Contents
SKANDAL
Part 6
Skandal 6
Sore hari, saat baru saja selesai syuting, Andin menghempaskan tubuhnya di kamar sebuah villa, tempatnya melakukan syuting film yang dibintanginnya saat ini.
Seperti biasa, dikala istirahatnya, Ia membuka ponsel miliknya untuk mengecek beberapa pesan yang masuk, ataupun sekedar menscroll medsos hingga memesan makanan lewat aplikasi online.
Matanya tertuju pada sebuah nama yang tertera di aplikasi pesan chat.
[Ndin, saya ingin bertemu kamu, saya kangen, sekarang juga ya, kamu di mana nanti saya susul. ]
Andin menjauhkan layar hp dari matanya, mengernyitakan alis tanda Ia tak asing membaca pesan chat dihapenya.
"Dia lagi!" Andin lalu menjauhkan layar handphone dari pandangan matanya, "Aku lelah sekali denganmu Mas, aku capek pada hubungan kita yang seperti ini, hubungan yang hanya menguntungkan salah satu pihak," gerutu Andin setelah membaca nama yeng tertera di layar hape miliknya.
"Apa sebaiknya aku putus saja ya dengan Mas Nino, rasa-rasanya aku nggak sanggup lagi menjalin hubungan dengannya, aku juga berhak kok bahagia meski mungkin tanpa cinta," batin Andin menggalau.
"Ya, aku harus nekat putuskan Mas Nino," gumam Andin meyakinkan hatinya, untuk segera mengambil keputusan yang Ia rasa sangat tepat.
Satu satunya keputusan yang sampai saat ini sangat Andin sesali adalah, menerima laki laki bernama El Nino Prasetya untuk masuk dalam kehidupannya.
"Loe beneran mau terima cinta Nino, dan menjalin hubungan dengan dia, dah loe pikirkan baik-baik. Nino itu salah satu artis yang punya catatan buruk terutama soal percintaan, loe yakin, Hah!," Mirna mulai geram mendengar keputusan Andin menerima cinta Nino.
Mirna adalah sahabat Andin yang merangkap juga sebagai asistennya.
"Iya aku tau, tapi bukannya semua manusia pernah melakukan kesalahan, dan semua orang juga berhak mendapatkan kesempatan kedua untuk membuktikan bahwa orang itu sudah berubah," debat Andin kala itu.
"Bener gue setuju tapi setidaknya loe juga harus waspada Ndin, coba deh loe pikirkan lagi baik-baik keputusan loe itu," Mirna masih mencoba merayu Andin untuk mengubah keputusannya.
"Bukannya lebih baik saat ini kalian saling kenal dulu, pendekatan atau apalah itu namanya, jujur Ndin gue heran kenapa lu bisa terlalu mudah untuk jatuh cinta pada Nino," tanya Mirna yang tak habis pikir pada keputusan Andin.
"Karna cinta tak butuh alasan Mir," protes Andin tetap pada keputusannya.
"Itulah Ndin, yang terkadang gue sesalkan, karena loe begitu cepat percaya pada omongan manis mulut lelaki. Kenapa sih loe nggak belajar dari pengalaman yang sudah-sudah," hardik Mirna masih menyadarkan sabahatnya, Mirna yang cenayang memang telah memiliki firasat tak enak, tentang kedekatan Andin dan Nino.
"Sudahlah Mir, aku nggak mau berdebat lagi denganmu. Aku akan tetap mencoba jalanin hubungan ini dengan Mas Nino." Andin tetap pada keputusannya dan tak mau dilarang.
Andin sama sekali tak mengindahkan omongan Mirna, sahabat baiknya. Sejak itu hubungan keduanya memburuk hingga apa yang ditakutkan Mirna akhirnya benar-benar terjadi, dan menyisakan kenangan buruk dalam hidup Andin, dan menjadikan Andin sampai saat ini tak bisa terlepas dari Nino.
Andin mengingat kembali kejadian Dua tahun lalu saat Ia sedang dimabuk Asmara pada Nino. Awalnya Nino memang memperlakukan dirinya dengan sangat baik, sangat manis, setiap kata-kata yang Nino ucapkan mampu membuat Andin merasa tersanjung, bahagia, hingga terbang kelangit ketujuh, Ia bak Permaisuri dalam hati Nino. tapi itu dulu kala cinta masih bergelora.
Namun sekarang justru semua berbalik, hingga suatu kejadian membuat Andin sangat terluka dan sakit hati pada Nino, namun sulit baginya untuk bisa melepaskan diri dari Nino, sang kekasih.
"Dunia ini memang penuh tipu-tipu, diluar terlihat sangat bahagia, menampilkan senyum dan tawa, namun siapa sangka di dalamnya menyimpan banyak luka dan kesedihan, juga air mata. Semua semu, yang terlihat nyata di depan belum tentu sama dengan yang terjadi sebenarnya," batin Andin meratapi kisah hidupnya.
Sakit hati yang dirasakan Andin bagaikan luka sayatan yang sangat perih, tekadang Ia merasa putus asa, dan berfikir untuk menyudahi semuanya, Ia bahkan rela harus kehilangan semuanya demi mendapatkan lagi hidupnya seperti dulu, namun Nino yang penuh tipu muslihat berhasil merayu Andin lagi, hingga gadis itu kembali terjebak dalam buaian cinta Nino yang sebenarnya semua palsu.
22 tahun, Adalah usia Andin saat ini, usia yang masih terbilang sangat muda, dengan segudang perjalanan hidup yang tak mudah, saat ini Ia hanya bisa berharap kelak akan datang seseorang yang mampu manarik dirinya dari jebakan sang kekasih g*la macam Nino, dan meyakinkan dirinya untuk berjuang mendapatkan kebebasannya kembali.
****
Malam makin larut, hujan yang turun cukup deras, tak juga menunjukkan tanda tanda akan berhenti, dinginnya malam merasuk hingga menembus tulang.
Aldebaran dan Andin belum selesai syuting, masih ada beberapa kali take adegan lagi yang harus mereka lakukan, padahal syuting dilakukan sejak pagi, Badan yang capek tak lagi mereka hiraukan yang terpenting syuting segera berakhit agar mereka bisa segera beristirahat.
"Mas Al." panggilan seseorang membuat Al menoleh kearah datangnya suara, Al melihat Andin tengah membawa sebuah baki berisi Dua mangkok indomie dan Dua gelas teh panas, tak lupa setoples krupuk kesukaan Al.
"Nih aku buatkan mie rebus special buat kamu Mas," ucap Andin meletakkan mangkok dan juga secangkir gelas untuk Al, dan sesudahnya, Ia mencari tempat duduk untuk bersama-sama Al menikmati makan tengah malam ala mereka.
"Ehm enak banget kelihatannya, tau aja saya lagi laper," ucap Al.
"Tau dong aku cenayang hehe," goda Andin sembari tertawa.
"Hawa dingin kaya gini enaknya memang makan mie rebus dan ngeteh biar badan hangat," sambung Andin lagi.
"Gue nggak dibuatin ?" Celetuk Roy.
"Ngaklah ya buat aja sendiri, ini kan khusus buat Mas Al, ya kan Mas?" Andin tersenyum manja.
"Apaan sih nggak jelas banget, dasar cewek aneh," komen Al melihat Andin.
"Biarin aja napa sih Mas, yang penting aku bahagia. Ya kan?"
"Terserah kamu lah ndin, capek saya sama tingkahmu," keluh Al.
"Hey, mau kemana Roy," tanya Al melihat Roy, yang berdiri dari tempatnya duduk.
"Mau bikin mie juga, skalian ngasih ruang buat kalian barangkali kalian juga mau manikmati malam ini hanya berdua saja," ucap Roy sembaei tertawa.
"Nggak gitu juga Roy," sanggah Al, lalu mulai menikmati mie rebus buatan Andin.
"Waspada Cinta Lokasi kawan," teriak Roy lagi masih dengan suara tertawanya yang khasnya.
"Apa cinta lokasi? Nggak ... nggak, nggak mungkin terjadi, lagian Andin juga sudah bahagia bersama Nino, sebab dia mencinta Nino. Aku juga nggak mungkin menghianati persahabatan kami yang sudah dibangun sejak lama," batin Al dalam hati.