Contents
Nomaden (Ikatan Cinta FF 3.0)
IC FF 45. Terpencil
IC FF 45. Terpencil
Zara termenung dan lirih-lirih berkata, Nino sudah sama penjahit kampungan itu. Aku sama siapa ya?”
Zara membuka ponsel pintarnya. Ia bermain medsos, selfi selfi selfi selfie selfie upload. Selfi selfi selfi upload.
“Kali ada yang naksir.”
Kemudian, ia melihat postingan terbaru yang muncul di berandanya. Salah satunya dari Aldebaran sekeluarga yang masing-masing akun memunculkan gambar-gambar kebahagiaan dan kebersamaan penuh cinta kehidupan nomaden. Membuat iri Zara yang melihat momen-momen itu.
“Aldebaran ... coba masih singgel. Em … dudanya juga boleh. Kayaknya bahagia banget kalau punya cowok kayak dia. Gue tunggu dudanya. Em ... tapi kapan? Dia cinta mati sama istrinya. Kalau begitu, satu-satunya cara ya Andin harus mati. Moga-moga aja dia cepat mati. Ketabrak kek, sakit kek.”
Suara musik tiba-tiba berbunyi sendiri dari ponsel pintarnya itu. Ia berbinar mengenali siapa yang menghubunginya melalui video call whatsapp. Ia segera menyambungkan komunikasi.
“Ada apa nih?”
“Yuk ke club malam!”
“Wah, kebetulan gue lagi butuh banget jalan!”
“Gue sedang ada teman nih dari India. Nanti gue kenalin. Dia bakal tinggal lama di Indo. Jadi, gue mesti sering-sering ajak dia jalan.”
“Oh, ya? Ya udah gue siap-siap sekarang. Sampai jumpa!” Masih sore saat Zara bersiap di Indonesia.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Andin telah mendapatkan Askara. Mereka juga telah mendapatkan badut boneka yang menarik perhatian Askara. Beberapa saat Andin memotret Askara bersama badut itu. Setelah Askara puas, ia ingat suami dan anaknya ada di area bermain anak-anak. Ia bergegas kembali ke tempat itu. Namun, saat kembali, ia tidak melihat ada Reyna.
“Ya Allah, mana Reyna? Mas Al belum balik dari toilet?”
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
“Ya Allah ….” Reyna berkaca-kaca ketakutan kehilangan keluarganya sembari terus melangkah mencari Andin dan Askara. “Sekarang aku bagaimana?” Ketika itu, hari perlahan telah menjadi gelap di negeri tetangga.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
“Reyna pasti sama Mas Al.” Andin mengeluarkan ponsel pintarnya. Ia mencoba menghubungi Aldebaran. Namun, tiba-tiba gelap.
Cling cling!
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Aldebaran mencoba menghubungi Andin. Namun ponsel Andin tidak bisa dihubungi. Deg, sontak, ia teringat keluarga beruang yang sempat terpencar. Kini, ia merasakan hal itu tengah terjadi kepada keluarganya.
“Tidak, aku tidak mau kehilangan keluargaku. Ya Allah, aku harus bagaimana sekarang? Berilah hamba petunjuk, Ya Allah.” Al memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Ia sungguh ketakutan apa yang pernah terjadi terulang.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
“Ya, ponsel Mama mati, Sayang,” keluh Andin ke Askara. “Sekarang bagaimana mencari Papa kamu sama Kakak kamu, Sayang?” Akibat bermedia sosial saat hendak berangkat dan di perjalanan ke mall, lalu foto-foto, baterai ponsel Andin menjadi habis.
“Coba kita keliling cari, ya Sayang.” Andin pergi dari tempat bermain itu.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Sebulir dua bulir air mata Reyna jatuh. Ketakutannya sekarang semakin menjadi. Kemudian, ia teringat jika dirinyalah yang mengajak ke mall.
“Gara-gara aku. Kalau saja aku tidak meminta ke mall.” Reyna sungguh menyesal. Kemudian, wajahnya yang mendongak untuk menahan air mata melihat ada kamera. Sontak matanya membola bersamaan hela napas yang tertarik begitu cepat hingga terlontar cicit tanpa kata. Setelahnya, matanya berbinar-binar. Senyumannya yang begitu indah dan mempercantik parasnya tersungging penuh harap. Kemudian, ia sedikit berpikir. Tidak lama, ia segera berlari ke petugas keamanan mall itu. Kepada petugas keamanan itu, ia menceritakan segalanya yang terjadi kepada keluarganya di mall itu. Ia pun dengan tegas meminta petugas mengecek CCTV. Petugas tersenyum terkagum-kagum.
“Kamu cerdas sekali, Nak. Putri siapa kamu? Siapa nama Mama dan Papa kamu?”
“Andini Karisma Putri dan Aldebaran Alfahri. Em ... kalau adik Reyna namanya Askara. Reyna juga akan punya adik lagi, tapi masih lama.”
“Oh, berarti Mama kamu sekarang sedang hamil. Ayo, kita cari mereka, kita cek lewat CCTV!” Petugas itu menuntun Reyna. Kemudian, petugas itu mengubah menjadi menggendong Reyna karena ia harus buru-buru menemukan keluarga Reyna mengingat Andin sedang hamil, khawatir terjadi hal yang buruk.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
“Anda, Ibu Andini Karisma Putri?”
“Iya, saya Andini Karisma Putri.”
“Mari ikut kami, Reyna putri Anda mencari Anda.” Andin berkedip dan merasa lega. Ia lantas tersenyum mengangguk.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Al memilih kembali ke area bermain. Seorang penjaga playground memberikan kertas lipat ke Aldebaran. Aldebaran ingat kesepakatan bersama keluarganya mengenai melipat kertas berbentuk kupu-kupu. Ia segera membuka dan membacanya.
“Ke mana aku harus menyusul kalian, Reyna?”
Tiba-tiba banyak mata petugas memandang ke Aldebaran Alfahri. Al mengedarkan netranya membalas menatap ke orang-orang berseragam yang menatapnya. Al menatap heran ditatap para petugas keamanan itu.
“Anda, Aldebaran Alfahri?”
“Mas, Al!” seru Andin dari kejauhan sembari mendekat. Aldebaran berbinar mendengar suara yang dikenalnya. Ia segera menengok ke arah suara. Al bernapas lega. Tampak Andin dan Askara sedang bersama seorang petugas keamanan.
“Reyna mencari-cari,” terang petugas yang baru saja bertanya kepada Al membuat Al yang mendengarnya kembali memperhatikan petugas keamanan itu. “Mari, ikut kami!” ajak petugas keamanan itu. Al dan Andin bergegas mengikuti. Keduanya tidak sabar bertemu dengan Reyna.
Para petugas keamanan begitu cekatan hingga dengan segera berhasil mengumpulkan keluarga Aldebaran Alfahri. Aldebaran Alfahri sekeluarga berpelukan dan sama-sama saling memberikan kecupan. Aldebaran segera bersimpuh bersujud syukur kepada Allah SWT. Setelah itu, Aldebaran berdiri dan menatap para petugas keamanan dengan penuh penghargaan dari hati.
“Terima kasih, aku sungguh-sungguh sangat teramat berterima kasih. Jujur, aku sangat ketakutan sekali kehilangan keluargaku.” Aldebaran berdera-derai air mata.
“Putri Anda sangat cerdas. Semua berkat Reyna.” Andin dan Al melihat ke Reyna. Reyna tersenyum kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya membalas dengan senyuman sangat lebar. Aldebaran mengusap lembut puncak kepala Reyna.
“Terima kasih, Sayang,” ucap Andin.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Di sebuah tempat hiburan malam di Indonesia, Zara bertemu Sefarinasofia, temannya yang datang bersama dua perempuan. Satu perempuan asing dan satu perempuan Indonesia.
“Hai, Fia!”
“Zara, kenalkan, ini adalah Untari temanku dari India! Ia akan ada di Indonesia selama beberapa bulan. Ia hendak liburan sekaligus mencoba membuka bisnis makanan India di Indo.” Zara bersalaman dengan Untari.
“Yang ini adalah Nia, teman lamaku.” Zara bersalaman dengan Nia juga.
“Kapan-kapan boleh nih, kita jalan-jalan ke India,” celetuk Zara.
“Iya, ayo, kalau Untari kembali ke India saja!” seru Fia dengan senang hati.
“Aku ikut dong!” ujar Nia.
“Kalau begitu, mulai sekarang, aku akan menabung,” ujar Zara.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Aldebaran sekeluarga telah kembali ke tiny house. Aldebaran menjadi ingin lebih melindungi keluarganya setelah yang terjadi di mall. Mall atau kota pikirnya bukan tempat yang aman. Di hutan atau desa juga sama, tetapi menurutnya hidup terpencil lebih aman daripada di kota.
“Setelah kejadian tadi, mulai sekarang, aku putuskan, di setiap negeri yang kita singgahi, kita akan tinggal di desa atau hutan. Pokoknya kita akan hidup terpencil.”
“Lebay sih, tetapi aku juga tidak ingin kehilangan keluargaku. Iya, tidak apa-apa, Mas, aku setuju kita hidup terpencil saja.”
Reyna merasa akan bosan. Akan tetapi, ia menyadari yang baru saja terjadi, ke mall dan akhirnya menjadi saling kehilangan adalah akibat dirinya yang meminta ke mall. Ia memahami hal itu, sehingga ia tersenyum tidak masalah hidup terpencil, asalkan semua baik-baik saja.”
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Setelah mencari rute untuk Umrah, pergilah Aldebaran Alfahri sekeluarga mengikuti rute itu. Untuk itu, pertama-tama mereka menuju ke Thailand. Cukup lama mereka tinggal di daerah terpencil di Thailand. Baru kemudian mereka menyeberang pindah ke Myanmar.
Di Myanmar, kandungan Andin mulai membesar. Aldebaran menjadi kepikiran mengenai fasilitas kesehatan. Tidak bisa lagi ia membawa keluarganya tinggal di daerah terpencil karena Andin butuh lebih intens memeriksa kandungannya.
“Sepertinya, mulai sekarang kita harus tinggal di kota lagi. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan kandungan kamu. Kamu perlu fasilitas kesehatan yang memadai. Di kota pastinya akan lebih mudah dan lengkap.”
“Menurut, Mas Al, saja mana yang terbaik. Aku ikut keputusan Mas Al. Aku percaya Mas Al pasti akan memberikan yang terbaik untuk keluarga kita.”
Setelah cukup tinggal di Myanmar, mereka melanjutkan perjalanan. Kini mereka menapaki negeri India. Di India, bertepatan kehamilan Andin sudah mau memasuki masanya. Al memutuskan untuk menetap lama menunggu kelahiran. Benarlah, sesuai perhitungan lahirlah anak ketiga Andini Karisma Putri di India.
“Mas, sudah punya nama siapa?”
“Aku mau dia menjadi ratu. Akan aku cari nama yang berarti ratu.”
“Em ... aku mau dia menjadi bintang yang bersinar terang, Mas.”
“Ya sudah, dua-duanya saja.” Andin dan Al sama-sama mencari-cari nama di media sosial.
“Aku mau kasih nama dia Akhtara boleh?”
“Apa itu bintang?”
“Iya.”
“Aku mau beri dia nama Aquinsha.”
“Berarti Akhtara Aquinsha, Mas.”
“Em ... Akhtarani Aquinsha Alfahri.” Andin berpikir sejenak lalu tersenyum dan mengangguk.
“Bismillahirahmanirahim, nama putri kita Akhtarani Aquinsha Alfahri.”
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Di Negara India Andin telah melahirkan. Sembari menunggu surat-surat bayi itu diurus Rendy dan Rosa, Andin menyembuhkan diri, titah baring (bedrest). Setelah itu, mereka akan ke desa atau hutan lagi pada setiap tempat yang disinggahi.
“Mas, sebelum ke daerah terpencil lagi, apa tidak boleh ke Mall atau jalan-jalan ke mana? Bosan kan, Mas? Kasihan juga anak-anak tidak pernah main. Mainnya di hutan, sungai, dan rumah melulu.”
“Iya, kebetulan hari kasih sayang. Kita rayakan jalan-jalan di kota. Ke mall, restoran, nonton mungkin, atau ke tempat bermain anak-anak,” ujar Al yang juga ingin sekali jalan-jalan bersama keluarganya. Rasanya sudah terlalu lama tidak jalan-jalan ke tempat modern seperti itu.
Saat Andin sudah sehat pergilah mereka jalan-jalan di kota. Makan-makan adalah yang pertama mereka lakukan. Di kota mereka pun melihat beberapa sejoli saling memberikan hadiah.
“Mas, aku juga mau hadiah dan mau memberikan Mas hadiah,” ujar Andin.
“Aku juga mau,” ujar Al.
“Em ... kalau begitu, bagaimana kalau kita sama-sama saling mencari hadiah untuk saling memberi, Mas?” ide Andin.
“Iya, boleh begitu.”
“Kalau begitu kita berpencar, Mas, tapi nanti harus kembali ke sini. Iya masak hadiahnya sudah tahu duluan, Mas? Tidak seru kalau tahu duluan.”
“Em ... oke, tapi tidak boleh lama-lama kita mencari dan berpisah. Paling lama hanya satu jam. Kita harus kembali ke sini, bertemu lagi dalam satu jam. Bagaimana?”
“Oke, Mas.”
“Kalau begitu, Askara biar sama aku. Kamu sama Reyna dan Tarani.”
“Oke. Sampai jumpa lagi satu jam lagi.” Andin meraih punggung tangan Aldebaran dan menciumnya. Aldebaran mengecup wajah Andin begitu banyak dan tidak ada ruang di wajah Andin yang terlewatkan. Kemudian, Al lanjut mengecup puncak kepala Reyna dan kening Tarani.
“Assalammualaikum,” ucap Aldebaran sembari meraih Askara untuk digendongnya.
“Waalaikumsalam.”
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Andin telah mendapatkan sebotol parfum dan setelan-setelan baju sport. Reyna yang membungkusnya dengan kotak kado siap pakai yang dibeli di toko buku. Kemudian, belum satu jam, ketiga bidadari Aldebaran telah kembali ke tempat mereka sekeluarga mengikat janji untuk bertemu kembali. Namun, sampai saatnya tiba, Aldebaran dan Askara tidak kembali. Sudah menunggu beberapa jam juga masih belum kembali. Reyna dan Andin saling menatap dengan cemas.
“Ma ....” Reyna mulai mengeluh.
Bersambung
Terima kasih
✨❤️❤️❤️✨
DelBlushOn Del BlushOn Del Blush On delblushon #delblushon :)