Contents
Meniti Sehelai Jembatan Surga
MSJS 7
MSJS 7. Hari Keberuntungan
“Mmmaaf, Bbbbu Uuustazah, ssaya masuk-masuk keke dalam rumah.”
“Eh, Adi, ada apa? Kamu kok kayak gemetaran begitu? Sakit?”
“Tttidak, Bu, saya tidak apa-apa.” Adi lantas menghela menghempaskan napas untuk menghilangkan rasa itu.
“Hihihihihi, kamu tuh kenapa?”
“Bu aada tamu.”
“Ada tamu siapa?”
“Peperempuan.”
“Namanya?”
“Mmaaf saya tidak tahu tidak tanya.”
“Apa gara-gara ada tamu perempuan kamu jadi begini? Kamu kayak baru lihat perempuan saja. Ya sudah saya ke depan dulu saya temui tamunya. Kamu bisa tolong buatkan minuman buat tamunya?”
“Bisa, Bu.” Tia menjadi menghentikan kegiatan memasaknya. Ia berhenti memotong dan mematikan api. Kemudian, ia lekas ke depan.
“Minuman apa ya? Tanya? Ah, jangan!” Adi merasa akan bergetar lagi kalau menghadap ke tamu itu untuk bertanya. “Mmm ... bikin teh saja deh.”
Adi sangat senang mendapatkan kesempatan membuatkan minuman untuk Nyneve. Ia mengerjakan dengan penuh semangat, penuh ketelitian, penuh kehati-hatian, dan memastikan rasanya pas. Setelah pasti sempurna, ia segera membawanya ke depan.
✨❤️✨
“Tujuan saya ke sini mau menyerahkan ini, Bu Ustazah.” Nyneve menyerahkan dua buah amplop cokelat yang kalau untuk mengirim surat harganya jadi lebih mahal dibandingkan amplop cokelat biasa. Di saat itu, bersamaan Adi datang membawakan minuman. Seketika itu, lantaran berada di hadapan Nyneve, tangannya yang sedang membawa baki bergetar. Alhasil minuman kocak. Kemudian, saat ia mau meletakkan cangkir ke meja, tangannya yang bergetar membuat air kocak terus dan beberapa meluap menumpahi amplop cokelat.
“Sini-sini!” Nyneve lekas mengambil alih cangkir langsung dari tangan Adi. Deg, dag dig dug dag dig dug deg deg deg. Aizacelestia yang paham Adi kenapa lekas menutup mulutnya menahan kekeh.
“Bismillah.” Nyneve lantas pelan-pelan menyeruput teh itu. “Hm ... lumayan, enak dan segar. Terima kasih, Bang.”
“Mmmmamamaaf, aamplopnya jajadi bbasah.”
“Tidak apa-apa, hanya amplop. Yang masalah itu kalau isinya ikut basah. Semoga saja sih tidak terlalu menjadi masalah.”
“Mememang aaapa iisinya?”
“Uang.” Adi sontak tertarik napasnya dengan cepat lalu menelan ludahnya. Ia khawatir uangnya rusak dan ia tidak akan bisa menggantinya.
Nyneve membuka amplop yang terkena air. “Aman.” Adi menghela napas lega.
Setelah itu, Adi memilih cepat-cepat kembali ke dapur. Kemudian, ia ke taman depan melalui pintu belakang. Namun, ia tidak mengerjakan pekerjaan di taman. Dari luar, ia mengamati ke dalam, mengamati Nyneve.
“Bu Ustazah, yang ini untuk anak yatim. Kemudian, yang amplop satu ini untuk masjid.”
“Oh, baik, amanah dari kamu akan saya sampaikan ke Ustaz Ragil. Insya Allah, kalau tidak nanti sore ya nanti malam akan saya sampaikan karena beliau saat ini sedang ke luar kota. Semoga berkah untuk kamu, juga siapa pun yang menerima amal kamu ini.”
“Aamiin. Ibu, saya tidak bisa lama-lama karena harus ke kantor. Bismillahirrahmanirrahim.” Nyneve lekas menghabiskan tehnya. “Terima kasih, tehnya segar sekali dan enak sekali.” Adi serasa melambung ke awan saat mendengar gadis itu menyukai teh buatannya.
“Saya pamit, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam,” jawab Tia.
“Waalaikumsalam.” Adi juga turut menjawab, tetapi hanya dengan suai bibir lantaran ia sedang terpanah oleh Nyneve. Sudah cantik, baik lagi.
Nyneve pergi diantar ke depan pintu oleh Aizacelestia. Nyneve melihat keberadaan Adi. Seketika itu, Nyneve melemparkan senyuman ke Adi. Deg, Adi terpesona dan membalas dengan senyuman yang sangat lebar dan segera bersama itu ia kembali gemetaran. Nyneve ke luar dari halaman rumah Aizacelestia. Pandangan Aizacelestia dan Adi terus mengarah ke Nyneve sampai mobil Nyneve melaju pergi dan tidak terjangkau netra keduanya. Namun, setelah itu, Adi masih terus menatap ke arah kepergian Nyneve meskipun sudah tidak tampak. Aizacelestia menyadari hal itu lalu memetikkan ibu jari dan telunjuknya. Seketika, Adi tersadar. Aizacelestia menutup mulutnya karena terkekeh.
“Itu tadi namanya Nyneve Amayakamaria Lilith. Dia salah satu murid mengaji di sini. Dia masih singgel loh. Cantik ya dia?” terang Aizacelestia.
“Nyneve Amayakamaria Lilith. Nyneve Amayakamaria Lilith.” Adi mengulang dan menghafal nama itu. Aizacelestia terkekeh lalu lekas kembali ke dapur sehingga membuat Adi berhenti sejenak mengucapkan berulang nama itu.
“Nyneve Amayakamaria Lilith. Nyneve Amayakamaria Lilith. Ini hari keberuntunganku,” ujar Adi sembari kedua telapak tangannya saling mengusap-usap, “karena aku bisa bertemu dengannya, membuatkannya minuman teh, dan dia menyukai teh buatanku.” Senyum Adi tersungging sangat lebar. Kemudian, ia berjingkrak dan menggerakkan kedua lengannya menggenggam yes. Kemudian, ia kembali mengerjakan tugasnya dengan antusias lebih-lebih dari sebelumnya.
✨❤️✨
“Kasihan sekali Abang yang ada di rumah Ustazah tadi, masih mudah sudah buyutan. Siapanya Ustazah dan Ustaz ya? Aku sepertinya pernah melihatnya? Di mana? Em ... apa ya di rumah Ustazah? Iya, dia kan ada di rumah Ustazah, berarti aku lihatnya ya di rumah Ustazah. Em ... eh bukan!” Mata Nyneve membola saat mengingat siapa dia. Kemudian, ia berseru, “Dia yang waktu itu tabrakan sama aku dua kali di trotoar! Ha, iya, benar! Aku ingat sekarang! Yang pertama karena dia melamun. Terus yang kedua waktu gara-gara dia melamun, dia kesurupan.” Nyneve kemudian menjadi tersenyum. Kemudian, menjadi senyum-senyum sendiri. Kemudian, ia merasakan jantungnya tidak karuan seperti waktu siang hingga sore kemarin di kantor. Di mana ia serasa akan bertemu seseorang yang membuatnya canggung.
“Aku kok jadi begini?” herannya. Kemudian, tangannya sedikit bergetar dan berkeringat. “Siapa dia sampai aku jadi seperti ini? Kenapa aku jadi seperti ini sih? Apa yang salah dengan aku ini?” Nyneve lantas refleks tersenyum. “Dia manis sih. Ganteng. Sebuah keberuntungan bertemu dengannya. Eh, Ya Allah, apa sih yang aku pikirkan?”
✨❤️✨
Sesampainya di kantor Dawai T & B, Nyneve masih mengingat Adi Luhung. Senyumannya sering kali tampak lantaran mengingat Adi. Di lobi, Yasa melihat senyumannya yang begitu indah dan semakin menyempurnakan kecantikan Nyneve.
“Ada apa, Bu Nyneve, kok senyum-senyum?” tanya Yasa yang tiba-tiba menghampiri karena penasaran. Nyneve hanya menjawab dengan senyuman dan gelengan kepala. “Cerita dong sedang happy apa!”
“Hanya bertemu pria yang masih muda, tapi sudah buyutan. Sukanya melamun sampai kesurupan, hihihi,” terang Nyneve dengan di akhiri kekeh. Yasa merasa tidak senang dengan jawaban alasannya senyum-senyum lantaran seorang pria. Yasa khawatir pria itu menjadi saingannya dan menggagalkan rencananya untuk mendapatkan Nyneve demi mendapatkan Dawai T & B.
“Jangan-jangan pria tidak bener, Bu. Mungkin orang gila atau orang jahat. Ibu Nyneve harus hati-hati!”
“Em ... dia itu ada di rumah Ustaz Ragil. Apa iya, dia pria tidak bener? Ngacau Anda, Pak Yasa! Justru sungguh beruntung saya bertemu dengannya! Semoga esok dan esok dan seterusnya bisa jumpa lagi dengan Abang yang baik itu!” Nyneve begitu kesal saat pria yang membuatnya tertawa itu dituduh oleh Yasa. Ia lekas meninggalkan Yasa sembari masih senyum-senyum teringat Adi. Yasa begitu kesal, tetapi ia tahan sehingga terekspresi sedikit di bibirnya yang terbuka dan gigi-giginya yang saling beradu gigit.
“Aku harus menyingkirkan siapa pun itu yang mendekati Nyneve. Pokoknya sedikit saja mendekati Nyneve, harus langsung aku singkirkan sebelum dia menghancurkan rencanaku dan mimpiku yang sudah aku pendam terlalu lama,” batin Yasa dengan giginya yang terus beradu saling gigit.
Yasa secepat kilat menyusul Nyneve hingga berada di sisi Nyneve. Hal itu sungguh mengejutkan Nyneve.
“Hah!” Teriring celetukan tanpa kata bersamaan napas yang tertarik cepat lantaran terkejut.
“Pak Yasa, Anda seperti hantu!” protes Nyneve.
“Siapa nama pria itu?” Yasa harus tahu siapa dia untuk bisa menyingkirkan dia.
“Em ... tidak tahu, tidak kenal.” Nyneve kembali lekas pergi dari Yasa. Kemudian, ia masuk ke ruangannya dan menutup rapat.
✨❤️✨
“Nyneve Amayakamaria Lilith. Nyneve Amayakamaria Lilith. Nyneve Amayakamaria Lilith.” Adi bekerja sembari terus mengingat-ingat nama itu. Kadang kala kesibukan benaknya itu membuatnya hilang konsentrasi kerja sehingga ada saja kejadian. Salah inilah, salah itulah. Harusnya begini, harusnya begitu, tapi malah begitu dan begini. Untungnya tidak ada yang fatal dan sungguh hanya hal-hal sepele. Aizacelestia terkekeh geli setiap kali mendapati ada saja dari hilangnya fokus Adi lantaran Nyneve.
Adi membersihkan kolam ikan menggunakan jala. Sembari itu, sesekali menyebut nama gadis itu. Jala yang digunakan untuk mengangkut sampah dedaunan di air, sekali dua kali menjadi malah menjaring ikannya. Setelah terjaring sampah di lempar ke halaman, tapi ini ikan yang ia lempar.
“Kasihan ikannya, Adi!” tegur Aizacelestia saat mengetahui hal itu.
“Hah, Ikan, jangan mati ya, Sayang! Ikan Sayang, jangan mati!” Adi sungguh khawatir dan segera mengembalikan ikan-ikan itu ke dalam air.
Kemudian, setelah selesai membersihkan sampah di air kolam, ia memberikan ikan-ikan makanan. Sembari memberikan makanan, ia menyebut nama gadis yatim piatu tersebut sesuai setiap ikan yang melahap makanan yang ia berikan. Selanjutnya, ia hendak mengerjakan yang lain. Namun, saat ia melangkah, ia salah jalan.
Byurrrrrrr!
Ustazah mendengar suara dari arah Adi berada. Ia mencoba mengecek lagi mungkin Adi sedang ada saja lagi. Saat ia lihat, ia pun tidak menyangka ada saja yang terjadi ternyata ....
Bersambung
Terima kasih
✨❤️❤️❤️✨
DelBlushOn Del BlushOn Del Blush On delblushon #delblushon :)