Contents
Timun Mas is Back (Sinopsis)
Timun Mas is Back (Sinopsis)
Timun Mas dilahirkan di rumah orang paling kaya di kampunh, atau istilah kerennya ia tinggal di Rumah Sultan. Tapi itu tak membuatnya sombong dan hidup mewah. Sejak kecil, Timun Mas diajarkan oleh kedua orangtuanya taat menjalankan perintah agama, menjauhi larangan-NYA, hidup sederhana dan mengormati orang lain. Timun Mas disenangi warga kampung para pembantu di rumahnya. Salah satunya Dayang Wati yang ditugasi menjaga dan mengasuh Timun Mas sejak bayi, bersama sang ibu.
Hingga usia Timun Mas menginjak tujuh belas tahun, kabar duka itu datang. Sang ibu meninggal mendadak karena sakit. Timun Mas sedih sekali. Untungnya ada Dayang Wati yang menghibur dan selalu menemaninya. Beberapa bulan setelah meninggalnya sang ibu, Ayah Anton ayahnya Timun Mas menikah dengan Yuli, bibinya yang juga punya anak perempuan berumur tujuh belas tahun bernama Timun Suri.
Yuli lebih memperhatikan Timun Suri ketimbang Timun Mas. Sedang Ayah Anton malah sibuk memperhatikan urusan pekerjaan di perusahaan. Timun Mas jadi kesepian. Beruntung ada Dayang Wati yang selalu memperhatikannya dan selalu memberi nasehat untuk tetap berbuat baik pada sesama.
Hubungan Timun Mas dengan Timun Suri tak baik. Timun Suri kerap mengambil make up, tas, baju hingga hape sang adik untuk jadi miliknya atau malah dirusaknya, makanan untuk Timun Mas sering ia makan sehingga Timun Mas sering kelaparan. Beruntung ada Dayang Wati yang memberi makanan sisa di dapur. Tapi kalau ketahuan Yuli, Dayang Wati pun dimarahi. Walaupun diperlakukan tak baik oleh Timun Suri sang kakak, Timun Mas tak pernah sakit hati akibat perlakuan Timun Suri apalagi sampai dendam pada Timun Suri, ia malah mendoakan yang bagus-bagus untuk Timun Suri dalam setiap shalatnya. Karena hati Timun Mas terbuat dari “emas” dan itu hanya Dayang Wati yang tahu. Dayang Wati juga pernah merasakan kebaikan hati Timun Mas. Ketika ia dimarahi Yuli, Timun Mas menghiburnya, membuatkannya teh dan roti bakar coklat kesukaan Dayang Wati.
Yuli ingin Timun Suri yang nanti jadi penerus kekayaan dan perusahaan milik Ayah Anton. Tapi Ayah Anton menentang keras. Dan tak lama kemudian, Ayah Anton meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang misterius.
Timun Mas menjadi pewaris Kekayaan dan perusahaan sang ayah. Tiba-tiba Dayang Wati mendapat firasat mimpi agar berhati-hati dengan Yuli. Dayang Wati tak menganggapnya. Tapi setelah dapat informasi dari Sunnu (tukang kebun yang diam-diam mencintai Dayang Wati) kalau Yuli, ibu tiri Timun Mas tak terima. Ia ingin seluruh harta kekayaan dan perusahaan milik Ayah Antoj untuk anaknya, Timun Suri. Yuli lalu bekerja sama dengan Buto Ijo menyingkirkan Timun Mas.
Dayang Wati yang mendengar persengkokolan jahat Yuli dan Buto Ijo segera mengajak Timun Mas pergi diam-diam, dengan bantuan Sunnu. Timun Mas yang sengaja tak diberitahu soal rencana melenyapkan dirinya, menurut saja kata Dayang Wati untuk pergi dari rumahnya. Dayang Wati terpaksa berbohong ingin mengajak Timun Mas untuk liburan di desanya. Buto Ijo kecele karena tak menemukan Timun Mas di rumahnya. Buto Ijo yang tak mau dianggap gagal memberitahu kalau Timun Mas sudah berhasil disingkirkan.
Karena mengira Timun Mas sudah bisa disingkirkan Buto Ijo, Yuli memproklamirkan menjadi pemilik kekayaan dan perusahaan milik Ayah Anton. Dan selama dua tahun, harta kekayaan dikuras habis. Para pekerja di perusahaan dan di rumah jadi tak betah dan memilih resign. Hanya sedikit yang masih bertahan. Diantaranya itu Sunnu yang terpaksa mentaati segala perintah Yuli dan anaknya, Timun Suri.
Sementara kehidupan Dayang Wati dan Timun Mas di Desa Migunani malah berjalan bahagia selama dua tahun itu. Walaupun Dayang Wati hanya bekerja serabutan (terkadang jadi buruh tani atau buruh gendong di pasar desa), keduanya tak pernah merasa kekurangan. Karena selain rajin menabung, Timun Mas juga gemar bersedekah. Dan itu diam-diam ditiru oleh Dayang Wati. Timun Mas sendiri sudah diberitahu Dayang kalau ia terpaksa membawanya ke desa karena ada yang ingin melenyapkan Timun Mas.
Di desa, Timun Mas berteman dengan Ali seorang takmir masjid. Dari Ali, Timun Mas belajar banyak soal ilmu agama. Keduanya diam-diam menyimpan rasa suka.
Dayang Wati tiba-tiba jatuh sakit. Penyakit lamanya yang coba disembunyikan dari Timun Mas mendadak kambuh Menjelang akhir hidupnya, Dayang Wati memberikan tiga benda yakni kalung liontin, cincin dan gelang kepada Timun Mas. Sembari memberitahu ketiga benda itu balasan pemberian orang yang dulu pernah ia tolong. Dengan nafas tersengal-sengal, Dayang Wati berpesan agar Timun Mas berhati-hati ketika kembali ke rumah dan meminta Ali untuk menjaga serta menemani perjalanan Timun Mas. Tak lama, Dayang Wati pun meninggal.
Belum ada sehari meninggalnya Dayang Wati, tiba-tiba sekelompok orang pimpinan Buto Ijo yang berjumlah empat orang datang untuk menculiknya atas suruhan Yuli. Rupanya selama dua tahun ini, Yuli tak mau percaya begitu saja dengan cerita Buto, ia terus mencari tahu apa yang sebenarnya Buto Ijo sembunyikan darinya lewat seorang mata-mata. Dan akhirnya Yuli tahu Timun Mas dibawa pergi Dayang Wati ke Desa Migunani. Buto Ijo mengakui kalau ia gagal waktu itu dan meminta jangan dihukum. Yuli tak menghukumnya tapi meminta Buto Ijo menyelesaikan tugas yang seharusnya ia selesaikan dua tahun lalu. Buto Ijo menyanggupinya. Bersama empat anak buahnya, Buto Ijo pergi ke Desa Migunani.
Rencana jahat Buto Ijo dan anak buahnya gagal, Ali dan warga desa datang membantu Timun Mas. Satu orang bisa dilumpuhkan. Tapi Buto Ijo dan tiga orang lainnya berhasil kabur.
Timun Mas yang tak ingin jiwa warga desa ikut terancam memilih pergi dari desa secara diam-diam tanpa sepengetahuan Ali. Tak lupa, ia juga memakai tiga benda yang diberikan Dayang Wati sebelum meninggal. Tahu Timun Mas sudah pergi dari desa, Ali segera menyusulnya.
Di tengah perjalanan menuju rumah, Timun Mas bertemu kembali Buto Ijo dan tiga anggotanya yang tersisa. Tapi Timun Mas berhasil kabur.
Timun Mas yang terus lari merasa kehausan lalu membeli es dawet di sebuah kedai (ada tulisan Dawet Marto di atasnya). Katika hendak membayar, ia kaget lupa kantong uangnya jatuh saat kabur dari kejaran Buto Ijo dan gerombolannya.
Timun Mas mecoba membayar dengan kalung liontin. Marto, si pemilik kedai dawet awalnya menolak. Tapi setelah melihat di dalam kalung liontin itu ada gambar foto dirinya, Marto kaget.
Marto pun bercerita dulu seorang ibu pernah memberinya nasihat agar jangan putus asa lalu berbaik hati membelikannya sedekah berupa makanan enak. Padahal sebelumnya, ia hendak berniat bunuh diri terjun dari jembatan karena usaha dawetnya terancam gulung tikar tapi si ibu itu berhasil mencegahnya. Sebagai gantinya, Marto memberikan kalung liontonnya pada si ibu. Timun Mas juga kaget mendengar cerita Marto. Karena dulu ketika ia berumur delapan belas tahun, Dayang Wati pernah cerita menolong orang yang hendak bunuh diri tapi tak tahu kalau itu Marto.
Pada saat bersamaan, datanglah Buto Ijo dan tiga orang anak buahnya mengejar Timun Mas. Marto segera menyuruh Timun Mas untuk lari. Lalu ia memanggil para karyawannya. Satu anak buah Buto Ijo berhasil dilumpuhkan. Tapi Buto Ijo dan dua lainnya berhasil kabur mengejar Timun Mas.
Timun Mas yang terus berlari akhirnya sampai di pasar. Sementara, Buto Ijo dan dua anak buahnya, sudah semakin dekat.Timun Mas meminta Rahman, salah satu pedagang cinderamata di salah satu kios pasar (ada tulisan Kios Cinderamata Rahman di atasnya) untuk menghalangi orang-orang yang mengejarnya.
Tapi Rahman malah kaget ketika melihat cincin yang dipakai Timun Mas. Karena di situ tertera nama ayahnya Surahman yang sudah meninggal, setahun lalu.
Rahman pun memberitahu Timun Mas kalau itu dulu cincin milik sang ayah yang diberikan pada seorang ibu baik hati. Si ibu itu selalu membeli banyak dagangan rotinya. Sang ayah yang merasa penasaran roti-roti itu untuk siapa lalu mengikutinya. Dan ternyata roti yang dibeli banyak darinya itu disedekahkan untuk anak-anak kurang mampu di Desa Migunani. Karena terharu dengan niat ibu itu yang tak tanggung-tanggung dalam bersedekah, sang ayah memberikan hadiah berupa cincin bertuliskan namanya pada Dayang Wati.
Setelah mendengar pemberitahuan Rahman, Timun Mas kaget karena Dayang Wati tak pernah cerita soal itu. Rahman bersedia membantunya asal cincin yang dipakai Timun Mas boleh ia simpan karena itu benda kenangan satu-satunya dari sang ayah. Timun Mas setuju saja. Lalu setelah itu ia berlari meninggalkan pasar perbatasan.
Ketika Buto Ijo dan dua anak buahnya sampai di pasar, mereka langsung disambut kepungan Rahman beserta para pedagang lain. Baku hantam pun terjadi. Hanya Buto Ijo yang berhasil lolos. Dua anak buahnya berhasil dilumpuhkan.
Timun Mas yang kecapekan berlari jatuh pingsan di selasar Masjid Buana yang terletak dekat dengan rumahnya. Para perempuan yang selesai beribadah segera menolongnya.
Setelah sadar, Timun Mas mengenali Dharma yang jadi salah satu pengurus masjid itu. Karena Dharma dulunya seorang tukang ojek langganan Dayang Wati yang sering mengantarkan pulang pergi berbelanja ke pasar.
Dharma juga langsung mengenali Timun Mas dari gelang yang dipakainya. Karena itu gelang satu-satunya yang pernah ia berikan untuk seorang ibu penumpang langganan ojeknya untuk anak perempuan si ibu. Sebagai balas jasa karena setiap habis diantarkan, si ibu itu sering memberinya sedekah berupa minuman atau memberi oleh-oleh untuk anak dan istrinya di rumah. Timun Mas lalu menceritakan kejadian yang menimpanya. Dharma pun segera menghubungi Polisi.
Tak lama kemudian, Buto Ijo datang. Lalu berusaha membawa paksa Timun Mas pergi. Terjadi keributan kecil antara Buto Ijo dengan Dharma dan orang yang beribadah di masjid. Buto Ijo yang kalah jumlah hendak kabur. Tapi bisa ditangkap Ali yang datang belakangan. Lalu diserahkan kepada Polisi yang baru datang. Sementara atas informasi dari Buto Ijo, Yuli langsung ditangkap saat sedang mengadakan pesta pora dengan para kolega bisnisnya. Yuli ditangkap dengan tuduhan pengambilan alihan harta kekayaan dan perusahaan yang tak sah. Tapi ia menyangkal semua tuduhan itu.
Di dalam masjid, Timun Mas merenungkan kejadian-kejadian yang menimpanya pada Dharma dan juga Ali. Ia tak menyangka bisa selamat dari nasib buruk karena berkah dari perbuatan baik yang dilakukan Dayang Wati pada masa lalu.
Sunnu yang tahu Timun Mas sudah kembali ikutan datang ke masjid merasa senang sekaligus sedih mengetahui Dayang Wati yang dicintainya sudah meninggal. Lalu membawa Timun Mas kembali ke rumahnya. Timun Suri yang mengetahui sang ibu ditangkap dan dipenjara oleh Polisi, langsung menemui Timun Mas meminta agar Timun Mas memaafkan dan membebaskan ibunya. Timun Mas memberitahu Timun Suri kalau ia sudah memaafkan. Tapi untuk membebaskan Yuli, ia tak bisa karena perbuatan yang dilakukan itu tak baik dan harus mendapatkan hukuman.
Tapi Timun Mas berjanji akan memberikan keterangan yang bisa meringankan hukuman Yuli di persidangan. Timun Suri senang. Lalu akan berusaha menjadi saudara yang baik bagi Timun Mas.
Timun Mas akhirnya mewarisi harta kekayaan dan perusahaan sang ayah. Semua urusan ia selesaikan, dibantu Ali dan Sunu. Tak lama, kekayaan dan perusahaannya kian bertambah serta berkembang pesat. Timun Mas tak tertarik memimpin perusahaan sang ayah, ia menunjuk Timun Suri untuk jadi pimpinannya. Timun Suri tak menyangka Timun Mas berhati “emas”, ia menyesal dulu pernah membenci dan melukai hati Timun Mas.
Timun Mas lalu berziarah ke makam kedua orang tuanya. Dan tak lupa ia juga berziarah ke makam Dayang Wati di Desa Migunani. Rumah di desa yang dulu pernah ditinggalinya bersama Dayang Wati dihibahkan untuk tempat menimba ilmu agama bagi anak-anak yang kurang mampu di situ.
Timun Mas tak begitu saja melupakan jasa orang-orang yang sudah menyelamatkannya dari kejaran Buto Ijo dan anak buahnya. Marto, Rahman dan Dharma bersama keluarga mereka masing-masing diberi rumah yang bagus, harta melimpah dan naik haji gratis.
Sementara berkat keterangan meringankan Timun Mas di persidangan, Yuli tak dihukum berat. Walaupun pernah berbuat jahat padanya, Timun Mas tak dendam, hati seperti emas yang tetap mengkilap walaupun beberapa kali tergores. Ia bersama Timun Suri sering menjenguk Yuli di penjara kerajaan. Yuli pun menyesal dan kemudian bertaubat jadi orang baik.
~Tamat~
Yogyakarta, 19 Maret 2023