Contents
SKANDAL
Part 3
Skandal Bab 3
"Ndin ... Andin ... Ndin," panggil Al menggoyang goyangkan lengan Andin. "Andin hey kamu kenapa, ndin," panggil Al berkali-kali.
"Eh, ehm iya Mas, kenapa Mas?" jawab Andin tersenyum mesem, membuat Al makin bingung menanggapi gadis di sampingnya itu.
"Kenapa jadi kamu yang ngelamun sih? Gadis yang aneh, awas kesambet," protes Al.
Andin tersenyum lebar, "Aku kesambet pesonamu Mas, kenapa sih ada cowok semanis kamu di dunia ini," batin Andin.
"Nggak usah senyum-senyum, nggak bikin kamu cantik juga," jawab Al ketus, namun tak membuat Andin sakit hati, Ia malah menyengir kuda.
Beberapa saat kemudian, warna hitam sudah mendominasi warna dilangit, Awan sudah tak lagi terlihat, setetes demi setetes air hujan mulai turun membasahi bumi.
Al mulai terlihat gelisah "Sebentar lagi maghrib, seharusnya aku sudah sampai dirumah, gara-gara nih cewek, drama banget pake acara kesleo segala," batin Al dongkol.
"Sudah hampir maghrib, dan sepertinya akan turun hujan, aku mau pulang," pamit Al, kemudian berdiri dari duduknya
"Mas nggak ada rencana gitu tolongin aku, nggak kasihan gitu, membiarkan aku yang cantik ini sendiri disini, mana hujan lagi, gimana aku bisa jalan ke mobil sendiri, coba kamu bayangin Mas, memangnya kamu tega Mas," ucap Andin membuat Al berpikir.
"Ya udah, sini, aku bantu sampai ke parkiran," tawar Al yang tentu saja tak ditolak oleh Andin, "Nah gitu dong, makasih ya Mas," ucapnya senang.
Tangan kiri Al kini berada dilengan kiri Andin, tangan kanannya memegang sepatu gadis itu, sedangkan untuk mengimbangi badannya, Tangan kanan Andin memegang tangan bagian lengan bawah Al, Tubuh mereka kini begitu dekat.
Belum sempat melangkahkan kaki, suara gemericik air hujan mulai terdengar, gerimis datang tanpa diundang, membawa hawa dingin menyelimuti tubuh.
"Nggak apa-apa kan kalau kita lanjut aja Mas, parkiran kan juga nggak jauh, mumpung belum begitu deras," pinta Andin.
"Hem." Al hanya berdeham
"Bismillah," Al melangkahkan kakinya pelan, sembari memapah Andin.
Tak ada percakapan selama mereka berjalan menuju parkiran, jalan yang cukup licin, membuat Al harus fokus memapah Andin. Tapi tidak bagi Andin, Ia berkali-kali mengenduskan hidungnya untuk memastikan bau wangi yang sungguh nikmat dirasa oleh indra penciumannya, bau wangi yang berasal dari tubuh lelaki yang saat ini fokus memahannya.
"Nggak salah lagi, ini Bau Aroma tubuh Mas Al," gumam Andin dalam hatinya, Ia menarik nafas panjang, menikmati aroma tubuh itu lagi.
Wanginya memang tak begitu mencolok, sangat kalem tapi terkesan cowok banget, itu yang membuat Andin begitu ketagihan, Ia bagaikan terbang melayang diudara ketika menikmati aroma wangi itu
"Mobil kamu dimana?"
Andin tak menjawab, Ia masih larut dalam kenikmatannya menciumi aroma khas dari tubuh lelaki yang begitu dekat dengannya saat ini.
"Andin, mobil kamu dimana?" Kali ini Al setengah berteriak.
"Ehm, eh sebentar, tadi sih disitu tapi kok nggak ada ya sekarang," Andin kebingungan, mulai mencari-cari keberadaan mobilnya tapi tetap tak menemukannya.
"Aku telp supirku dulu ya, bisa kita duduk kesana untuk berteduh," pintanya lagi.
"Ngrepotin saja aja kamu," jawab Al, "Masuk kemobilku aja, kejauhan nanti kalau berteduh kesana lagi," ajak Al, yang kemudian membawa Andin mendekat pada mobilnya.
"Jangankan cuma jalan satu kilo, asal dipapah olehmu aku sanggup berjalan seribu kilo sekalipun," batin Andin tertawa dalam hati.
Al membuka pintu mobilnya, mempersilahkan sekaligus membantu Andin untuk masuk, setelah itu Al berlari kecil menyusul Andin, untuk masuk kedalam mobilnya.
"Maaf ya Mas, kamu jadi harus basah-basahan gitu karena aku."
"Bisa diem nggak, buruan telp supir kamu. sudah malam nanti kamu kemalaman sampai rumah."
Andin mengangguk, Ia mengambil handphonenya kemudian mencari nama bertuliskan Pak Supri, supir pribadinya.
[ Dimana Pak? ] tanya Andin.
[ Maaf non, tadi bapak kan cuci mobil, karna banyak jadi harus ngantri agak lama, itu kenapa Bapak terlambat untuk jemput non Andin, tapi ini sudah selesai kok non, Bapak langsung jemput non sekarang ya, non Andin tunggu disana jangan kemana-mana ya.]
Panggilan berakhir.
"Ada apa?" tanya Al melihat wajah Andin cemberut.
"Dimana supir kamu?"
Andin lalu menceritakan keberadaan supirnya.
"Iihh lagian ngapain juga supir aku pake segala cuci mobil, ngeselin banget," gerutu Andin penuh drama.
"Bisa diem nggak, ngomel melulu. Nggak usah ngomel terus, di tunggu aja disini. tunggu sampai supir kamu datang, gimana? Mau nggak?" sahut Al datar.
"Aaahhhh mau banget," teriak Andin kegirangan.
"Nggak usah GR deh, diem aja kenapa sih." Lagi-lagi Al ketus hingga membuat Andin memanyunkan bibirnya kedepan.
"Galak banget sih nih orang, udah minta maaf juga, masih aja ngembek," gerutu Andin mulai cemberut.
Hujan yang turun semakin deras, membuat hawa dingin makin menusuk hingga ketulang.
Al dan Andin sama-sama terdiam, entah untuk sekedar menikmati hujan yang turun ataukah larut dalam pikiran masing-masing.
Kruk Kruk kruk
Suara gemuruh dari dalam perut seperti sebuah sinyal dari otak, pertanda dari perut untuk minta diisi.
"Kamu laper Mas?" Andin tertawa kecil mendengar bunyi dari dalam perut Al
"Nggak usah sok tau deh lagian siapa yang lapar sih," jawab Al merasa tak enak hati.
"Aku baru ingat kalau sejak pagi tadi memang belum makan, Aduh kenapa perut make laper sekarang sih, bikin malu saja," batin Al.
"Kebetulan aku ada camilan nih, kamu mau Mas? Lumayan buat ganjel perut kamu," tawar Andin.
"Nggak!" tolak Al gengsi.
"Ya udah kalau nggak mau, biar aku makan sendiri, jangan nyesel ya." Andin tersenyum menyeringai
Al tak menjawab, Andin lalu membuka penutup cake in jas jushi by farade rasa milo.
"Eeuuumm enak." Andin menciumi aroma cake jushi by farade yang menyeruak, seolah memamerkannya pada Al, membuat lelaki disampingnya itu ngiler.
"Nih cewek bener-bener ya, udah tau saya laper make acara pamer makanan, mana farade rasa milo lagi itukan favorite aku banget," keluh Al dalam hatinya, seraya melirik Andin yang mulai menikmati cake jushi yang berada di tanganny.
"Yakin nggak mau?" tanya Andin membuat Al bertambah ngiler, "Beneran ini enak banget lho, kamu yakin nggak mau?" Andin berusaha mengiming-ngimingi Al.
"Kalau memang kamu niat ngasih ya ngasih aja, nggak usah pamer, dasar cewek sombong," tukas Al kesal.
"Ya udah nih buat kamu," ucap Andin mengulurkan farade jushi rasa milo pada Al, tanpa ba bi bu lagi Al segera mengambil makanan itu dari tangan Andin, dan tanpa memperdulikan sendok bekas wanita di sampingnya Al segera melahapnya dengan cepat.
"Ehm, enak kan ... doyan kan? Mau make nasi?" tanya Andin menggoda Al, namun tak dihiraukan oleh lelaki disampingnya itu, Ia terus saja melahap makanan itu hingga nyaris tak bersisa.
"Yach ... doyan lagi dia, jangan di habisin dong, sini balikin," Andin berusaha merebut kembali farade di tangan Al.
"Udah ngasih haram di minta kembali," sahut Al di tengah nikmatnya Ia menyantap makanan itu.
"Balikin, tinggal itu doang, ayo balikin," rengek Andin terus berusaha mengambilnya dari tangan Al.
"Nggak! Mau aku habisin." tangannya berusaha menghindar dari tangan Andin yang berusha merebut.
Perebutan cake jar jushi by farade rasa milo itu membuat mobil bergoyang, mengikuti gerakan kedua orang yang tengah memperebutkan makanan bak oramg kelaparan bertahun-tahun.
"Aouuww," teriak Al kencang saat Andin mencubit pelan tangannya.
Sementara itu dari arah samping nampak dua pasang mata yang sedari tadi tengah memperhatikan gerak gerik Al dan Andin, sejak mereka berdua berjalan menuju mobil hingga saat ini, mereka mulai merekam keadaan mobil yang tengah bergoyang, ditengah hujan yang begitu deras.
"Dasar nggak tau malu, bisa-bisanya lho artis begituan di mobil," desis seseorang berkomentar.
"Tak tahan, Dua orang artis film, tengah asik bercinta hingga membuat mobil bergoyang," wah bagus nih judulnya pasti bakal tranding dan viral," timpal seorang lainnya tersenyum sinis.