Try new experience
with our app

INSTALL

Nomaden (Ikatan Cinta FF 3.0) 

IC FF 46. Di Balik Hilangnya Aldebaran dan Askara

IC FF 46. Di Balik Hilangnya Aldebaran dan Askara


“Ma ....” Reyna mulai mengeluh.


Andin sudah mencoba menghubungi sedari tadi, tetapi ponsel Al tidak bisa dihubungi. Sampai sekarang sudah lewat jam demi jam, Al masih belum kembali. Reyna sudah mulai mau menangis ketakutan terpisah dari Aldebaran dan Askara. Ada apa ini? Apa yang telah terjadi kepada Aldebaran dan Askara?


“Kita coba cari yuk, Sayang!” ajak Andin ke Reyna. Reyna mengangguk.


“Sebelum pergi, Reyna akan meninggalkan origami kupu-kupu dulu.”


“Kalau begitu biar Mama yang tulis pesannya.” Reyna memberikan kertas lipat kosong dan pena.


Waktu demi waktu kami telah menunggu kamu dan putra kita, Mas. Namun, rasa khawatir dan cinta kami membuat tidak bisa bersabar menantikan kalian yang sangat kami sayangi. Kami mencoba melangkah menapaki jejak kalian. Kami akan kembali ke tempat ini, setelah paling tidak dua jam ke depan jika belum menemukan kalian atau mungkin bisa lebih jika kami merasa memiliki petunjuk untuk lanjut mencari kalian. Peluk penuh cinta untuk Aldebaran Alfahri dan Askara Putra Alfahri dari kami Andini Karisma Putri, Reyna Putri Alfahri, dan Akhtarani Aquinsha Alfahri. 


“Reyna, Mama di sini menulis waktu lama kita pergi. Dua jam kita akan mencari. Jika selama itu belum menemukan Papa dan Askara kita kembali ke sini. Kamu atur jam kamu. Ingatkan kalau Mama lupa.”


“Oke, Ma.” Reyna memasang alarm. Setelah itu, ia melipat kertas menjadi berbentuk kupu-kupu.


Andin memperbaiki gendongannya ke Tarani. Ia memastikan semua barang tidak ada yang tertinggal. Kemudian, ia menatap dengan tamat area sekitar tempatnya berada. Ia ingat-ingat dengan pasti. Setelah itu, ia foto menggunakan ponsel pintar lokasi itu. Ia tidak mau sampai kelupaan tempat itu. Mencari keliling sana-sini bisa saja membuatnya lupa tempat itu karena lokasi itu asing dan baru pertama kali mereka sekeluarga datangi.


“Di titipkan ke siapa, Ma, kertas lipatnya?” Mereka tengah berada di luar mall di tempat duduk-duduk. Mereka bingung bagaimana menitipkan surat itu karena orang-orang yang ada di sekitar tempat duduk itu akan datang dan pergi, tidak menetap lama.


“Bagaimana kalau kita letakkan di sini saja?” tawar Andin pada tempat duduk yang sedang mereka duduki.


“Kalau ada orang lain ke sini, Ma?”


“Em ... bagaimana kalau di dindingnya saja?”


“Akan Reyna tempel menggunakan double tape.” Reyna mengambil sedikit double tape yang ia simpan di salah satu saku tas punggungnya yang sangat besar. Ia rekatnya kupu-kupu itu di dinding di dekat bangku yang mereka duduki.


“Bismillah, semoga Papa melihat kupu-kupu ini.”


“Aamiin,” ucap Andin. “Ayo!” Andin mengingat jelas pesan Al untuk selalu bergandengan tangan. Ia tidak mau terpisah juga dari Reyna. Untuk itu, ia meraih tangan Reyna menggenggam erat menuntun. Pergilah mereka mencari Askara dan Aldebaran. Mereka mencari ke dalam mall terlebih dahulu.


✨✨✨✨❤️✨✨✨✨


“Ma, Reyna waktu di Malaysia meminta tolong ke petugas untuk mengecek CCTV. Apakah di sini ada CCTV nya yang bisa dicek? Kalau ada kita coba minta tolong ke petugas saja.”


“Iya, kamu benar. Ayo, kita minta tolong petugas keamanan di mall ini. Kalau ternyata tidak ada kita minta tolong petugas keamanan negeri ini saja, mumpung Papa dan Askara hilang belum lama.” Andin dan Reyna akhirnya menemui petugas keamanan di mall. Setelah tidak ditemukan, mereka meminta tolong pada polisi setempat.


Tampaklah di CCTV adanya Aldebaran dan Askara. Setelah beberapa CCTV, tampaklah kendaraan menabrak Aldebaran yang sedang menggendong Askara. Andin dan Reyna begitu shock. Polisi mencoba mencari mobil yang menabrak dan mendatangi semua rumah sakit terdekat di sekitar lokasi kejadian. Andin dan Reyna pun turut mendatangi beberapa rumah sakit itu. Akan tetapi, tidak ada satu pun rumah sakit yang merawat Aldebaran maupun Askara.


“Sepertinya Pak Aldebaran dibawa oleh mobil yang menabraknya,” kata polisi India dengan berbahasa Inggris.


“Papa dan Adik, bagaimana keadaannya sekarang, Ma? Mereka ada di mana?” Reyna akhirnya menangis. Andin bergeming karena ia sendiri tidak tahu.


Andin berkaca-kaca. Sebenarnya juga mau menangis, tetapi ia menguatkan diri. Ada dua anak bersamanya yang butuh dirinya.


“Reyna, kasihan Adek Tarani. Dia harus istirahat dengan benar. Mama khawatir adik bisa sakit jika di luaran terus seperti ini karena Adik Tarani masih kecil. Sebaiknya sekarang kita pulang dulu demi Adik Tarani. Pencarian Papa dan Adik Askara kita serahkan kepada polisi negeri ini. Kalau Papa masih belum ditemukan dan Adik Tarani sudah istirahat paling tidak istirahat semalaman, kita pergi cari Papa dan Adik Askara lagi.”


“Iya, Ma.” Demi yang masih bayi, Andin dan Reyna kembali ke tiny house.


✨✨✨✨❤️✨✨✨✨


Tarani berhasil dininabobokan Andin hingga terlelap. Namun, Reyna tidak bisa tidur. Reyna hanya berbaring dengan menitihkan air mata setetes demi setetes di sisi adiknya di kamar bawah. Andin beralih mencoba membuat Reyna tertidur.


“Kamu pun harus istirahat, Reyna. Jangan sampai kamu sakit. Kalau kamu sakit, bagaimana kita akan mencari Papa dan Adik Askara?”


Reyna malah pecah tangisnya dan memeluk erat Andin. “Apa Papa dan Adik Askara baik-baik saja dan akan kita temukan, Ma?”


“Kita minta sama Allah, supaya Papa dan Adik Askara baik-baik saja dan kita bisa berkumpul lagi utuh.”


“Kalau begitu daripada Reyna tidak bisa tidur, Reyna mau salat malam dan meminta kepada Allah.”


“Iya, lakukanlah, Sayang.”


Reyna akhirnya salat malam. Ia menggelar sajadah di tengah-tengah ruang tamu. Ia terus salat, berdzikir, dan berdoa. Ia tidak kunjung beranjak dari tempatnya salat. Bahkan sampai waktunya subuh telah usai dan mentari mulai menyingsing. Ia akhirnya tertidur pulas di atas sajadah dengan masih mengenakan mukena. Andin menjadi melalui luar untuk ke kamar mandi.


Andin pun tidak kunjung bisa tidur. Ia di kamar bawah bersama Tarani. Ia juga turut terus-menerus melantunkan doa-doa untuk suami dan putranya yang entah di mana dan entah bagaimana keadaannya sembari mengawasi putri kecilnya yang sesekali bergerak menyibak selimut. Setelah mentari benar-benar menyingsing, ia tidak sabar untuk segera mencari Aldebaran. Di saat itu tepat saat Tarani menggeliat dan membuka mata. Ia bergegas menghampiri Reyna untuk memberi tahu agar segera bersiap.


Namun, saat melihat Reyna yang terlelap, ia tidak tega. “Kalau begini sepertinya aku harus tunda mencari Mas Al dan Askara sampai Reyna bangun. Kasihan dia baru saja tidur.”


Andin menguatkan diri mengangkatnya. Lalu meletakkannya di atas sofa yang panjang. Pelan-pelan ia kecup kening Reyna. Beberapa kali ia berikan usapan lembut di kening hingga ke rambut Reyna. Senyuman tipis terlukis di bibirnya karena ada kelegaan Reyna akhirnya bisa beristirahat setelah semalaman tidak bisa tidur dan menangis.


“Mimpi yang indah, Sayang. Semoga saat kamu bangun dunia juga indah dengan kembalinya Papa dan Adik kamu,” batin Andin sembari menatap wajah Reyna yang penuh jejak air mata.


✨✨✨✨❤️✨✨✨✨


Flashback saat Aldebaran dan Askara menghilang. Sefarinasofia yang akrab disapa Fia, Zara, Nia, dan Untari sedang di dalam sebuah mobil. Zara melihat Al dan Askara. Seketika itu, Zara merasa itu adalah kesempatannya untuk mendapatkan Al. Seketika itu, pikiran jahatnya pun terlintas.


“Itu pacar gue, tabrak dia, tapi jangan sampai mati! Setelah itu, masukkan dia sama anaknya ke dalam mobil!”


“Apa?” heran Untari.


“Dia jahat mempermainkan gue, tapi gue tidak mau kehilangan dia. Ada perempuan yang merebut dia dari gue. Gue udah berikan segalanya buat dia. Dia cinta mati gue,” bohong Zara.


“Iya, dia jahat!” ujar Fia mendukung karena Al dan Andin terhubung dengan Nino yang semuanya sama-sama dibencinya.


“Ya udah kalau begitu, aku akan tabrak dia. Kalian nanti cepat masukkan ke mobil.” Demi teman-temannya, Untari akhirnya menuruti kata-kata Zara.


Bruakkk!


Sontak Al memeluk erat Askara yang ada di dalam gendongannya. Ia terjatuh dan setengah sadar. Zara, Nia, dan Fia bekerja sama membawa keduanya masuk ke dalam mobil Untari.


“Siapa kalian, mau apa?” tanya Al lirih-lirih. Kemudian, ia mengenali Zara dan Fia. “Kamu dan kamu model yang menjebak Nino.”


Fia segera membekap mulut Aldebaran. Zara mengeluarkan tisu banyak-banyak dan memasukkannya ke mulut Aldebaran.


“Pinjam kain panjang kamu yang di leher kamu, Untari!” seru Nia. Sembari menyetir Untari memberikan kain kuning yang melingkar di lehernya.


“Ayo, kita ikat dia!” seru Nia. Zara mengambil Askara. Nia mengikatkan kain itu ke tangan Aldebaran dan badan Aldebaran. Fia membantu Nia mengikat Al.


“Kalau begitu, kita harus ke rumahku yang lain di tempat terpencil untuk menyembunyikan pacar Zara dan anaknya,” ujar Untari.


“Mobil ini pasti bisa terlacak polisi. Kamu harus ganti mobil kamu, Untari,” kata Zara.


“Benar, itu,” kata Nia yang juga berpikir sama dengan Zara.


“Oke, kita sembunyikan dulu, baru setelah itu aku akan ganti mobil. Hari ini juga mobil ini akan aku jual,” kata Untari.


Bersambung

Terima kasih

✨❤️❤️❤️✨


DelBlushOn Del BlushOn Del Blush On delblushon #delblushon :)