Try new experience
with our app

INSTALL

Sempurna Harmoni 

SELAMAT DATANG DI KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA

ALYA baru saja selesai berdandan di studio milik MUA yang direkomendasikan oleh Lily. MUA tempat mereka berdandan merupakan salah satu MUA yang terkenal di kalangan mahasiswa di kota ini. Demi mendapatkan slot antrian, Lily telah lama memesan tempat di sana. Tidak tanggung-tanggung lamanya, tiga bulan sebelum mereka wisuda. Bahkan saat Lily dan Alya belum menetapkan jadwal sidang mereka, Lily telah percaya diri bisa wisuda pada periode ini.

“Waalaikumsalam, iya Al. Semoga cepet sampai ya. Aku baru saja sampai, tapi di sini sudah rame banget.”

Alya melirik smart watch kado ulang tahun dari Rendra tahun lalu. “Ehm mungkin lima belas menit lagi kita sampai lokasi Ren.”

“Iya Ren tunggu kita lima belas menit lagi ya,” ucap Lily dan Jasmin bersaaman.

“Oke Al aku tunggu di gerbang selatan ya, hati-hati.” 

“Iya teman-teman aku tunggu ya,” tambah Rendra seraya menutup panggilannya.

Hari ini mereka berlima akan mengikuti prosesi wisuda. Sejak semester awal, keinginan mereka adalah bisa wisuda bersama. Demi mewujudkan itu semua, mereka selalu mengambil mata kuliah dan jumlah SKS yang sama di tiap semesternya. Dosen pembimbing yang mereka pilih untuk mengerjakan tugas akhir pun sama. Akhirnya dengan semangat dan komitmen sampai akhir, mereka bisa lulus tepat waktu dan wisuda bersama sesuai dengan keinginan mereka.

Seperti Rendra yang selalu bersinar seperti biasanya, dia lulus dengan predikat cumlaude dan tercepat seangkatan mereka hingga mengikuti prosesi yudisium dengan kakak tingkat. Disusul dua bulan kemudian Dani dan Jasmin, lalu sebulan kemudian Lily dan Alya.

Selain membantu penelitian Alya dan menjadi asisten dosen, Rendra juga mengirimkan surat lamaran kerja kepada banyak perusahaan besar di Indonesia. Management trainee di multinational company adalah tujuannya. Tujuannya tak lain adalah supaya cepat punya penghasilan dan bisa segera menikah dengan Alya.

Sebenarnya tak sedikit dosen yang menawari Rendra program beasiswa luar negeri, membujuk Rendra sampai menghubungkannya pada profesor di kampus yang dituju. Namun Rendra tak bergeming, sebisa mungkin dia menolak dengan halus permintaan dosennya tersebut.

Banyak dosen yang menyayangkan keputusan Rendra untuk tidak melanjutkan S2, mengingat sepak terjang dirinya di bidang akademik yang begitu cemerlang. Banyak juga yang mengaitkan Alya dengan keputusan Rendra saat ini. Banyak orang beranggapan bahwa Alya lah yang membuat Rendra untuk memutuskan langsung bekerja begitu selesai kuliah. Alya dianggap sebagai penghalang masa depan Rendra yang cemerlang sebagai dosen. 

Rumor itu akhirnya sampai juga di telinga Alya. Namun saat dia menceritakan rumor tersebut pada Rendra, dia menyuruh untuk tidak mempedulikannya. Rendra menyuruh Alya untuk tetap fokus pada tugas akhirnya, dan tidak perlu terlalu memikirkan apa kata orang lain.

***

JASMIN menunjuk dua lelaki bertoga yang berdiri mencari-cari seseorang. “Itu dia Rendra dan Dani.” 

“Dani...Rendra...” panggil Lily sambil mengangkat tangannya setinggi mungkin di tengah ramainya wisudawan yang lain.

Dani dan Rendra pun menoleh bersamaan. Mereka akhirnya bertemu juga dengan Alya dan dua sahabatnya yang telah setengah jam lebih ditunggu-tunggu.

“Maaf ya Ren, kalian jadi kelamaan nunggu kita. Tadi pintu gerbang selatan sudah ditutup, makanya kita muter-muter lagi cari pintu gerbang yang masih dibuka,” ucap Alya dengan napas yang tersengal.

Rendra menyodorkan botol air mineral pada kekasihnya. “Sudah ditutup ya Al, mungkin karena terlalu banyak kendaraan yang masuk ya.” 

“Dua puluh menit yang lalu masih dibuka Al, kita tadi masuk lewat gerbang selatan.”

Lily mengeluarkan cermin kecil dari dalam tasnya. Dia mengecek make up nya yang mungkin saja hilang karena berlarian dari tempat parkir menuju gedung prosesi wisuda. “Iya belum rejekinya kita kali ya Dan,” ucapnya menanggapi kalimat Dani. 

“Tapi syukurlah meskipun terlambat lima belas menit, kita masih bisa diizinkan masuk ke gedung prosesi. Yuk Al kita segera masuk,” ajak Rendra.

Prosesi wisuda berjalan dengan lancar dan khidmat. Rendra menjadi perwakilan dari Fakultas Ilmu Kesehatan yang menerima prosesi pemindahan tali toga. Rendra terpilih menjadi perwakilan karena IPK nya tertinggi diantara wisudawan yang lain. Alya tersenyum bangga seperti biasa, melihat kekasihnya dari bangku peserta wisuda. 

Seusai wisuda mereka berlima berfoto bersama di studio foto dekat kampus. Mereka berharap setelah hari ini bisa tetap saling bertukar kabar, meski tak bisa setiap saat bertemu. Foto studio ini menjadi kenang-kenangan terakhir masa kuliah mereka. Selepas berfoto bersama, mereka menuju tempat makan bersama keluarga dan teman-teman seangkatan. Hari yang sempurna untuk menutup lembaran cerita masa kuliah.

***

“BAIK, bu, sekali lagi terima kasih atas pemberitahuannya,” ucap Rendra dengan mata berbinar.

Seminggu setelah wisuda, Rendra menerima kabar bahwa dia diterima bekerja di salah satu perusahaan besar. Saat ini masih sangat pagi untuk menerima panggilan resmi seperti tadi, mereka bahkan baru saja selesai sarapan bersama di warung pecel favorit mereka di dekat alun-alun kota asal mereka. 

“Kenapa Ren?” tanya Alya dengan penuh hati-hati.

Mata coklatnya nampak berkaca-kaca. “Barusan aku diberi tahu HRD, katanya aku diterima bekerja di perusahaan itu. Aku diterima di sana Al.”

“Alhamdulillah, selamat ya Ren,” Alya pun tak dapat menahan perasaan terharu sambil memeluk Rendra.

Alya memandangnya, takjub dengan apa telah dia peroleh di usianya yang masih begitu muda. Seorang fresh graduate dua puluh dua tahun, saat ini telah resmi diterima di perusahaan multinasional yang menjadi rebutan banyak orang di luar sana. 

“Kamu mau kan Al nemenin aku ngurus ini semua? banyak banget dokumen yang harus dikumpulin,” pinta Rendra.

“Tentu aja, nggak ada lagi yang bisa kulakukan selain bantuin kamu.”

“Kalau gitu ayo kita mulai sekarang.”

Alya menggodanya kekasihnya, suasana hati mereka sedang baik karena kabar menyenangkan tadi. “Dengan senang hati kapten.” 

Rendra pun mencubit pipi Alya gemas.

 ***

SEMINGGU kemudian, di hari keberangkatan Rendra, Alya yang juga ikut mengantarkan kekasihnya itu ke terminal, segera memarkirkan mobilnya sesaat setelah memasuki area terminal. Setelah turun dari mobil, Alya segera berkeliling ke segala ruang tunggu untuk mencari Rendra. Akhirnya di ruang tunggu sebelah utara, Alya menemukan Rendra duduk termenung seorang diri. Lelaki yang memakai polo shirt polos berwarna abu-abu itu, nampak termenung kosong memandang koper berukuran sedang, yang berwarna hitam di depannya.

Alya mendekati Rendra, dia mencoba menghbur kekasihnya itu. “Kamu nggak apa-apa kan Ren?”.

“Eh akhirnya kamu datang juga. Aku nunggu kamu dari tadi Al. Iya aku nggak apa-apa. Aku cuma...kamu tahu hmm ini pengalaman pertamaku,” jawab Rendra sambil menarik Alya duduk di sampingnya.

Alya menggenggam tangan Rendra yang dingin. Mungkin saat ini dia gugup karena akan merantau jauh dari keluarganya pertama kali, batinnya. “Aku khawatir banget lihat kamu dari jauh Ren, kayak lagi sedih gitu.”

“Kalau sekarang sudah pasti nggak menyedihkan lagi kan Al, sekarang kan aku sudah ditemani oleh my beautiful princess.” Jawab Rendra sembari membelai rambut Alya.

“Huh dasar kamu. Kamu sudah sarapan apa belum? Kalau belum, ayo kita sarapan bareng. Masih ada waktu setengah jam kan sebelum berangkat.”

“Aku belum sarapan, tadi aku sengaja nggak sarapan di rumah, karena pengen sarapan sama kamu untuk yang terakhir kalinya mungkin, dalam jangka waktu setahun ke depan.” 

Alya refleks menepuk pundak kekasihnya. “Jangan bilang gitu Ren, aku pasti bakal sering nengok kamu di sana,” ucap Alya.

***

"HALLO, Assalamualaikum, kamu sudah sampai?”

“Waalaikumsalam, semua ini sungguh melelahkan Al. Bahkan sebelum aku mulai masuk kerja.”

“Kenapa Ren, kamu kenapa?”

Rendra akhirnya menceritakan semuanya. Dia mengalami hari yang berat, bahkan sebelum memulai hari pertamanya bekerja. Perjalanan ke kota perantauannya membutuhkan waktu dua belas jam menggunakan bus. Selain itu Rendra juga mengalami kejadian yang baru pertama kali dialaminya. Di tengah perjalanan, bus yang Rendra tumpangi disandera oleh sekomplotan perampok. Beruntungnya tak ada korban jiwa dari kejadian buruk itu, hanya saja beberapa penumpang rela menyerahkan harta benda miliknya yang berharga. 

“Ya Allah, tapi kamu nggak kenapa-kenapa kan Ren?” tanya Alya panik mendengar kekasihnya mendapat musibah.

Dari seberang telepon Rendra menjawab dengan lemas, bahwa dia tidak termasuk dari beberapa penumpang yang kehilangan barang berharga. Mendengar jawaban itu, Alya pun lega. “It’s ok dear, kamu baik-baik aja sekarang. Tenang ya. Seandainya aku bisa, aku pasti bakal meluk kamu sekarang,” ujar Alya mencoba menenangkannya.

“Kalau begini terus aku mau pulang aja.”

“Ren...kamu pasti bisa. Weekend ini aku kunjungin kamu ke sana ya.” 

***

INI adalah hari pertama Rendra bekerja. Alya memberi semangat pada Rendra sebelum dia beraktivitas. Rendra berterima kasih pada Alya, dan meminta Alya berdoa untuknya supaya hari pertamanya bekerja diberi kelancaran. 

Malamnya saat pekerjaannya telah selesai, Rendra menelepon Alya.

“Hallo Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam. kamu sudah tidur Al?”

“Belum, aku pasti nunggu kamu pulang Ren, aku janji. Gimana cerita hari ini? 

“Makasih Al, kamu yang terbaik. Hari ini tetap terasa berat, sepertinya aku kena culture shock bahasa di sini Al. Di sini mayoritas memakai bahasa daerah yang asing di telingaku.” 

“Sabar ya Ren, kamu belum terbiasa aja.”

Rendra merajuk, dia merindukan Alya dan keseharian mereka bersama. “Aku kangen banget sama kamu Al.”

“Kamu pasti bisa melewati ini semua Ren. Aku mohon kuatlah.”

“Aku nggak sekuat itu Al kalau nggak sama kamu.”

“Kamu lebih kuat dari apa yang kamu pikirkan Ren, percaya sama aku ya, please.”

“Semoga aja, selalu doakan aku ya Al.”

Alya menemukan keraguan dalam nada bicaranya.