Try new experience
with our app

INSTALL

Detektif Partitengil (Sinopsis) 

Detektif Partitengil (Sinopsis)

Title: Detektif Partitengil

Format: Feature film. 90 minutes.

Genre: Action, comedy, crime. 

Logline:

Dua satpam mantan preman ditangkap polisi karena diduga membunuh warga dan selingkuhannya. Karena tidak bersalah, mereka memutuskan untuk kabur. Ternyata selingkuhan warga yang juga menjadi korban adalah seorang ketua geng motor. Sambil diburu polisi dan geng motor, mereka berusaha untuk mengungkap siapa pembunuh yang sebenarnya. 

 

AMING (27 th) dan TORA (26 th) adalah dua mantan preman binaan PAKDE INDRO (55 th), mantan preman senior yang sudah insyaf dan punya misi sosial mengajak para preman untuk insyaf dan kembali ke jalan yang benar. Selain dibina, Aming dan Tora juga diberi pekerjaan sebagai satpam di sebuah kompleks (cluster) perumahan kelas menengah.

Meskipun sudah menjadi satpam, Aming dan Tora masih belum bisa sepenuhnya meninggalkan kebiasaan lama, diantaranya berjudi dan mabuk-mabukkan. Tapi untungnya Pakde Indro orang yang sabar sehingga selalu berusaha menjadi pembina atau pendamping yang baik. 

Satu saat, ketika sedang bertugas berjaga di gerbang kompleks, Aming dan Tora disergap lalu ditangkap polisi karena diduga telah membunuh salah satu warga bernama BU DIDU dan teman lelakinya di sebuah hotel. Pada proses interogasi, Aming dan Tora menyangkal telah membunuh, tapi polisi punya bukti dan saksi (SI KRIBO, 25 th) bahwa mereka ada di TKP pada saat pembunuhan terjadi. 

Aming dan Tora yang tidak bersalah memutuskan untuk kabur dari tahanan polisi. Polisi langsung mengerahkan kekuatannya untuk menangkap Aming dan Tora. Tapi karena kelincahan dan keberuntungan, mereka berhasil lolos dari kejaran polisi. 

Aming dan Tora bersembunyi di rumah Pakde Indro. Mereka juga meminta bantuan Pakde Indro untuk menyelesaikan masalah yang ada. Aming merasa difitnah oleh Pak Didu yang sebelum kematian Bu Didu, menyuruh Aming untuk membuntuti Bu Didu yang diduga berselingkuh di sebuah hotel. Aming menduga bahwa pembunuh sebenarnya adalah Pak Didu. 

Pakde Indro tidak langsung percaya dengan teori Aming karena ia mengenal Pak Didu sebagai orang yang baik. Aming harus punya bukti dan saksi yang menguatkan teorinya sebelum membuat tuduhan. Aming lalu bilang bahwa itulah tujuannya ia kabur dari tahanan polisi, yaitu untuk menyelidiki keterlibatan Pak Didu atas pembunuhan isterinya sendiri. 

Tiba-tiba Tora yang sedang mengintip dari jendela, melihat ada DUA PEMOTOR yang sedang nongkrong di depan rumah Pakde Indro. Aming langsung menduga bahwa mereka adalah intel yang akan menangkap mereka lagi. Pakde Indro keluar untuk menemui Dua Pemotor, tapi sebelum bicara, Aming dan Tora sudah kabur lagi menggunakan motor Pakde Indro. Dua Pemotor yang melihat Aming dan Tora kabur, buru-buru mengejar dengan motor mereka. 

Aming yang membonceng Tora memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Dua Pemotor yang mengejar berusaha untuk menangkap mereka. Kebut-kebutan di jalan raya terjadi, Aming yang sangat terampil mengendalikan motornya membuat Dua Pemotor kewalahan lalu menghubungi teman-temannya melalui HP untuk minta bantuan. Tak lama motor-motor teman Dua Pemotor berdatangan lalu ikut mengejar motor Aming dan Tora. 

Aming terus memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Motor yang ditumpanginya memang memilik tenaga yang besar sehingga tidak mudah dikejar sampai… tiba-tiba mesin motor Aming dan Tora mati karena kehabisan bensin… Aming dan Tora memutuskan untuk menyerah dan siap untuk ditangkap lagi. Tapi ternyata para pemotor yang mengejarnya tidak menangkap. Mereka hanya diam duduk di atas motornya sendiri sambil melihat ke belakang tempat Aming dan Tora mengangkat tangan. 

Aming dan Tora melihat ke belakang, ternyata di sana ada serombongan pemotor lain dalam posisi sedang menunggu. Aming dan Tora tidak tahu siapa mereka. Mereka juga tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba dari sudut perempatan, terlihat Pakde Indro melambaikan tangan memanggilnya. Aming dan Tora lalu mendorong motornya yang mogok menghampiri Pakde Indro yang rupanya mengikuti mereka ketika terjadi kejar-kejaran motor tadi. 

Aming dan Tora bersembunyi di sebuah gudang, sementara Pakde Indro mencari informasi dari teman-teman lamanya tentang kelompok pemotor yang tadi mengejar Aming dan Tora juga kelompok pemotor lain yang mencegat. Dari informasi yang didapatkan Pakde Indro, diketahui bahwa mereka adalah dua geng motor yang bermusuhan yaitu geng motor Item Black dan White Color, jadi bukan intel seperti yang Aming duga sebelumnya. Informasi lain yang didapat Pakde Indro adalah bahwa selingkuhan Bu Didu yang juga menjadi korban pembunuhan di hotel ternyata adalah ketua geng motor Item Black. 

Aming dan Tora kemudian mengerti, ternyata itu alasan kenapa mereka tadi dikejar-kejar geng motor. Aming lalu membuat teori baru, bahwa sebenarnya Bu Didu bukan target utama yang diincar pembunuh, melainkan pasangan selingkuhan Bu Didu yaitu ketua geng motor Item Black. Dan pelakunya adalah geng motor yang menjadi musuhnya, White Color. Pakde Indro menganggap teori ini masuk akal, tapi mereka harus mencari bukti dan saksi untuk menguatkan teori ini. 

Tiba-tiba terdengar suara raungan sirine motor dan mobil polisi. Aming, Tora dan Pakde Indro panik mendengarnya. Tak lama beberapa motor dan mobil polisi datang untuk menyergap Aming, Tora dan Pakde Indro. Aming dan Tora berhasil kabur dengan menggunakan motor yang sebelumnya, bensinnya, sempat diisi. Tapi Pakde Indro yang tidak siap, malah tertangkap. 

Tora kecewa dan sedih karena gara-gara ulah mereka, Pakde Indro yang selama ini sudah berbuat baik kepada mereka, sekarang ditangkap polisi. Tora tidak bisa menerima kondisi ini, Aming berusaha untuk menghibur Tora, tapi Tora semakin emosi lalu menyalahkan Aming karena ia yang menyebabkan semua masalah ini terjadi. 

Aming tidak menerima tuduhan Tora, ia balik menuduh Tora yang ketika tadi kabur dari kejaran polisi, mengajukan usul untuk bersembunyi di rumah Pakde Indro. Tora emosi, Aming juga emosi, pertengkaran terjadi, awalnya hanya adu mulut lalu berlanjut ke adu pukul. Aming dan Tora berkelahi sampai akhirnya capek sendiri. Aming menghentikan perkelahian mereka lalu usul agar mereka menyerahkan diri pada polisi agar Pakde Indro bisa dibebaskan. Tora menyetujui usulan Aming ini. 

Aming dan Tora bermotor menuju kantor polisi. Di tengah jalan, mereka disergap oleh geng motor Item Black. Aming dan Tora berusaha untuk kabur, tapi geng Item Black sudah mengepung mereka. Aming dan Tora dibawa ke markas lalu disiksa karena disangka telah membunuh ketua geng motor mereka. Mereka juga menuduh Aming dan Tora anggota geng White Color yang selama ini menjadi musuh mereka. 

Aming dan Tora menyangkal semua tuduhan lalu berusaha memberi penjelasan. Aming dan Tora bilang bahwa mereka hanyalah satpam kompleks yang dimintai tolong untuk membuntuti isteri warga yang diduga berselingkuh. Bahkan mereka tidak mengenal siapa lelaki yang menjadi selingkuhannya. Geng Item Black tidak percaya lalu menyiksa Aming dan Tora dengan lebih kejam. Aming dan Tora memutuskan untuk melawan, dengan sisa tenaga yang ada, mereka berkelahi dengan beberapa anggota geng Item Black dan berhasil kabur. 

Aming dan Tora bermotor menuju kantor polisi. Di sana sedang ada konferensi pers yang diselenggarakan polisi berkenaan dengan kasus pembunuhan Bu Didu dan selingkuhannya. Aming dan Tora memanfaatkan kesempatan ini untuk melapor sekaligus menjelaskan pada polisi, wartawan, juga geng Item Black yang sejak tadi mengejar, tentang siapa pelaku pembunuhan. Tiba-tiba Aming melihat sebuah motor hitam dengan pengendaranya yang juga berjaket hitam dan helm hitam. Aming teringat bahwa ia pernah bertemu dengan orang tersebut beberapa kali di sebuah tempat lalu menunjuknya sebagai pembunuh. Dia adalah Si Kribo yang bekerja di hotel yang menjadi TKP. Aming mengenal Si Kribo sebagai salah satu lawan berjudinya. 

Aming lalu mengingat-ingat apa saja yang pernah dilakukan Si Kribo ketika bertemu di hotel, lalu dengan yakinnya, Aming menunjuk Si Kribo sebagai pembunuh Bu Didu dan selingkuhannya. Aming lalu mengemukakan teori dan analisanya, bahkan ia juga bisa menunjukkan alat yang digunakan untuk membunuh di bagasi motor Si Kribo. Ketika dicek, ternyata benar. Hal ini membuat geng Item Black marah dan siap untuk menghajar pelaku yang merupakan anggotanya sendiri, tapi untung polisi segera merelai dan menangkap pelaku. 

Polisi membebaskan Aming dan Tora dari segala tuntutan, Pakde Indro pun bebas dari tahanan. Lebih dari itu, semua orang memuji Aming dan Tora yang berhasil mengungkap kasus pembunuhan.