Try new experience
with our app

INSTALL

Nomaden (Ikatan Cinta FF 3.0) 

IC FF 48. Ke Mana?

IC FF 48. Ke Mana?


“Sayang, uang kita menipis. Bagaimana ini? Belum buat makan, belum buat menginap, belum buat ongkos.” Andin dan Reyna tengah menginap di penginapan di Punjab. Saat melihat dompet, ternyata uang mereka menipis.


“Bagaimana kalau kita malam ini saja menginap di penginapan. Besok kita di jalanan saja, Ma, Reyna tidak apa-apa kok. Adik Tarani yang kasihan. Mungkin kasih aja baju yang tebal agar selalu hangat meskipun di luar.” Keesokan paginya, mau tidak mau mereka tidak menginap lagi.


“Mumpung kita di Punjab, tidak ada salahnya kita cari Papa kamu dulu di sini. Mungkin saja kita tersesat terbawa sampai ke sini karena ada Papa kamu di sini,” kata Andin.


“Iya, benar juga, Ma!” Reyna berbinar dan penuh harap Aldebaran dan Askara ada di Punjab.


Di pagi itu saat mereka melintasi sebuah rumah di Punjab ....


“Sayang, aku butuh pembantu yang pandai memasak,” kata perempuan India yang berpenampilan modern ke suaminya dengan bahasa Inggris.


“Aku akan meminta Ibuku mencarikan,” ujar sang pria. Keduanya kemudian memasuki sebuah rumah.


Seorang perempuan paruh baya berpakaian tradisional yang tampak bagus menyambut mereka ditemani seorang perempuan dengan pakaian lusuh. “Ma, bisa carikan kami pembantu yang jago memasak?” tanya pria itu dengan bahasa India setelah menerima sambutan perempuan paruh baya yang dandanannya berkelas itu. Kemudian, perempuan tradisional berkelas itu bertanya kepada perempuan lusuh di sebelahnya dengan bahasa India. Meskipun tidak paham, Andin menebak jika pria itu sedang mengatakan yang perempuan berpenampilan modern katakan. Dan perempuan berpakaian tradisional mewah menanyakan hal itu pula kepada perempuan berpakaian lusuh.


“Reyna, Mama akan bekerja. Mereka butuh pembantu yang bisa memasak.”


“Mama pandai memasak pasti bisa diterima.”


“Semoga saja karena meskipun pandai memasak Mama bisanya masakan Indonesia atau Eropa. Mama akan coba karena ini jalan satu-satunya kita bisa dapat uang.”


“Permisi, apa di sini butuh pembantu? Saya bisa bersih-bersih dan memasak masakan Indonesia dan Eropa,” kata Andin dengan bahasa Inggris.


“Selamat datang, iya kami sedang butuh pembantu yang pandai memasak. Kamu bisa masakan luar negeri? Wow, aku sangat tertarik mencicipi masakan kamu karena sudah lama juga aku tidak ke Eropa. Selain itu, masakan Indonesia aku dengar-dengar katanya lezat. Aku akan sering meminta kamu memasak masakan Indonesia. Kamu orang mana?” Perempuan modern langsung berbahasa Inggris menyambut antusias kedatangan Andin.


“Indonesia.”


“Oh, Indonesia, sudah pasti kamu akan bisa memasak masakan Indonesia. Bagaimana bisa sampai India? Apa memang tujuannya bekerja?”


“Kami hidup nomaden. Namun kami mendapatkan ujian terpisah dari suami dan anak laki-laki yang usianya dibawa yang perempuan ini. Saya mencari hingga tersesat di Punjab. Jujur saya kehabisan uang.” Menggunakan bahasa Inggris, Andin mengungkapkan dengan jujur.


“Oh, semoga kamu bisa bertemu lagi dengan suami dan anak laki-laki kamu. Ini bayi kamu dan putri kamu?”


“Iya, yang besar namanya Reyna Putri Alfahri, yang masih bayi namanya Akhtarani Aquinsha Alfahri.”


“Lalu nama suami kamu dan putra kamu yang hilang?”


“Suami saya Aldebaran Alfahri dan putra saya Askara Putra Alfahri.”


“Berarti bisa menginap ya di rumah? Boleh kok ajak anak-anak kamu. Saya juga ada anak. Sekarang sedang sekolah.”


“Tentu bisa dan saya sangat berterima kasih karena rencananya demi menghemat, kami nanti malam akan di jalanan tidak menyewa penginapan.”


“Oke, saya terima kamu, tapi kerjanya bukan di rumah ini, di rumah saya, tapi masih sama-sama di daerah Punjab. Rumah saya dekat dengan Border buat ke Pakistan.”


“Oh ... iya, baik.”


✨✨✨✨❤️✨✨✨✨


Dengan tujuh juta lebih dan hampir sebelas jam perjalanan sampailah pesawat dari Jakarta ke New Delhi India. Nino datang ke India. Namun ia tidak tahu di mana tepatnya Andin dan anak-anak tinggal. Ditambah lagi Andin dan Reyna tidak bisa dihubungi. Ia memutuskan datang ke kantor polisi untuk menanyakan kasus tertabraknya Aldebaran Alfahri dan Askara yang membuat Aldebaran dan Askara menghilang dibawa penabrak. Polisi membenarkan jika mereka sedang menangani kasus tersebut. Polisi menunjukkan CCTV kejadian. Nino seperti mengenal dua perempuan yang membawa Al meskipun jarak CCTV ke pelaku cukup jauh sehingga tidak jelas dan pergerakan pelaku begitu cepat. Ia mencoba mengamati terus mencoba mengenali dua pelaku. Meskipun tidak melihat wajah, cukup dari pawakan keduanya, ia langsung bisa tahu siapa dua orang yang dikenalnya.


Nino membatin, “Apa mungkin itu Zara dan Fia? Satunya siapa?”


“Kami sekarang sedang mencari dan memburu mobil beserta pemiliknya. Namun, pemilik dan mobil itu menghilang dan tidak pernah terlihat lagi di jalanan. Kami akan terus mencari tanpa henti sampai Pak Aldebaran Alfahri dan putranya ditemukan,” terang polisi dengan bahasa Inggris.


“Saya percaya Anda akan bisa menemukan. Saya permisi,” balas Nino dengan bahasa Inggris juga.


Nino tidak memberitahukan mengenai sosok yang dikenalnya. Ia merasa punya cara sendiri menemukan Aldebaran Alfahri. Ia memang mendengar Zara sedang berlibur ke India. Hal itu membuat dugaannya semakin kuat jika salah satu perempuan itu adalah Zara. Namun, ia tidak menyangka ternyata Zara bisa bersama dengan Fia yang dibencinya itu.


“Aku tahu bagaimana melacak Zara.” Nino lantas menghubungi Zara.


“Apa kabar kamu, Zara?”


“Hai, Pak Nino, dikira tidak ingat sama Zara setelah menikah dengan penjahit itu.”


“Mana mungkin lupa apalagi sekarang kamu sedang bersenang-senang. Kabarnya kamu di India sekarang?”


“Iya, soalnya ada teman yang punya teman India. Terus ya gitu deh jadinya ada kesempatan buat jalan-jalan ke India.”


“Siapa nama teman kamu itu?”


“Untari.”


“Tinggal di daerah mana kamu sama Untari? Kamu di rumah Untari atau menginap di hotel?”


“Di rumah Untari.”


“Oh .... Em ... sedang apa sekarang, sedang jalan-jalan di mana?”


“Sekarang lagi makan di New Delhi, terus bentar lagi malam ya biasa kita mau seru-seruan di club yang bagus di New Delhi.”


“Apa nama restoran atau tempat makan kamu sekarang, recommended tidak? Nino bertanya-tanya seolah-olah sedang antusias dengan jalan-jalan Zara. Zara menjadi tidak tahu kalau sesungguhnya sedang di interogasi. Zara pun tidak tahu jika Nino sedang berada di India. Setelah Zara memberitahukan namanya, Nino yang tidak jauh dari restoran itu segera meluncur menaiki angkutan umum.


Nino melihat Zara, Fia, Nia, dan Untari ke luar dari tempat makan. Ia segera memesan tadi yang kebetulan menurunkan penumpang tidak jauh darinya. Ia langsung saja menerobos masuk saat penumpang turun.


“Pak, ikuti mobil itu jangan sampai lolos! Akan saya bayar mahal! Aku sewa sampai aku selesai mengikuti mereka!” Sopir mengerti bahasa Inggris dan mengangguk sepakat.


✨✨✨✨❤️✨✨✨✨


Sementara Zara dan ketiga temannya bersenang-senang, Askara yang diletakkan di kamar terpisah dengan Aldebaran menangis. Askara sendirian di dalam kamar yang terkunci rapat itu. Akibat tangisannya, Aldebaran yang sejak awal disekap tidak tahu keberadaan Askara menjadi tahu. Beberapa hari selama Al disekap, Zara dan teman-temannya menjadi tidak jalan-jalan. Hari ini mereka sedang puas-puasin jalan-jalan.


“Itu suara Askara.” Aldebaran ingin menolong, tetapi apa daya. Ia ingin ke toilet pun tidak diberikan sehingga tempat tidur yang ditempatinya kotor oleh dirinya.


“Ya Allah ....” Aldebaran dalam hati terus mengadu. Air matanya segera mengalir mendengar tangisan Askara terus-menerus sementara dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Askara.


✨✨✨✨❤️✨✨✨✨


Sudah dini hari saat Zara, Nia, Fia, dan Untari sampai di mana mereka menyekap Aldebaran dan Askara. Letaknya sungguh cukup jauh dan terpencil. Untari memakai mobil yang lain dari yang terlihat di CCTV saat kejadian hilangnya Al dan Askara. Mobil yang digunakan saat kejadian Untari putuskan untuk disembunyikan karena kalau dijual akan bisa dilacak. Mobil itu disembunyikan dengan ditutupi pembungkus mobil agar tidak terlihat. Selain itu pelat nomor asli diganti dengan yang palsu jaga-jaga kalau ada yang melihat mobil itu di dalam garasinya di rumahnya yang lain lagi.


Nino pun akhirnya menjadi sampai di tempat itu. “Pak, tunggu di sini. Mungkin akan lama bisa melewati hari ini. Ini saya bayar setengah. Selebihnya akan saya bayar nanti.”


“Oke.”


Bersembunyi di gelapnya malam dan apa pun di rumah itu yang bisa menutupi keberadaannya, diam-diam Nino memasuki rumah Untari. Ia mengendap-endap mendekat ke jendela-jendela. Ia mengintip apa yang ada di balik jendela-jendela itu. Pada akhirnya, ia sampai pada sebuah jendela yang dalamnya terdapat Aldebaran Alfahri dalam keadaan terikat. Kemudian, dari tempat lain di rumah itu, ia mendengar tangisan Askara.


“Askara, diam!” bentak Nia yang tidak suka mendengar tangisan anak kecil itu.


“Ih, dia pipi lagi!” keluh Zara.


“Sama saja tukang ngompol kayak Papanya!” kata Fia.


“Tempat tidurku yang ditempati Aldebaran jadi kotor!” keluh Untari.


Bersambung

Terima kasih

✨❤️❤️❤️✨


DelBlushOn Del BlushOn Del Blush On delblushon #delblushon :)