Contents
Sundal Virgin
SV 5
SV 5. Untuk Flor
Anitha telah melihat kamar yang akan disewanya. Di dalamnya tampak sudah digelar tempat tidur lantai. Lantainya berupa keramik putih. Tentunya sama dengan kamar yang ditempati Rina. Hanya saja Rina telah memenuhi kamarnya dengan berbagai barang pribadinya.
“Bagaimana?”
“Iya, aku mau.” Di depan kamar yang terbuka itu, Anitha memberikan sejumlah uang kepada pria pemilik kos-kosan itu. Pria itu menghitung sejenak. Kemudian, ia melihat ke Anitha dan mengangguk.
“Terima kasih. Semoga kamu dan anak kamu betah,” ucap pria itu.
“Terima kasih,” balas Anitha. Pria itu pergi.
“Rina, terima kasih, berkat kamu, aku dan Flor dapat tempat yang terjangkau.”
“Ah, apalah yang gue lakukan? Hanya memberi tahu kamar murah. Ya udah ya, gue ada pelanggan lagi malam ini. Daa, Flor ....”
“Daa, Tante!” balas Flor antusias. Rina pergi meninggalkan Flor dan Anitha.
“Ayo, Flor, kita masuk ke kamar kita!” ajak Anitha. Keduanya masuk ke kamar yang baru saja disewa itu. Flor dan Anitha akan tinggal di kamar itu selama sebulan.
✨❤️✨
Malam telah larut. Flor dan Anitha tengah tidur nyenyak. Semua baik-baik saja hingga mendekati subuh tiba. Flor terbangun dan menjadi mendengar suara adzan.
Allahuakbar Allahuakbar!
“Flor ingin salat subuh dan berdoa untuk ayah dan ibu,” lirih Flor lalu berkaca-kaca hingga menangis terisak-isak.
Anitha terbangun karena mendengar tangisannya itu. “Eh, kenapa, Sayang?”
“Sudah subuh, Tante. Flor ingin salat dan mendoakan ayah ibu.”
“Iya, tidak ada mukena, kamu jadi tidak bisa salat.” Anitha bangkit dan mengecek uang cash yang ada di dompetnya di dalam tas. “Tabungan ada, cash masih cukup. Em ... nanti sembari keliling mencari jalan pulang ke rumah kamu, kita mampir beli mukena buat kamu. Terus selain itu, kita beli barang satu dua setel baju ganti untuk kamu dan aku. Oke, Sayang?” Flor mengangguk. Anitha menghapus air mata Flor. “Kalau begitu sudah cup, jangan menangis lagi. Insya Allah, setelah ada mukena kamu bisa salat kapan pun. Em ... atau sekarang mau ke masjid atau musala terdekat? Barang kali ada mukena yang bisa dipinjam.”
“Ya udah deh, Tante, sekarang ke masjid terdekat yuk!”
Pergilah mereka ke masjid terdekat. Jamaah sudah selesai saat mereka datang. Di tempat itu ternyata hanya ada mukena dewasa, terlalu kebesaran untuk Flor. Anitha berusaha dengan mengetuk rumah orang, mencoba meminjam jika ada. Akhirnya, Anitha mendapatkan pinjaman mukena anak. Flor sangat senang bisa salat dan berdoa untuk kedua orang tuanya yang telah tiada. Tidak lupa ia juga mendoakan Anitha.
“Ya Allah, Tante itu baik. Terima kasih sudah Allah pertemukan Flor dengan Tante baik itu. Terima kasih sudah mengirimkan malaikat berupa Tante baik itu. Flor minta Allah juga selalu baik sama Tante baik itu. Aamiin.” Flor merapikan mukena dengan sebisanya. Kemudian, ia segera menghampiri Anitha yang menunggunya di undakan masjid.
Flor datang-datang memeluk Anitha. “Terima kasih, Tante.” Sebuah kecupan Flor mendarat di pipi Anitha. Anitha membalas memberikan kecupan di pipi Flor.
✨❤️✨
Setelah dari masjid, Flor dan Anitha mengunjungi mini market 24 jam. Anitha membeli sabun, sampo, pasta, dan sikat gigi. Mereka mandi dan bersiap untuk pergi. Pagi-pagi mereka telah kembali di dalam bus untuk berkeliling melihat jalan-jalan. Mereka berharap ada jalan di antara banyak jalan yang Flor kenali jalan menuju ke rumah Flor. Beberapa saat sebelum duhur, Anitha memutuskan untuk berhenti mencari, untuk mereka pergi membeli mukena dan pakaian ganti. Selain itu, mereka mampir ke warteg untuk makan.
Allahuakbar Allahuakbar!
“Duhur, Flor, kamu bisa salat tanpa pusing mukena sekarang. Setelah makan, kamu salat dulu baru kita lanjutkan keliling.” Flor tersenyum mengangguk di saat ia sedang mengunyah makanan.
✨❤️✨
Sampai malam mereka berkeliling, Flor tidak kunjung mengetahui jalan pulang ke rumahnya. Hari berikutnya pun demikian. Hari terus berlalu demikian.
“Bagaimana ini?” batin Anitha memikirkan Flor yang tak kunjung bisa pulang. “Tidak, aku tidak mau ke kantor polisi. Aku tidak mau mendapatkan masalah. Apa aku pindah saja ke sini? Kalau begitu, besok tidak keliling dulu. Aku bereskan kontrakan dan barang-barangku di kontrakan. Iya, aku pindah saja ke sini,” batinnya kemudian.
“Flor, besok kita stop dulu keliling mencari jalan pulang ke rumah kamu.”
“Kenapa, Tante? Apakah, Tante, sudah tidak mau menolong Flor lagi? Iya, Flor memang sudah terlalu merepotkan Tante.”
“Tidak begitu. Kita ke kontrakan aku dulu karena aku akan pindah ke sini. Justru karena aku mau bantu kamu. Setelah beres pindahan ke sini, baru kita keliling lagi. Kita akan ngekos di sini lebih lama. Kamu mengerti, Flor? Oke, Sayang?”
“Tante masih mau tolongin Flor?”
“Masih, Sayang.”
“Terima kasih, Tante. Tante memang baik!” Flor memeluk Anitha.
✨❤️✨
Setelah beres pindahan dan kembali berkeliling, kali ini, Anitha kepikiran keuangan. Ia harus segera mencari pria yang mau memakainya. Jika tidak, ia akan kehabisan uang tidak bisa menghidupi dirinya. Ditambah lagi sekarang ia punya tanggungan Flor.
“Kalau aku kerja Flor akan sendiri. Tidak mungkin membawa Flor. Siapa yang bisa aku titipi Flor? Aku khawatir, aku tidak percaya siapa pun. Apa dia bisa di dalam kamar ini sendirian kunci pintu?” batin Anitha.
“Flor, keuangan menipis. Aku harus bekerja. Flor aku tidak mungkin membawa kamu dan kerjaku malam. Apa kamu bisa, berani di dalam kamar ini sendirian? Kamu kunci pintu rapat-rapat dan jangan ke luar ke mana-mana. Bisa, Sayang?”
“Bisa, Tante.”
“Bener ya? Nanti kamu kunci rapat dan jangan ke luar!” tegas Anitha.
“Iya, Tante, nanti Flor akan kunci pintunya yang rapat. Flor juga tidak akan ke luar dari kamar. Janji!” balas Flor tegas juga untuk meyakinkan Anitha.
✨❤️✨
Datang saat itu. Larut malam, Anitha meninggalkan Flor sendirian di kamar kosan itu. Anitha mendapatkan pelanggan dengan bantuan Rina. Ia pergi ke sebuah tempat hiburan malam, tempat ia dan pelanggannya janjian.
Sementara itu, Flor yang sendirian di kamar kos teringat kedua orang tuanya. Ia berkaca-kaca merasakan kehilangan. Ia pun menangis sampai tertidur. Di saat itu, lagi suara berisik nan menyeramkan seperti kala pertama di tempat itu terdengar.
Bruakkkk duakkk duakkk! Bruakkkk! Bruakkk! Bruakkkk! Bukkk bukkk! Duakkk! Duakkk!
Flor terbangun dengan terkejut. Ia menajamkan telinganya untuk memastikan apa yang mengagetkannya.
Bruakkkk bukkk duakkk duakkk! Bruakkkk bruakkkk duakkk duakkk! Bukkk bukkk!
Matanya terbelalak, ternyata suara itu. Ia bangkit duduk memeluk lutut. Ia memejamkan mata sungguh ketakutan. Ia mengalihkan kedua tangannya yang memeluk lutut untuk menutupi kedua telinganya. Ia mulai menangis ketakutan.
“Tante Anitha ....”
Kemudian, ia teringat Allah. “Ya Allah lindungilah hamba. Ya Allah, bawalah Tante Anitha segera pulang ke sini.”
✨❤️✨
“Kamu tidak minum?”
“Aku ada anak.”
“Katanya single?”
“Single, tapi sedang ada anak kecil yang tinggal bersamaku.”
“Oh oke. Tidak baik memang kalau anak kecil melihat.”
Derrrt dertrrr! Derttt derttt!
Terdengar getaran sebuah ponsel. Pria yang sedang menyewa Anitha tiba-tiba mendapatkan telepon penting. Satu tangannya sedang merangkul bahu Anitha. Satu tangannya lagi mengangkat telepon. Ia mengangkat telepon itu dengan terbelalak. Ia dengan segera mengeluarkan uang dan memberikan kepada Anitha.
“Lain kali saja kita ke hotel. Sekarang ini aku ada urusan bisnis.” Pria itu segera pergi. Anitha melihat lembaran merah begitu banyak di tangannya padahal baru menemani pria itu minum. Ia teringat Flor. Ia pun lekas pulang.
Di perjalanan pulang, ia kembali dilema soal keuangan. Ia merasa tidak baik menghidupi Flor dengan uang seperti itu. Untuk dirinya sendiri tidak masalah. Flor masih suci dan harus diberikan apa-apa yang suci juga.
“Bagaimana ini?”
✨❤️✨
Bruakkkk duakkk duakkk! Bruakkkk! Bruakkk! Bruakkkk! Bukkk bukkk! Duakkk! Duakkk!
“Ya Allah, suara apa sih itu?” Flor sangat ketakutan. Di samping itu, ia penasaran suara mengerikan itu suara apa. Dengan sangat ketakutan, ia nekat mendekati pintu. Ia memutar kunci pintu.
Bersambung
Terima kasih
✨❤️❤️❤️✨
DelBlushOn Del BlushOn Del Blush On delblushon #delblushon :)