Try new experience
with our app

INSTALL

SKANDAL 

Part 7

Skandal 7


Al dan Andin tengah memperhatikan arahan dari sang sutradara dengan seksama.


"Oke, Al, lakukan yang terbaik pada tokoh ini, anggap saja Andin adalah bebar-benar istri kamu, dan malam ini adalah malam pertama kalian, malam bersejarah dalam hidup kalian berdua, ingat Al kamu adalah suami Andin," batin Al dalam hatinya meyakinkan dirinya agar feel si tokoh lebih bisa Ia perankan.


Beberapa saat kemudian.


"Oke cut" teriak sutradara "Sekarang Al, kamu duduk bersandar di bagian kepala ranjang tempat tidur sedangkan kamu Ndin, kamu nanti bersandar di dada Al ya, seolah kalian habis melakukan kewajiban sebagai suami istri, paham kan." surradara memberikan arahannya.


"Hah!" Andin kaget "Harus banget begitu ya begitu adegannya?"


"Ya gimana Ndin, memang harus begitu karna akan ada deeptalk nanti diantara kalian berdua. untuk itu sebaiknya posisinya juga harus yang intim seperti tadi, supaya kelihatan mesra, seolah olah kalian memang benar, habis melakukan hubungan." Sutradara kembali memberikan penjelasan tentang scene yang akan dilakukan Al dan Andin.


"Oh my god," ucap Sarah dalam hati, jantungnya kian berdetak makin kencang.


Andin melirik ke arah Al, Memperhatikan wajah lelaki itu dengan seksama, Al terlihat sangat tenang, tak ada ketegangan di wajahnya.


"Lagian aku ngapain sih, ya memang harus tenang, masa iya mau jungkir jempalitan," keluh Andin terlihat begitu tegang, wajahnya terlihat sangat kaku dan bingung.


"Woyy, tegang amat, kenapa? Nggak mau ya beradegan mesra denganku? Mentang-mentang kamu artis terkenal?" sindir Andin.


"Enggak, bukan gitu."


"Trus?"


"Takut kebawa perasaan aja."


Al tertawa "Ya nggak mungkin lah masa iya artis seprofesional kamu bisa baper beradegan mesra dengan aku, becanda kamu ndin, lagian kamu kan sudah punya pacar, yang katamu sangat mencintai dia, hah!"


"Kalau benar gimana? Kamu mau tanggung jawab? Mau membalas cintaku?" Andin masih menggoda.


"Biar aku yang jawab, nanti pacar kamu yang tanggung," jawab Al asal.


Tiba-tiba saja suara panggilan dari sutradara mengagetkan keduanya.


"Oke lanjut yuk. bersiap. Al, Andin, coba ambil posisi seperti yang saya arahkan tadi," titah sutradara. 

Al lebih dulu memgambil posisi, kemudian disusul Andin. Awalnya Andin terlihat sangat kaku, tapi setelah beberapa saat kemudian, Ia justru menikmati adegan itu.


Kini Andin berada dalam pelukan Al dengan kepala bersandar di dadanya. Al tak sedikitpun mengalami kesusahan, Ia begitu tenang dan berakting dengan totalitas.


Andin mulai bisa menguasai dirinya, Ia jauh lebih tenang dibandingkan sesaat sebelum mereka beradegan, tapi getaran itu masih tetap bisa Ia rasakan, dan untuk kesekian kalianya Andin kembali bisa menyium aroma tubuh Al lagi, Aroma khas yang bukan hanya bagaikan candu tapi juga membangkitkan menggairahkan.


Andin memejamkan matanya perlahan, merasakan pelukan Al, pelukan yang makin lama terasa makin hangat dan membuatnya begitu nyaman, bagaikan terbang kelangit ketujuh.


Al membelai rambut Andin, sesekali Ia memainkan rambut Itu dengan sepenuh hati, membuat iawanita dalam pelukannya itu kegelian, Andin masih memejamkan matanya menikmati setiap gerak tubuh Al.


Al mulai berdialog, Andin sekilas menatap wajah Al, wajah yang begitu mempesona baginya.


"Cut ...cut ...." teriak sang sutradara, membuat Andin membuka matanya, kaget.


"Ndin, kamu lupa ya kalau kamu juga ada dialog tadi, harusnya kamu membalas ucapan Al," protes sutradara meninggikan suaranya.


"Ups, aku lupa, maaf, ehm apa tadi dialognya ? Boleh minta naskahnya lagi nggak, aku lupa." jawanmya tertawa kecil 

Seorang kru datang memberikan naskah dialog, Andin mulai membaca dan menghapalkan ulang.


"Maaf ya mas, karna lupa kita harus ngulang adegan lagi," pinta Andin pada Al.


"Makanya fokus, ngelamun aja sih," jawab Al ketus seperti biasanya.


Andin menganggguk, "Galak banget sih Mas, aku nangis lho nanti," jawab Andin manja, memanyungkan bibirnya.

Al melotot menatap Andin.


"Ngulang Seratus kali untuk adegan seperti ini juga aku bakal senang banget, sangat senang malah asal sama kamu," batin Andin tersenyum geli membayangkan keinginan hatinya.


"Apakah ... Apakah aku diam-diam mulai mencintai Mas Al ya?" sambung Andin lagi dalam hatinya.


****

Selepas Syuting Andin sudah janjian untuk bertemu Nino di sebuah cafe tak jauh dari rumahnya. gadis itu sudah yakin pada keputusannya untuk putus dengan laki-laki br_engsek macam Nino.


"Pokoknya aku mau kita putus," ujar Andin tanpa lagi pikir panjang.


"Nggak Ndin ... nggak bisa, kita nggak boleh putus, saya nggak mau kita putus." jawab Nino kekeuh memegang tangan Andin.


"Terserah kamu Mas, saya juga sudah lelah mempertahankan hubungan kita ini, lelah sama keras kepala dan sikap kamu yang tak pernah menghargai dan menghormati aku, Dan putus? mungkin memang sebuah keputusan yang paling tepat." Andin kekeuh mempertahankan keinginannya.


"Jadi kamu sudah berani sekarang sama saya? Hem ..., kamu berani melawan saya? sudah lupa sama kata-kata kemarin? Mau coba main-main sama saya sepertinya kamu ya Andini Kharisma Putri, saya nggak bercanda dengan ucapan saya ya Andin," sahut Nino mulai geram, dicengkramnya tangan gadis yang kini berada persis didepannya itu.


"Sudah nggak ada lagi alasan saya untu terus mempertahankan hubungan kita ini Mas, buat apa kita menjalin hubungan yang hanya menguntungkan salah satu pihak, sedang aku? Aku sering sekali kau lukai dan kau sakiti Mas. Bahkan dalam hubungan kita ini sudah tak ada lagi rass cinta, ini sudah tak benar Mas, ini tak benar ...." jerit Andin tak tertahankan, air mata mulai mengalir deras di pipinya.

"Jadi ini semua memang yang kamu mau kan? Atau ada orang lain yang menghasut kamu untuk melawan aku, atau kamu selingkuh dengan orang lain," tuduh Nino tak beralasan.


"Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan Mas, kamu tahu persis apa yang sebenarnya terjadi, dan kenapa aku masih mempertahankan hubungan kita yang nggak sehat ini, kamu juga tau kenapa. Dan sekarang kamu menyalahkan aku.

Kamu Mas, kamu yang membuat aku terpaksa mengambil keputusan ini," jawab Andin lantang menatap Nino penuh amarah, namun air mata masih mengalir di pipinya.


"Jaga batasan kamu Andin, jangan sampai saya benar-benar mengahancurkan kamu." Nino mengarahkan jari telunjuknya di depan muka Andin.


"Aku capek Mas, aku lelah, aku ingin hidup normal, yang tanpa tekanan apalagi ancaman, aku lelah, biarkan aku bebas Mas, tolong ... please biarkan aku hidup dengan wajar," jerit Andin lagi, memohon pada Nino.


Andin membuang nafasnya kasar, lalu berusaha melanjutkan ucapannya.


"Selama kamu masih menuruti semua keinginan aku, aku jamin kamu akan hidup tenang Andini Kharisma Putri," ancam nino lagi dengan senyuman sinis, menakutkan.


"Nggak Mas ... nggak, aku sudah tak bisa lagi menuruti semua maunya kamu, aku tatap ingin kita putus, bukankah kamu juga sudah memiliki wanita lain?" jawab Andin lagi.


"Nggak usah mencari pembenaran, kita lihat saja Andin, sampai dimana kamu benar-benar ingin melawan saya, dan jangan salahkan saya jika saya terpaksa lakukan itu, bersiaplah Andin ... bersiap dengan kehancuran karir kamu." Nino pergi dengan penuh amarah.


Sedangkan Andin yang masih tergugu menyesali semuanya. "aku harus melepaskan diri dari hubungan toxic ini, karena aku berhak untuk bahagia," pikir Andin yakin bahwa keputusna yang diambilnya adalah keputusan terbaik.