Contents
Sundal Virgin
SV 7
SV 7. Ditinggalkan
Flor kembali terlelap. Kali ini wudu dan berdoa sungguh mampu membuatnya berada di alam mimpi indah. Sementara itu, Anitha tidak bisa tidur lagi meskipun sangat mengantuk. Ia kepikiran bagaimana besok mencari pekerjaan halal. Memikirkan ia akan kerja apa dan ke mana mencarinya. Sembari terus berpikir, ia berbaring hingga akhirnya, ia pun terlelap.
Ketika mentari baru menyingsing, Anitha yang terbangun duluan tidak membangunkan Flor karena ia tahu Flor lelah dan belum lama tidur. Kasihan untuk anak sekecil Flor. Ia segera ke kamar mandi, bersiap untuk pergi mencari pekerjaan. Tidak lupa, ia meninggalkan Flor dengan secarik kertas berisi pesan, meninggalkan mie instan kuah yang telah matang yang semalam tinggal sebungkus, segelas susu instan putih, dan dua lembar uang.
“Maaf, Flor, seratus lima puluh ini uang haram. Berhari-hari bersamaku, aku membuatmu memakan yang haram. Semoga hari ini, aku bisa mendapatkan pekerjaan dan uang halal untukmu agar kamu tidak memakan uang haramku lagi,” batin Anitha sembari mengusap-usap lembut puncak kepala Flor. Kemudian, Anitha mengecup kening dan kedua pipi Flor lalu berangkat.
Krieekkk ... krieekkk ....
Suara buka tutup pintu meskipun pelan terdengar oleh Flor. Flor perlahan terbangun dan pelan-pelan membuka kedua matanya. Ia mengedarkan netranya yang sudah benar-benar terbuka ke sekeliling kamar berukuran tiga kali tiga meter itu. Tidak tampak Anitha. Ia bangkit duduk.
“Tante ....” Flor memanggil lirih dan ia segera menduga Anitha mungkin sedang ke kamar mandi. Kemudian, ia menemukan secarik kertas dan di atasnya ada dua lembar uang. “Tante cari kerja dulu. Doakan Tante dapat uang. Ini ada sedikit uang kalau kamu mau jajan atau perlu sesuatu. Mie dan susu kalau bisa dihabiskan,” baca Flor lirih.
“Aku sendirian lagi di sini. Bagaimana kalau nanti?” Flor ketakutan berpikir hal buruk seperti kemarin akan ada lagi. Ia lekas bangkit untuk menuju ke pintu. Ia membuka sejenak pintu kamar. Ia tengok kanan kiri kamarnya. Ia lekas menutup pintunya lagi. Kemudian, ia memutar kuncinya dua kali. Ia lantas kembali ke tempat tidur duduk memeluk lutut.
“Ibu ... Ayah ....”
Tidak lama berselang, ia tersentak hingga terngaga dan terbelalak karena benaknya mengingat sesuatu. “Subuh!” Ia sungguh tidak mau melewatkan salat. Ia ingin mendoakan Kayshilla dan Atharrazka Kanzaki. Ia takut ke luar dari kamar, tetapi keinginannya untuk salat sungguh besar. Ia pun tidak peduli meskipun kalau ini waktunya sudah terlewat. Ia mengambil apa yang dibutuhkan lalu bergegas ke kamar mandi. Ia teringat ada maling. Pikiran cerdasnya, membuatnya mengunci pintu dari luar agar tidak ada lagi maling.
Di perjalanan ke kamar mandi, ia melihat hal-hal negatif. Ia melihat ada sejoli sedang memadu kasih. Ia pun melihat ada orang berjalan sempoyongan. Ia bergidik dan berusaha mengalihkan pandangannya dari apa pun itu hal negatif yang ada. Ia menjadi ingat saat Anitha menutup matanya. Ia mengerti sekarang alasan Anitha. Pantas saja Anitha menutup matanya kala itu. Ia mempercepat langkahnya ke kamar mandi. Di kamar mandi, ia juga tidak berlama-lama. Saat melangkah kembali ke kamar, ia memilih berlari.
Di kamar, ia lekas salat subuh mengenakan mukena yang dibelikan Anitha dengan uang haram. Ia berdoa untuk Kayshilla, Atharrazka Kanzaki, dan Anitha. Setelah salat, barulah ia menyantap mie dan susu.
✨❤️✨
“Ya Allah, ke mana aku mencari pekerjaan halal?” Di jalan, Anitha masih bingung mau ke mana untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. “Apa minta bantuan Rina? Ah, tidak, Rina pasti akan menawarkan pekerjaan yang biasanya dan akan bawel kenapa aku harus capek-capek mencari pekerjaan halal. Lalu bagaimana sekarang, ke mana? Rumah besar.”
Anitha akhirnya memutuskan ke daerah perumahan yang rumahnya besar-besar. Ia mengetuk pintu demi pintu bertanya jika mungkin ada yang membutuhkan tenaganya. Akhirnya, ia mendapatkannya. Ia sudah langsung harus memulai bekerja. Ia harus bekerja setiap hari di tempat itu. Ada libur sekali dalam sepekan. Gajinya bulanan dan pastinya akan diberikan mulai bulan depan. Jumlahnya tidak banyak dan masih jauh lebih banyak saat ia menjadi kupu-kupu malam. Tidak masalah, toh yang itu ia peruntukan hanya untuk makan dan minum Flor. Yang penting makanan dan minuman yang masuk ke perut Flor yang halal. Untuk keperluan lain biar memakai uang dari hasilnya menjadi kupu-kupu malam.
✨❤️✨
“Bosan.” Flor bosan di dalam kosan. Ia takut juga berada di luar. Kemudian, ia mendapatkan ide ke mana ia bisa pergi dengan aman dan nyaman. Ia membawa mukenanya dan uang pemberian Anitha. Tidak lupa, ia mengunci pintu kamarnya. Ia pergi ke tempat salat yang tidak jauh dari kosan itu. Belum waktunya salat. Ia berada di tempat salat itu untuk bermain. Meskipun demikian, ia akan salat di tempat itu jika saatnya tiba.
Sudah berlalu waktu hingga asar telah selesai, Flor masih di tempat salat. Ia ragu mau pulang atau tidak. Ia tidak nyaman dan takut di kosan dengan lingkungan seperti itu. Jika tidak kembali ke kosan, ia khawatir juga Anitha telah pulang. Ia teringat Kayshilla dan Atharrazka Kanzaki selalu meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah dengan bersedekah. Flor ingat ia memiliki uang. Ia lekas mengambilnya dari lipatan mukenanya dan memasukkan semua uang itu ke dalam kotak amal masjid itu. Kemudian, ia memutuskan untuk kembali ke kosan setelah salat isya.
✨❤️✨
Saat itu, akhirnya tiba. Flor kembali ke kosan dengan rasa takut. Ia memeluk erat mukenanya mengekspresikan rasa takutnya. Ia sangat berharap Anitha sudah kembali ke kosan.
“Flor!” Suara panggilan itu berasal dari belakang Flor. Flor mengenali suara itu. Ia menoleh dengan tersenyum. Tampak wanita yang dikenalnya melangkah dengan menenteng kantong plastik berwarna hitam.
“Flor, dari mana, Sayang?”
“Masjid, Tante.”
“Hm ... anak pintar dan baik! Jadilah pintar dan baik selamanya, Flor!”
Flor tersenyum lalu balik bertanya, “Apakah Tante baru pulang?”
“Iya, aku sudah dapat pekerjaan dan langsung kerja tadi. Setiap hari aku akan pulang sebelum magrib atau setelah magrib seperti ini. Em ... Flor, tapi ... jadinya, kita tidak bisa setiap hari keliling mencari jalan pulang ke rumah kamu. Kita bisanya sepekan sekali. Kamu tidak apa-apa kan Flor? Kalau tidak begitu, kalau Tante tidak bekerja, Tante tidak punya uang, kan buat kamu juga uangnya.”
“Iya, Tante, sepekan sekali keliling mencari tidak apa-apa.” Flor pasrah tidak kunjung pulang-pulang ke rumahnya.
✨❤️✨
Sesampainya di kosan, Anitha lekas menyiapkan makanan lalapan yang dibelinya di pinggir jalan untuk Flor. “Flor, kamu seperti lusuh. Kamu mandi lalu makan! Setelah itu, Tante yang akan mandi. Setelah itu, Tante akan berangkat kerja lagi.”
Deg, Flor tidak nyaman mendengar hal itu. “Kerja lagi, Tante?”
“Iya, Tante harus banyak bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita.”
“Iiiiiya, Tante.” Flor terbata karena dengan berat hati mau tidak mau ia akan sendirian lagi.
Anitha akhirnya berangkat kerja lagi. “Ya Allah, Flor takut. Ya Allah lindungilah Flor. Lindungilah Tante Anitha juga.”
Hampir setiap malam, kini begitulah yang dialami Flor. Sementara di setiap paginya, ia pun selalu sendirian. Di setiap pagi, demi rasa aman dan nyaman, ia selalu beralih ke masjid. Di masjid itulah ia bermain dan salat dengan gembira di tengah keadaannya yang demikian. Pencarian jalan pulang ke rumahnya menjadi terhambat.
✨❤️✨
Sementara menunggu gaji halal, tidak ada pemasukan halal, dan semua serba haram. Anitha merasa tidak enak terus-menerus memenuhi kebutuhan Flor terutama makan minum Flor dengan uang haram terus. Anitha melihat perhiasan emas yang dikenakan oleh Flor. Akhirnya, ia terpikir untuk menggunakan sepasang anting dan kalung itu. Ia menimang dengan tidak enak hati, memutuskan untuk menggadaikan perhiasan Flor.
“Sebagian untuk makan Flor. Sebagian untuk usaha kecil-kecilan yang hasilnya bisa langsung agar ada pemasukan halal sementara menunggu dapat gaji. Ayah dan ibunya Flor, aku izin memakai perhiasan Flor,” batin Anitha.
“Flor, em ... Tante kan gajian baru bulan depan. Boleh tidak, Tante pakai anting dan kalung kamu? Anting dan kalung kamu besok pagi sembari Tante pergi kerja akan Tante gadaikan. Dengan begitu, kita bisa dapat uang. Uangnya nanti bisa buat makan kamu. Bagaimana, Sayang?”
Flor menyentuh antingnya lalu kalungnya. “Begitu ya, Tante?” Anitha mengangguk. “Iya, boleh, Tante.” Flor merasa tidak masalah.
“Tante akan berusaha keras untuk menebus kalung sama anting kamu. Doakan Tante ya supaya Tante dapat rezeki halal untuk kamu.”
“Flor setiap salat selalu mendoakan ayah, ibu, dan Tante Anitha.”
“Terima kasih, Sayang. Kamu memang anak baik. Wajah kamu begitu cantik secantik hati kamu. Aku lepas ya anting sama kalung kamu?”
“Iya, Tante.” Anitha melepaskan sepasang anting dan kalung Flor.
✨❤️✨
Di hari libur kerja, Anitha dan Flor kembali keliling mencari jalan pulang ke rumah Flor. Sembari itu, Anitha mengajak Flor ke pasar guna membeli jajanan ringan yang bisa dijual lagi. Anitha berpikir, sembari Flor di masjid, mungkin bisa sembari menjajakan makan ringan karena ia tidak mungkin menjalankan usaha sementara dirinya sibuk. Uang hasil gadai perhiasan Flor tidak banyak. Antingnya hanya satu juta lebih dan kalungnya tiga juta lebih. Uang itu kalau tidak diputar akan habis dan khawatir sebelum gajian tidak ada uang halal untuk membeli kebutuhan Flor.
“Flor, sembari kamu main di masjid, kamu coba tawarkan makanan ringan ke siapa pun yang ada di sekitar masjid. Kamu mau kan, Flor, melakukannya? Bantu Tante, Flor, mencari uang halal untuk kamu.”
“Iya, Tante, Flor mau.” Akhirnya, setiap pagi hingga selesai isya, sembari main di masjid, Flor menjajakan makanan ringan. Ia sangat senang meskipun tidak banyak yang laku terjual. Terkadang ia juga ingin makanan ringan yang dijajakannya itu sehingga ia membelinya sendiri dengan uang yang ditinggalkan untuknya jajan oleh Anitha. Uang jajan itu, jarang ia memakainya untuk jajan. Ia sering kali menghabiskan semua uangnya itu untuk dimasukkan ke kotak amal di masjid itu. Lama-lama, masyarakat masjid hafal dengannya dan selalu membeli habis dagangannya. Kadang kala ada yang memberikan uang lebih pada Flor.
✨❤️✨
Berbulan-bulan berlalu dilalui bersama berdua, Flor tidak kunjung menemukan rumahnya. Tiba-tiba di suatu Ahad, saat mereka jalan-jalan berkeliling mencari, Flor mengira suatu jalan adalah jalan ke rumahnya. Ia lekas berdiri dan menunjukkan jalan itu kepada Anitha dengan berbinar. Sudah lama bersama Flor, Anitha menjadi tidak mau jauh dari Flor. Dengan berat hati, ia mengantarkan Flor menyusuri jalan itu.
Bersambung
Terima kasih
✨❤️❤️❤️✨
DelBlushOn Del BlushOn Del Blush On delblushon #delblushon :)