Try new experience
with our app

INSTALL

Dalam Ribuan Hari Tentang Melukai 

2. Menolak Tawaran

Jika kamu melihat ke cermin dan tidak menyukai apa yang kamu lihat, kamu akan mengetahui secara langsung bagaimana rasanya menjadi aku.

--------------

“BASI!”

Gadis itu memutar bola matanya mendengar makian itu.

“Lo gak ada cara lain apa selain buat masalah? Film lo sekarang ini memang laku, tapi nama dan karier lo terancam. Manajemen pusing buat bersihin nama lo.” Ralee, manajer Agneta yang memiliki perbedaan usia lima tahun lebih tua pun kesal bukan main. Dia sudah berdiskusi dengan manajemen karena skandal yang dibuat artisnya itu sudah heboh ke mana-mana. Sekarang merekalah yang harus mengatur cara agar berita ini menghilang. “Sekarang? Lo bikin ulah, Agneta! Gue bingung kenapa lo tiba-tiba berubah gini?”

Sementara gadis yang sejak tadi diajak berbicara hanya bersandar pada kursi di kamarnya. Tadinya gadis itu sibuk mengerjakan tugas-tugas di sekolah yang tertinggal dua minggu lalu karena ia harus syuting, kini berhenti lagi karena Ralee ingin dirinya mendengarkan semua amukan cewek itu. Walaupun Ralee lebih tua, tapi sejak awal mereka berdua memang memutuskan untuk bercakap ala-ala teman saja. Tidak ada kata artis dan manajer.

Tetapi walaupun tidak ada batas di antara mereka, Ralee tetap profesional pada tugasnya. Setidaknya, dialah yang paling paham mengenai karier Agneta dibanding yang lain. Termasuk karakter cewek itu, hanya saja sekarang Ralee bingung dengan Agneta yang ada di hadapannya.

Sekarang gadis itu seenaknya terhadap hal apa pun. Ralee sama sekali tidak mengenal Agneta dengan sikap seperti itu.

Ralee bertanya-tanya, ke mana sikap lembut dan tidak mencari masalah yang Agneta punya dulu? Kenapa cewek itu berubah? Kenapa dia malah senang menciptakan masalah?

“Lo tau, Kak.” Gadis itu mengatakan dengan santai. “Kalau nggak buat masalah, gak bakal laku. Mana mau media atau orang-orang cari tau tentang seorang artis yang beritanya nggak menarik? Hidupnya datar aja. Ujung-ujungnya dihujat karena bawa berita gak penting.”

“Ya tapi Ne—”

“Sekarang berapa media yang udah hubungin lo buat wawancara gue?” potongnya cepat. “Banyak, kan? Bandingin sama sebelum video itu tersebar? Lebih sedikit.”

“Memang banyak.” Ralee menambahkan lagi, tapi nada kesal tidak lepas dari ucapannya. “Tapi gue takut karier lo terancam, Agneta.”

Gadis itu masih mendengar Ralee berbicara, tapi posisinya sudah berubah. Sekarang dia berbaring di atas tempat tidur dengan wajah tanpa rasa bersalah.

“Oke, cara lo posting video dan langsung dihapus itu memang nggak akan buat netizen pikir kalau lo memang sengaja lakuin itu,” lanjut Ralee. “Tapi gue harap, please. Ini terakhir kalinya lo buat skandal, Ne.”

“Coba ... lo bayangin!”

Ralee menautkan alisnya, menunggu Agneta—artisnya itu mengatakan lanjutannya.

“Kalau gue gak laku lagi jadi aktris. Gimana caranya gue bisa gaji lo?”

Kenyataannya memang benar, Ralee tidak bisa mengelak itu. “Gue peduli sama lo.”

“Kak Ralee yang cantik,” ucap gadis itu lagi seraya tersenyum memperhatikan manajernya yang masih berdiri dengan ekspresi panik, tidak berubah sejak datang ke kamarnya beberapa menit lalu. “Lagian gue nggak deketin semua aktor kok. Yang menurut gue potensial aja. Kebetulan Raffa juga lagi naik namanya dan ... ternyata dia tertarik sama gue.”

Tawa gadis itu memenuhi seisi kamar. Sepertinya jika penghargaan aktris paling santai dan paling licik, dia adalah pemenangnya. Nekat berpelukan mesra dengan lawan mainnya adalah sebuah tindakan yang gila mengingat umur cewek itu tahun ini baru enam belas.

“Sesuai permintaan produser juga, sebelum film gue yang terbaru rilis. Gue harus buat hype yang undang penasaran orang-orang.” Gadis itu masih tersenyum. “And it's show time!”

“Tunggu!” sangkal Ralee. “Oke buat lo doang, Ne. Terus sama Raffa gimana? Kalau dia baper sama lo gimana? Misalkan dia baper, dia tau kalau lo cuma pura-pura tertarik sama dia. Lo cuma manfaatin dia. Dan dia ... bisa aja bongkar yang lo lakuin, Ne.”

Helaan napasnya terdengar. “Ya berarti dia bego. Bisa percaya aja sama akting gue.”

* * *

“Ada tawaran serial remaja dari FM Entertainment buat tayang OTT.” Adi menyebutkan apa yang harus dilakukan oleh artisnya.

Sedang terkenal serial yang tayang di layanan video streaming atau sering disebut sebagai OTT (over-the-top). Dua bulan lalu pun Adi membantu keperluan artisnya itu syuting film aksi yang akan tayang di Netflix. “Mereka mau kamu casting buat pastikan kalau kamu memang cocok jadi pemeran utama. Kalau gak salah lawan main kamu Agneta keola, Ka.”

Agneta keola. Baru saja seorang cowok yang sejak tadi sudah muak melihat banyaknya beredar berita tidak penting terkait cewek itu. Sekarang ia harus mendengar bahwa manajernya mengatakan ia akan dipasangkan dengan cewek bermasalah itu.

Luka Elran, aktor muda yang tampan itu segera mematikan ponselnya dengan malas. “Gue nggak mau.”

“Tapi, Ka, filmnya diangkat dari novel best seller. Mereka berani bayar kamu besar dan saya yakin kamu cocok memerankan karakter di naskah.” Adi mencoba membujuk. Pria yang kini masih kuliah itu memang mengambil pekerjaan juga sebagai manajer dari Luka. “Atau kamu mau baca naskahnya dulu?”

“Nggak.”

“Ka—”

“Gue bilang nggak!” kesal Luka bicara ke sekian kalinya.

“Alasannya kenapa?” tanya Adi cepat. “Kenapa kamu menolak tawaran yang bisa saja menjanjikan karier kamu, Ka.”

“Alasan gue? Gue gak tertarik akting sama Agneta keola.” Luka menjawabnya. “Udah selesai kan, Kak Adi? Luka mau tidur karena besok harus sekolah.”

Adi mengangguk tidak lagi bertanya lebih lanjut. Pria itu sudah melangkah pergi menjauh dan Luka sendiri membuka pintu kamarnya. Mendekati tempat tidur walau ia sebenarnya belum ingin tidur. Tadi hanyalah alasan kalau ia tidak ingin berbicara lagi, juga keputusannya sudah bulat menolak tawaran main film remaja itu.

Luka membaringkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar dengan jengkel. Ia sendiri tidak mengerti, cewek seperti Agneta keola ingin memiki masalah hanya untuk terkenal. Namun netizen sendiri yang memberi cewek itu panggung.

Apalagi ia sendiri melihat video yang tersebar itu. Seharusnya Luka memang tidak peduli, tapi terlalu banyak melihat berita tentang cewek itu membuat Luka terpaksa mengetahuinya.

Luka mengenal Raffa berni, mereka pernah satu proyek film beberapa bulan lalu. Tetapi Luka sangat yakin, kalau bukan Agneta yang menggoda Raffa, cowok itu tidak akan pernah melakukan hal yang membuat kariernya hancur.

Dan tadi salah satu production house terkenal di Indonesia menawarkannya proyek besar bersama dengan Agneta? Jelas, Luka tidak akan mau. Dia bukan aktor yang mencari sensasi, Luka ingin dirinya dikenal sebagai artis yang baik dan jauh dari skandal. Karya-karyanya yang akan menunjukkan seberapa berbakat dirinya.

Kalaupun ia harus beradu akting dengan Agneta. Ia penasaran apa yang akan dilakukan cewek itu terhadapnya untuk membuat dia terkenal?

Menciumnya? Memeluknya? Atau lebih dari itu?

Luka sudah menduga cewek itu melakukan segala upaya untuk membuatnya bisa dilihat orang lain. Mungkin dulu Agneta keola memang dikenal sebagai public figure yang tidak memiliki masalah. Tapi sepertinya cewek itu menyadari kalau karier yang seperti itu tidak memiliki perkembangan sama sekali.

Ia juga tahu kalau semua orang lebih senang mengetahui berita tentang kontroversi para artis. Tapi ia tidak akan pernah ingin menjadi salah satu di antara mereka.

Seorang Luka Elran bisa terkenal tanpa harus membuat dirinya terlihat jelek di mata orang lain. Memalukan diri sendiri saja. Ia juga tidak akan terjebak oleh Agneta.

Ia berharap kalau suatu hari nanti, tanpa sengaja mereka bertemu, Luka tidak ingin dirinya terlibat oleh permainan cewek itu.

Lebih baik mereka tidak saling mengenal.

Tidak pernah dekat.

Dan Luka sangat yakin dirinya bisa menghindar dari seorang Agneta keola.

* * *