Contents
SKANDAL
Part 5
Skandal 5
Pukul 10 malam tepat, saat Al sudah selesai membersihkan dirinya, Ia memakai piyama panjang untuk menghangatkan badannya yang masih berselimut dingin.
Diatas meja makan, Kiki telah menyiapkan semangkok indomie kuah pedas kesukaan Al, dengan toping telur, sawi dan ayam suwir, tak ketinggalan krupuk dan juga secangkir teh jahe yang memang sudah di request Al pada asisten rumah tangga dirumahnya.
"Silahkan di makan Mas Al," ujar Kiki dengan gaya lucu khasnya.
"Heemm."
"Sekarang Kiki sudah boleh istirahat kan Mas, kan semua permintan Mas Al sudah Kiki siapkan, ya kan? Iya dong, hehe," harapnya.
"Disini aja dulu Ki, temani saya makan, sepi kalau makan sendirian seperti ini." ucap Al.
"Makanya Mas Al, itulah gunanya punya pasangan biar hidup bisa menjadi lebih hidup, nggak kaya hidup Mas Al sekarang yang hambar, kaya sayur asem tanpa asem," celetuk Kiki lagi.
"Aku suruh kamu duduk disini buat temani aku makan ya Ki, bukan untuk dengerin ceramah kamu, paham!" celetuk Al mulai kesal.
"Kiki nggak menceramahi Mas Al, hanya saja rumah ini memang sudah merindukan sosok nyonya rumah, dan tawa anak kecil, kalau nggak percaya silahkan Mas Al tanyakan sama Ibu Rossa." Lanjut Kiki terus menggoda Al.
"Apa sih Ki, sudah malam kok masih pada rame aja, " tiba-tiba suara Mama Rossa menggagetkan Al dan Kiki.
"Ibu, belum tidur ya, hehe," sapa Kiki nyengir kuda. "Ini lho Bu, Kiki hanya menyampaikan keresahan Kiki aja supaya Mas Al cepat mencari pasangan."
"Nah, bener tuh kata Kiki, Al. Kapan kamu tuh mau menikah, terus memiliki anak, Mama tuh pengen segera punya cucu, biar rame rumah ini. Dan kamu gantiin Mama diperusahaan, Mama sibuk ngurusin cucu. pasti sangat membahagiakan rasanya." Mama Rossa lalu menarik kursi disebelah Al, lalu duduk di sana.
Mama Rossa memang sangat berharap Al mau menggantikan posisinya di memimpin perusahaan, namun Al masih belum mau, jiwa mudanya masih menginginkan popularitasnya, ambisinya menginginkan agar orang-orang mengenalnya sebagai artis.
"Nanti semua ada saatnya Ma, Aku belum mikirin soal nikah, atau dengan sengaja mencari jodoh, akunhanya menunggu kapan saatnya Allah mempertemukanku dengan jodoh ku saja," jawabnya kekeuh dan membuat Mama Rossa akhirnya diam tak membalas.
"Btw Al, kamu pulangnya sampai malam gini, begini nih kalau jadi artis, sebagian waktunya habis di lokasi syuting, makanya Mama nggak suka kamu jadi artis," protes Mama Rossa.
Al tertawa kecil, "Sebenarnya, syuting sudah selesai sejak sore Ma, hanya saja Aku memang terlambat pulang karena menunggu lawan main aku yang di tinggal supirnya."
"Cewek?"
"Iya Ma, itu si Andini Kharisma Putri."
"Oh jadi dia lawan main kamu di film perdana kamu ini?"
Al mengangguk, "ya Ma," jawab lelaki berambut klimis ini lagi sembari masih mengunyah makanannya.
"Kok bisa sih kebetulan banget dong, besok Maharatu juga akan menandatangani perjanjian dengan Andini Kharisma Putri, cos dia akan di daulat menjadi Brand Ambasador yang baru menggantikan Elsa--Adiknya."
"Ohhh jadi Elsa itu juga Adiknya Andin, memangnya kenapa Ma, Elsa di ganti? Dan memang sengaja ya penggantinya adalah Andin."
"Elsa kan ketahuan selingkuh dengan salah satu artis yang katanya lagi naik daun juga, tapi artis itu sudah punya istri, sempat rame juga kan hanya saja beritanya nggak lama di takedown.
Ya, tapi dari pada menodai citra maharatu kan, sebaiknya memang diakhiri saja, itu kenapa Mama cepat mengambil keputusan untuk mengakhiri kerjasama dengan Elsa.
Dan nama Andini Kharisma Putri menjadi salah satu rekomendasi dari team Maharatu, sebab citra dia dinilai baik, selain ini dia juga punya pengaruh cukup banyak di kalangan fansnya, meskipun ya agak kontroversi juga sih si Andin ini, cuma justru dengan kontroversi itu di harapkan bisa menaikkan penjualan Maharatu." Mama Rossa memceritakan dengan detail.
"Kontroversi gimana Ma?" Meski sedang makan, tak lantas membuat Al tak memberondong Mamanya dengan berbagai pertanyaaan.
"Kabarnya pacarnya yang sekarang terlalu mengekang kebebasan Andin, sampai-sampai tiap ada tawaran pekerjaan harus dengan izin pacarnya itu, Ach masa kamu nggak tau sih Al, kan pacar Andin masih sahabat kamu juga."
"Hah, siapa Ma?" tanya Al kaget.
"Nino, El Nino Prasetya, masa kamu nggak tau sih kalau dia adalah pacar Andin. Kalah kamu yang artis, sama Mama yang pengusaha, hahaha," sindir Mama Rossa terkekeh.
"Aku nggak tahu Ma, seriusan, ya kalau Mama kan wajar saja sih, secara meskipun seorang wanita karir Mama kan perempuan, yang sejatinya emang suka bergibah dan gosip, bahaha." Ganti Al tertawa.
"Kamu ya, iihhh gemesh Mama." Mama Rossa mencubit pipi Al yang tirus.
"Auw, sakit Ma ... sakit," jerit Al membuat sang Mama merasa puas, lalu melepaskan cubitannya.
"Ma, tapi jangan bilang Andin ya kalau Mama Adalah Mamaku, Aku nggak pengen aja orang tau bahwa Mamaku adalah pengusaha sebuah brand kosmetik terkenal, dan mantan Artis juga, Al nggak mau dibilang mendompleng nama besar Mama," pinta Al yang dianggukkan oleh Mama Rossa.
"Ach kalau boleh meminta, Mama juga nggak mau Al kamu jadi artis, kehidupan artis penuh dengan kepura-puraan, terlihat bahagia didepan, padahal di dalamnya banyak menyimpan kepedihan, terlihat dikenal banyak orang meski nyatanya mengorbankan banyak hal untuk itu, kebahagiaan menjadi artis sebagian besar hanyalah semu Al," ujar Mama Rossa menasehati anak semata wayangnya.
****
Al dan Andin mulai bersiap untuk melakukan take, baru beberapa hari saling mengenal, ternyata tak membuat keduanya merasa canggung dalam berakting, ya sepertinya mereka memang berhasil membangun chemistry.
Dan entah kenapa sejak membaca script hari ini Andin terlihat sangat tak tenang.
"Ayo ndin fokus ... fokus," batinnya, "Ingat ndin, ingat ..., kamu harus benar-benar menyelami karakter si tokoh, agar bisa membuat penonton larut pada apa yang di rasakan si tokoh," guman Andin mencoba menenangkan dirinya.
Al dan Andin pun melakukan apa yang di arahkan oleh sang sutradara tadi.
Aldebaran sangat mendalami karakternya, sebagai seorang laki-laki yang sedang jatuh cinta dan takut kehilangan orang yang dicintainya.
Begitupun Andini, Ia tidak memberikan batasan pada Al dalam berakting, hingga Al pun berhasil mengimbangi akting Andin dengan baik, yang notabenenya adalah artis yang lebih dulu terjun di dunia perfilman.
"Hebat ... Kalian berdua, hebat," puji Sutradara memberikan tepuk tangan untuk akting Al dan Andin, diikuti Semua kru lainnya.
"Keren ... Kalian keren, rasanya sampai ke hati kami yang melihat, kalian tuh kaya nggak sedang berakting lho,' sambung sutradara memberikan pujian.
"Itu Artinya kita sudah berhasil membangun chemistry, seperti yang kamu bilang waktu itu kan?" bisik Andin pada Al seusai mereka take.
"Tapi ingat jangan baper ini hanya akting," tukas Al dingin.
"Iya ... iya tau, tapi akting kita tadi beneran sih kaya make hati banget, jadi feelnya juga dapat Mas, jangan-jangan emang kita lakukan ini dari hati beneran?" tanya Andin.
"Dari hati dan pakai hati, itu kenapa sampai juga di hati yang menonton," pikir Al dalam lamunannya.
"Apakah benar aku hanya akting? Ataukah memang datang dari hatiku juga?
Tapi jujur Aku masih tak sanggup melupakan mata indah dan senyuman manis kamu, sebab bersamaan dengan aku memandangmu, seluruh aliran dalam tubuhku mengalir sangat cepat, diikuti degupan jantungku yang semakin kencang."
Andin terdiam, memajamkan matanya dan menikmati rasa yang saat ini Ia rasakan.
"Ya Allah Rasa apakah ini ...," batin Andin penuh tanya.