan sifat hedonis Rindu yang menuntut hidup bergelimang harta membuat mereka harus pindah dari rumah mewah ke rumah susun sederhana. Namun, di sinilah kebaikan hati Rindu terlihat. Dia tak pernah meninggalkan Indra di saat hidup dalam kekurangan, meskipun sesekali masih mengeluh dengan keinginan memiliki barang-barang mewah yang tak bisa dipenuhi sang suami lagi. Hingga Indra yang sudah berpindah menjadi buruh pabrik beberapa kali terlibat kasus penggelapan uang karyawan, menyebabkan laki-laki itu dimusuhi oleh sebagian besar pekerja pabrik.


Di saat bersamaan, kecurigaan polisi tentang kematian Indra yang janggal, mulai terbukti. Dari hasil otopsi ditemukan racun arsenik yang mengendap dalam tubuh korban, selain terdapat kerusakan pada fungsi hati dan ginjal yang diduga juga disebabkan oleh racun arsenik tersebut. Namun, sekali lagi polisi buntu dengan penyelidikan, karena belum menemukan petunjuk apa pun tentang siapa yang bertanggung jawab atas kematian Indra.


Penyelidikan berlanjut pada peralihan perusahaan yang kini menjadi milik Randi. Beberapa kali kesalahan yang dilakukan oleh korban saat mengambil keputusan, serta penggelapan uang yang telah terjadi bertahun-tahun, menyebabkan pabrik diakuisisi oleh sang sepupu yang telah matang dalam dunia bisnis. Namun, kesalahan Indra rupanya tak berhenti begitu saja. Demi memenuhi keinginan dan perilaku hedonis sang istri, laki-laki itu rela menggelapkan uang gaji karyawan selama tiga bulan berturut-turut, hingga terjadi demo besar-besaran, menyebabkan kerusakan pabrik yang dilakukan oleh sebagian karyawan.


Randi selaku pemilik pabrik terpaksa putar otak, mengajukan pinjaman pada bank, dan melakukan pengerucutan karyawan. Namun, usaha itu berhasil mengamankan pabrik hanya berlaku beberapa bulan saja, karena tidak lama kemudian, Indra kembali berulah. Tanpa meminta izin pada Randi, ia membuat peraturan baru. Dengan alasan kedisiplinan, memotong gaji karyawan secara paksa, jika datang terlambat satu menit saja. Indra juga tega tidak memberikan uang bonus pada para buruh yang berhasil menyelesaikan target produksi jika tidak bersedia lembur, padahal uang lembur tidak pernah diberikan olehnya setiap kali ada yang bekerja lebih dari waktu yang ditentukan. Menyebabkan mereka berdua bertengkar hebat, hingga tercetus ucapan dari mulut Randi, ingin menghabisi nyawa Indra jika berulah sekali lagi.


Polisi kemudian mengalihkan penyelidikan pada buruh pabrik yang diduga menyimpan dendam pada Indra. Mengorek informasi tentang perilaku laki-laki itu yang ternyata tak sebaik yang diduga. Beberapa kali Indra menyebabkan banyak masalah dan memberhentikan pekerja pabrik secara sepihak tanpa pesangon dan kesalahan yang jelas. Indra juga memanipulasi data karyawan yang dipecat tidak hormat dengan tetap menggunakannya pada karyawan yang baru. Tujuannya sudah sangat jelas, mengejar bonus dan sisa uang gaji yang diberikan. Sebab uang gaji karyawan baru dan lama, selisih cukup jauh.


Dari hasil penyelidikan polisi kebingungan menemukan tersangka yang bertanggung jawab atas kematian Indra. Sebab dari semua orang yang dicurigai, semuanya memiliki alibi dan saksi bahwa di hari kejadian tidak sedang bersama korban, walaupun semuanya memiliki motif untuk menghabisi korban.


Tiga bulan waktu berlalu, penyelidikan masih belum membuahkan hasil, menyebabkan aparat penegak hukum hampir melupakan kasus tersebut. Hingga kematian seorang remaja putri bernama Diajeng menggegerkan sekolah tempat gadis itu menimba ilmu.


Diajeng ditemukan tak bernyawa di dalam toilet sekolah dengan kondisi sama persis yang terjadi pada Indra. Tumbuh kutil di beberapa bagian tubuh, kulit kemerahan yang diduga lebam, dan kuku yang menghitam dengan beberapa garis putih. Mengindikasikan jika dia meninggal karena diracun.


Dari hasil investigasi di sekolah, diketahui jika Diajeng seringkali mengeluh mual, sakit perut, dan muntah-muntah, selama beberapa bulan terakhir, hingga sering kali gadis malang itu tidak masuk sekolah karena harus berobat ke dokter. Pihak sekolah juga sudah pernah menghubungi Rindu selaku wali dari Diajeng, tetapi tanggapannya hanya biasa saja. Tidak ada tindakan apa pun, selain membawa anaknya ke dokter tanpa berniat melakukan pemeriksaan lebih lanjut.


Kematian Diajeng yang merupakan anak tunggal dari pasangan Indra dan Rindu, menyebabkan aparat kepolisian kembali membuka file lama tentang kematian Indra dan mengarahkan bidik tersangka pada Rindu yang kali ini terlihat begitu sedih mendapat kabar tentang kematian putrinya. Wanita itu menangis tersedu-sedu dan enggan menerima kehadiran polisi yang mencoba melakukan investigasi terkait kesehatan Diajeng dengan alasan masih berduka.


Polisi akhirnya dapat bernapas lega, karena hasil otopsi yang keluar membenarkan kecurigaan mereka. Di dalam tubuh Diajeng terdapat racun arsenik yang menjadi penyebab kematian. Penyidik mulai mengarahkan penyelidikan pada keuangan pelaku yang tetap mapan, meskipun sudah tidak ada Indra yang menjadi tulang punggung keluarga, sehingga sebuah fakta mencengangkan berhasil menguak sisi hitam Rindu sebagai seorang anak, istri, dan ibu.


Rindu ternyata telah melakukan banyak pembunuhan kejam dengan begitu pintar dan hampir tak terendus oleh kepolisian. Pemain watak sekaligus sutradara dalam setiap kejahatan yang ia lakukan. Membunuh kedua orang tua, suami, dan anak demi uang asuransi jiwa untuk memenuhi kehidupan hedonis-nya. Pantas saja wanita itu bisa bertahan hidup berumah tangga dengan Indra yang sudah bangkrut, karena di saat perekonomian rumah tangga mereka menyusut, ia mendapatkan uang asuransi yang sangat besar atas kematian ayah dan ibunya yang sengaja dibuat berjarak dengan menggunakan racun arsenik dalam kadar kecil selama berbulan-bulan.


Rindu juga tidak segan melakukan dosa yang sama dengan membunuh suaminya demi mendapatkan uang asuransi. Namun, sayangnya sebagian besar uang tersebut digunakan untuk membayar utang perusahaan, akibat penggelapan yang dilakukan oleh Indra, hingga akhirnya ia merencanakan pembunuhan yang lain. Yaitu menghabisi nyawa Diajeng, putri kandungnya sendiri.


Kehidupan mewah, tetapi minim kasih sayang yang diberikan kedua orang tuanya, membuat Rindu selalu ingin menjadi pusat perhatian. Menuntut kemewahan pada sang suami dengan memainkan drama sebagai wanita baik-baik dan terpelajar yang nyatanya memiliki banyak tuntutan, sehingga bisa merencanakan pembunuhan pada kedua orang tua, suami, dan anaknya sendiri.