Try new experience
with our app

INSTALL

Cinta Lelaki Misterius 

Bab 3


Cinta Lelaki Misterius

Bab 3

–Manis Seperti Gudeg–

"Kenapa marah-marah depan rumah orang sih, Non?" tanya Al mengernyitkan alisnya.

"Sorry, tadinya aku mau keluar nyari makan, ada telpon, aku angkat dan refleks aja sih marahnya," ucap Andin tertawa kecil, menertawakan kebodohannya sendiri.

"Wah, pas banget ya, aku juga mau nyari makan, mau bareng? Kamu kan belum tau daerah sini juga," tawar Al modus, yang kemudian di anggukkan oleh Andin.

Keduanya pun akhirnya berjalan berdampingan, keluar dari kompleks tempat di mana mereka tinggal.

"Btw, kamu asli orang mana?" tanya Al mulai membuka percakapan.

"Aku asli Surabaya."

"Kenapa datang ke Yogya?" tanya Al penasaran.

"Mau kuliah," sahut Andin singkat.

"Jauh amat, Ndin, Dapat beasiswa?".

"Nggak juga sih, panjang lah ceritanya," jawab Andin malas.

"Ehm apa ada barengnya datang kemari? Teman atau kerabat gitu?" tanya Al, masih terus mengajak Andin berkomunikasi.

"Nggak sih, sendiri aja," sahut Andin.

"Oh, gitu. Kalau begitu jadikan aku teman pertamamu di Yogya, ya. Selamat datang di kota pelajar," ucap Al ramah.

Andin membalas dengan senyuman manisnya, sesaat membuat Al yang memandangnya terkesima.

"Sama-sama," sahut Andin sembari melanjutkan langkahnya.

"Hati yang sengaja kukeraskan hingga membatu ini, ternyata bisa melunak seketika hanya dengan memandang senyumnya. Sungguh aneh, tapi nyata. Ah, andai saja, rasa sesak itu tak pernah ada ...," batin Al sembari terus memandangi Andin di sisinya.

"Btw, kita mau makan di mana nih?" tanya Andin yang tak digubris oleh Al.

"Hello ... Al?" panggil Andin sekali lagi sembari menoleh ke arah Al di sisinya.

"Ah, iya, ada apa?"

"Kamu tuh suka ngelamun ya?"

"Ya, kadang-kadang emang suka begitu kalau ada yang menarik perhatian," sahut Al apa adanya.

"Menarik perhatian?"

"Iya."

"Apa tuh?"

"Kamu," sahut Al membuat Andin mengerutkan kening.

"Aku?"

"Iya, kamu."

"Memangnya kenapa denganku?"

"Kamu cantik, tapi sepertinya kamu sengaja tak menampakkan aura itu," sahut Al membuat Andin semakin bingung.

"Kamu tuh ngomong apa sih, Al?"

"Coba deh, ikat rambutnya kamu lepas," saran Al.

"Ogah, Ah. Gerah," tolak Andin membuat Al terkekeh.

"Ya udah, kalau gitu nanti aja kalau kamu dah sampai kostan kamu buka ikat rambutmu, terus bercermin. Pasti kamu akan ingat kata-kataku, Ndin," ucap Al.

"Oke," sahut Andin menyanggupi.

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan, berjalan di sisi jalan raya di malam yang terlihat sedikit mendung.

"Oiya, tadi kamu nanya apa?" tanya Al yang tiba-tiba teringat pertanyaan Andin yang sempat diabaikannya, namun Andin tak menjawab. Pandangannya justru mengarah ke seberang jalan.

"Bentar-bentar, Al. Kamu tunggu sini bentar, ya?" ucap Andin sembari menyebrangi jalan raya.

"Hei, Ndin! Kamu mau ke mana? Hati-hati!" teriak Al heran melihat Andin yang buru-buru menyebrangi jalan. Pandangannya terus tertuju pada Andin yang tengah berjalan ke arah seorang nenek tua.

Beberapa saat Al melihat Andin tengah bercakap-cakap dengan nenek itu, tak lama kemudian, tampak keduanya menyeberangi jalan raya. Andin dengan telaten memapah wanita yang renta itu hingga sampai di tepi jalan.

Pemandangan indah itu sukses menerbitkan senyuman manis di bibir Al.

"Ternyata, tak hanya parasnya yang membuatku terpesona, tetapi sikap baiknya juga membuatku semakin terpana. Andini Kharisma Putri, gadis seperti apa dia sebenarnya?" batin Al masih terus memandangi Andin.

"Sorry, ya, buat kamu nunggu," ucap Andin sembari mengatur ritme pernapasannya.

"Nggak apa-apa, Ndin. Kenapa nenek tadi?" tanya Al basa-basi.

"Mau nyebrang tadi, tapi pandangannya udah rabun, aku perhatiin sedari tadi hanya diam di pinggir jalan kaya orang bingung, ya udah, aku bantuin bentar," jelas Andin yang sebenarnya Al telah memahami tujuan itu.

"Baik ya kamu," puji Al.

"Nggak juga," sahut Andin merendah. "Btw, jadi kita mau makan di mana nih?" tanya Andin yang merasa perjalanannya tak kunjung sampai di tujuan.

"Eehm, di mana ya enaknya?" sahut Al bertanya-tanya.

"Astaga, jadi dari tadi kita jalan kamu belum tahu tujuannya, Al?" tanya Andin yang dijawab kekehan oleh Al.

"Oke, sorry ... sorry, sekarang udah tahu kok ke mana tujuannya," sahut Al sedikit merasa bersalah.

"Ya ampun, Al!" seru Andin sembari menepuk jidatnya. "Ya udah, jadi di mana? Masih jauh nggak?" tanya Andin tak sabaran.

"Bentar, kamu tunggu dulu ya, aku mau ajak kamu ke suatu tempat," sahut Al sembari mengambil hp nya di saku, entah apa yang sedang dilakukannya Andin tak tahu. Tapi, tak lama kemudian, sebuah mobil avanza berwarna merah berhenti di hadapan mereka.

"Mas Al ya?" tanga Driver sembari membuka jendela.

"Iya, Mas."

"Silakan masuk, Mas, Mbak," ucap Driver pada Al dan Andin. Al segera membuka pintu dan mempersilakan Andin yang masih kebingungan untuk masuk.

"Kita mau ke mana sih, Al? Mau makan aja pakai pesen taxi online segala?" tanya Andin heran.

"Udah, masuk aja, ntar juga tahu," ucap Al yang tak dapat lagi Andin tolak.

"Sesuai aplikasi ya, Mas?" tanya Driver sesaat setelah Al menutup pintu.

"Iya, Mas," sahut Al pada driver yang ia tebak berusia tiga puluhan. Tak perlu menunggu lama, kini Avanza merah itu telah melaju membelah jalan.

Sedangkan dari kejauhan, pak Angga yang baru saja keluar dari minimarket merasa terkejut sekaligus heran.

"Itu 'kan mas Al? Dia jalan sama siapa ya? Kayanya sama cewek yang sewa kamar 14 tadi deh, si Andin-Andin itu. Ini benar-benar pemandangan langka. Sebaiknya gue kabarin Rendy dulu.

[Halo, Ren.]

[Nah, baru aja aku mau telepon. Gimana mas Al? Dia baik-baik aja 'kan? Kok sampai H-3 balik belum juga minta dipesanin tiket.]

[Kau nanya bisa satu-satu nggak, ini juga aku lagi mau bahas mas Al. Ada yang aneh sama dia, Ren.]

[Aneh gimana?]

.

[Barusan aku lihat mas Al jalan ama cewek, padahal mereka baru kenal. Dan mas Al kelihatan akrab sama tu cewek.]

[Kamu nggak salah lihat, Ngga?]

[Ya ampun, Ren. Biar gini mataku masih normal, itu emang mas Al. Dia jalan sama anak kost namanya Andin.]

[Waw, ini sungguh keajaiban. Apa mungkin cewek ini menjadi alasan dia nggak ingin balik ke Jakarta?]

[Bisa jadi.]

[Ya udah, kamu kabari aku terus ya, Angga. gimana perkembangannya. Semoga ini jadi awal yang baik untuk mas Al.]

[Amiin.]

Panggilan berakhir.

****

"Gimana, enak 'kan?" tanya Al meminta penilaian Andin.

"Enak sih, cuma lidahku aja mungkin yang nggak terbiasa makan masakan bersantan dengan rasa dominan manis begini, jadi terasa asing. But, not bad lah, enak kok," sahut Andin memberi penilaian sembari menikmati makanan di hadapannya.

"Ya itulah gudeg, makanan khas Yogya. Dan gudeg Yu Djum ini termasuk gudeg terenak dan paling mashur di Yogya," jelas Al membuat Andin manggut-manggut mengerti.

"Gitu ya, pantas ya rame banget pembelinya dari tadi," sahut Andin merasa takjub dengan keramaian pengunjung di tempat ia makan.

"Iya, kebanyakan dari mereka adalah wisatawan yang penasaran dengan rasa makanan khas Yogya."

Andin kembali menganggukkan kepalanya paham.

"Btw, gimana kesan pertamamu terhadap Gudeg, Ndin?" tanya Al membuat Andin berpikir sejenak.

"Manis," sahut Andin.

"Yup, sama seperti kesan pertamaku saat bertemu denganmu," lanjut Al.

"Apaan sih, Al," sahut Andin terkekeh salah tingkah, membuat semburat merah menambah manis wajah putihnya.

Dan sejak malam itu lah, Al–lelaki berhati beku itu mulai mencair. Sejak malam itu lah cinta yang sedari dulu dihindarinya kini justru datang menghampirinya, namun ia enggan untuk mengakuinya.

Al tak hentinya memandang gadis belia di hadapannya.

"Kenapa ngeliatin aja sih?" tanya Andin mulai merasa tak nyaman.

"Nggak apa-apa, btw udah dapat kerjaan, Ndin?"

"Belum nih, ada saran nggak?" tanya Andin balik.

"Eum ... apa ya? Coba nanti aku cari info lowongan kerja ya, kalau ada langsung aku kabari kamu," jawab Al

"Oke, makasih ya, Al. Baik deh kamu," puji Andin membuat Al tersenyum bangga.

"Sama-sama," sahut Al kemudian mengetikkan sebuah pesan di ponselnya.

[Pak Rendy, tolong besok buka lowongan kerja untuk wanita dengan kriteria lulusan SMA ya, buka lowongan di bagian yang tidak terlalu berat. Saya ingin merekomendasikan teman, dengan nama 'Andini Kharisma Putri', lakukan semua prosesnya sesuai prosedur saja. Jangan ada nama saya di balik semua ini. Terima kasih.]