Try new experience
with our app

INSTALL

SKANDAL 

Part 4

Skandal Bab 4


"Pokoknya aku nggak mau tau besok, kamu harus ganti rugi beliin aku yang banyak," renggek Andin manja.


"Anak manja, beli aja sendiri, kerja kan, jadi pasti lah punya duit," jawab Al acuh.


"Kamu yang habisin jadi kamu yang harus ganti rugi," sahut Andin masih tak terima.


"Heh, anak manja, kamu ya, udah ngrepotin aku suruh-suruh mapah, numpang di mobil aku lagi, masih aja nggak ada terima kasih-terima kasihnya, ikhlasin aja kenapa sih, lagian kamu kan ngasih masa iya minta balik, nggak malu?" sindir Al.


"Enggak."


Tanpa disadari akibat salah paham dan pertengkaran keduanya ini yang membuat mereka berdua kian dekat, apalagi Andin yang manja dan ceria mampu menghidupkan suasana menjadi lebih berwarna, juga sedikit demi sedikit melumerkan hati Al yang dingin sedingin es.


"Btw mumpung kita lagi berdua, ada kesempatan buat kita untuk saling berdiskusi." Al membalikkan badannya menghadap Andin.


"Tentang masa depan kita kan pastinya?" goda Andin menaik turunkan alisnya.


"Nggak usah GR! Serius dikit bisa nggak?"


"Iya ... iya, galak banget sih, jadi mau diskusi tentang apa nih." Andin mulai serius.


"Tentang film yang kita mainkan, ya semuanya, tentang Alur, tokoh, semua pokoknya," ujar Al terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya, "Jujur tadi itu sebenarnya aku pengen ngobrol banyak sama kamu, demi untuk membangun chemistry diantara kita."


"Membangun Chemistry?" Andin membeo.


"Ya, Membangun Chemistry, aku ingin akting kita terlihat lebih natural dan nggak kaku, itu aja sih, supaya film ini feelnya benar-benar dapat."


"Ehm, tapi kamu bener juga, akting yang paling bagus adalah yang tulus dari dalam hati," celetuk Andin.


"Apalagi kita nanti akan ada banyak adegan mesra, aku harap kamu nggak baper ya, ingat kita cuma akting, oke."


"Udah di bilangin nggak usah GR, ini hanya sebatas Akting," ujar Al kesal.


"Bahaha," Andin terkekeh, "Iya ... iya, becanda, lagian kamu ngajak aku untuk berakting dari hati biar nggak kaku, tapi justru kamunya yang kaku, aneh kamu."


"Aku ehm ... nggak perlu dibahas lagi," sergah Al mengalihkan pembicaraan.


"Untuk bisa menunjang akting tulus dalam hati, artinya aku harus benar benar menganggap bahwa kamu adalah suami aku, benar kan?"


"Ya, begitupun seharusnya aku."


"Oke mas, sampai sini aku paham." 


"Kamu kan artis profesional dan banyak pengalaman, aku sih yakin kamu pasti dengan mudah bisa membangun chemistry dengan lawan main," puji Al.


"Nyindir ya."


"Enggak aku nggak nyindir, ngapain nyindir."


"Masa sih?"


"Terserah mau percaya atau nggak."


"Iya percaya, jangan kaku banget dong, aku cuma takut aja sih," ujar Andin menyampaikan keresahannya.


"Takut soal apa?"


"Takut pasangan kamu cemburu, soalnya aku agak-agak trauma gitu punya pacar posesif, tiap habis adegan mesra yang ada kami ribut, capek rasanya, padahal harusnya dia tau kan kalau ini hanya bagian dari akting saja, eehh sory aku jadi curhat," cerita Andin tanpa Ia sadari, dan membuat pipinya merah menahan malu.


Al tertawa kecil,"Aku belum punya pasangan, baik pacar apalagi istri, jadi kamu tenang saja, tapi sekarang aku yang jadi was-was, takut pacar kamu cemburu," tukas Al.


"Ya hubungan kami memang sudah tak sehat, hanya saja aku masih sangat mencintai dia."


"Dasar cewek bucin."


"Biarin, awas aja ya kalau nanti kamu juga jadi bucin ke aku, meskipun kamu anggap itu bagian dari akting kamu, apalagi awas aja kalau kamu tiba-tiba ingin memiliki aku, bahaha." tawa Andin terkekeh.


"Kamu kayanya kebanyakan makan farade deh jadi oleng otak kamu, kebanyakam berimajinasi, pasti efek ngefans berat sama owner farade kan."


"Ish awas aja ya kalau beneran ini kejadian, aku sumpahin kamu terAndin Andin," goda Andin lagi.


"Btw kamu beneran belum punya pacar Mas?"


"Nggak penting kamu percaya atau nggak."


"Kasian banget sih, padahal kamu ganteng lho Mas, mana manis, kharismatik, penuh pesona, apalagi senyuman kamu.

Tapi sayang aku sangat mencintai cowokku Mas, dan nggak akan tergoda sama kamu, jadi jangan harap kita bakal cinta lokasi ya Mas," sahut Andin ke GRan membuat Al jengah.


"Nih cewek habis makan apaaan sih ngomongnya ngelantur banget," batin Al.


"Awas aja kalau kamu justru yang terlibat cinta lokasi."


"Nggak mungkin Mas ... Nggak akan." Andin menggelengkan kepalanya ditengah tawanya.


Tak lama kemudian Andin melihat sebuah mobil yang melintas yang tak asing baginya.


"Eh Mas itu Pak Supri," ujar Andin.


"Itu mobil kamu?"


"Iya Mas."


"Alhamdulillah, akhirnya bisa terbebas dari cewek aneh ini," pikir Al dalam hatinya.


"Kamu nggak ada rencana gitu anterin aku ke mobilku Mas, masih sakit kaki aku Mas," celetuk Andin modus.


"Ya Allah ngrepotin banget sih nih cewek," keluh Al, sedangkam Andin nyengir kuda.


"Ya udah ayo aku antar, pake payung."


Andin mengangguk, Al lalu mengambil payung di bagian bawah kursi belakang dan bersiap untuk turun.


"Mas Al." Andin memegang tangan Al, saat dirinya baru keluar dari mobil Al, dan seketika membuat Al terkejut.


"Apalagi sih," jawab Al ketus, melihat ke arah Andin, sesaat mata mereka saling bertemu, saling berpandangan.


"Kenapa? Kakinya masih sakit?" tanya Al salah tingkah.


"Ehm enggak cuma mau bilang makasih buat semuanya, terima kasih karna sudah menolong aku yang kesleo, terima kasih karna sudah menemani aku menunggu Pak Supri, dan terima kasih karna sudah menjadi teman yang asik buat ngobrol, sekali lagi makasih ya Mas Al."


"Iya, hobby kok ngrepotin orang," protes Al lagi. "Lho malah senyum senyum sih, ada yang lucu?" sambung Al lagi.


"Kebanyakan terima kasihnya ya, maaf boros Mas. hehe."


"Bawel banget sih, ayo jalan," ajak Al.


Al pun masih memapah Andin menuju mobilnya, sedang tangan kanannya memegang payung. Andin kembali larut dalam wanginya aroma khas tubuh Al.


"Masya Allah wanginya, kalau kaya gini pasti bakal ngangenin sih," gumam Andin tersenyum tipis, yang tanpa Ia sadari mulai tumbuh sebuah perasaan yang lebih pada Al.


Setelah mobil yang dikendarai Andin pergi meninggalkan parkiran, Al pun segera melajukan mobilnya pulang kerumahnya di pondok pelita.


****

Alam Permai Recident


Entah mengapa, malam ini, Andin sulit untuk memejamkan matanya, lantunan lagu-lagu kesayangan dari sebuah Aplikasi di handphonenya menemani malam panjangnya.

Andin pun terpaku, kala mendengar sebuah lagu lawas dari salah satu band terkenal di Indonesia. Lagu yang dirasa cukup mewakili perasaan hatinya saat ini.


Tatap matamu bagai busur panah

Yang kau lepaskan kejantung hatiku

Meski kau simpan cintamu masih

Tetap nafasmu wangi hiasi suasana

Saat ke kecup manis bibirmu

Cintaku tak harus, miliki dirimu

Meski pedih mengiris

Iris segala janji


--Dewa 19 Roman picisan--


Andin tersenyum tersipu, mengingat saat pertama kali Ia menatap tajam mata Al, Mata yang sangat indah, penuh ketenangan dan kedamaian.


"Ach, Andai saja Mas Nino seperti Mas Al, yang benar-benar tulus mencintai aku, bukan karena nafsu, apalagi memanfaatkanku dalam ketidakberdayaanku akan cinta ini," batin Andin meratapi nasibnya yang miris.