Contents
Mantan Dua Langkah (Sinopsis)
Mantan Dua Langkah
Juwita (25 tahun) selalu sesumbar mengatakan kalau dirinya sudah move on dari Alan (25 tahun). Namun, faktanya hampir setiap malam dia menghabiskan beberapa lembar tisu untuk meratapi kegagalan cinta yang kandas di tengah jalan.
Selama lima tahun pasca putus, Juwita dan Alan tidak pernah bertemu atau berkomunikasi satu kali pun. Dia memblokir nomor dan semua akun media sosial sang mantan yang tiba-tiba memutuskan dirinya tanpa alasan. Meskipun demikian, ternyata kenangan tentang Alan masih menjadi bagian penting dalam hati Juwita.
Hingga pada suatu hari, Juwita dibuat kaget oleh kedatangan Alan sebagai tetangga barunya di kontrakan Soka Makmur. Kamar mereka benar-benar bersebelahan. Juwita di kamar nomor 6, sedangkan Alan nomor 7.
Awalnya Juwita curiga dan menuduh Alan sengaja menguntit dirinya sampai ke sana. Juwita langsung menolak tinggal dekat dengan Alan karena khawatir usahanya dalam melupakan sang mantan pacar akan berujung sia-sia. Tanpa interaksi dengan pemuda itu saja Juwita sudah goyah, apalagi kalau harus tinggal berdampingan setiap hari meskipun ada dinding pemisah.
Juwita tidak yakin hatinya akan baik-baik saja kalau bertetangga dengan Alan. Namun, dia juga tidak memiliki kewenangan untuk mengusir Alan dari sana. Pemilik kontrakan tentu tidak akan peduli pada masa lalu mereka berdua selagi bukan sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal kriminal. Selain itu, Alan hanya meminta waktu selama tiga bulan untuk tinggal di sana. Dia akan mencari kontrakan baru dan berjanji segera pindah dari tempat itu demi kenyamanan Juwita. Mau tidak mau, Juwita akhirnya pasrah menerima Alan sebagai tetangga.
Hidup bertetangga dengan seseorang yang memiliki cerita masa lalu kurang menyenangkan membuat Juwita kepayahan bersikap. Apalagi Juwita harus bertemu Alan setiap pagi, saat akan berangkat kerja. Juwita semakin kesal karena Alan justru terlihat biasa saja, seolah tidak pernah ada apa pun yang terjadi di antara mereka. Padahal Juwita merasa banyak hal yang harus Alan jelaskan tentang kandasnya hubungan mereka. Alan bahkan sempat menawari Juwita untuk memboncengnya ketika berangkat bekerja. Namun, Juwita sengaja cuek terhadap segala perlakuan baik sang mantan sebagai upaya menahan diri agar tidak baper lagi.
Beberapa hari kemudian, Alan tiba-tiba tidak kelihatan. Bahkan tidak terdengar tanda-tanda kehidupan di kontrakan sebelah. Setiap Juwita berangkat dan pulang kerja, pintu kamar kontrakan nnomor tujuh itu selalu tertutup rapat. Tidak ada suara mesin yang sedang dipanaskan seperti hari-hari sebelumnya. Juwita jadi berpikiran buruk. Dia khawatir terjadi sesuatu yang mengerikan di kamar kontrakan Alan.
Setelah melalui pergolakan batin yang cukup peluk, Juwita akhirnya bertekad mengetuk pintu kamar kontrakan Alan untuk memastikan kalau pemuda itu dalam keadaan baik-baik saja. Namun, saat Juwita sedang gamang untuk mengetuk atau tidak, tiba-tiba terdengar suara motor Alan memasuki halaman. Juwita kesal bukan main begitu melihat seorang perempuan turun dari boncengan motor sang mantan. Rasa khawatirnya terasa percuma karena Alan malah menghabiskan waktu bersama perempuan lain.
Kecurigaan Juwita tentang perempuan itu sebagai pacar baru Alan langsung terbantah. Perempuan itu ternyata salah satu penghuni kontrakan Soka Makmur yang juga baru beberapa hari pindah ke sana. Namun, menempati kamar di deretan belakang. Wajar saja kalau Juwita belum mengenalnya.
Alan langsung menggoda Juwita yang terlihat cemburu pada sosok perempuan bernama Elok itu. Juwita mati-matian membantah meskipun gestur tubuhnya justru membenarkan tebakan Alan. Juwita bersikap masa bodoh, seolah tidak peduli sedikit pun terhadap segala hal yang Alan lakukan. Bukan urusannya juga kalau sang mantan mau mendekati perempuan mana saja. Hubungan mereka berdua saat ini hanya sebatas tetangga kontrakan. Tidak lebih.
Sejujurnya, Juwita sedikit penasaran tentang alasan sang mantan belakangan ini tidak pernah terlihat. Namun, dia menyimpan rasa penasarannya sendirian. Juwita enggan membuat Alan meyakini kalau dirinya masih peduli karena belum berhasil move on.
Esok paginya, Juwita berdandan rapi seperti biasa. Kali ini dia menyemprotkan pewangi lebih banyak. Dia kemudian keluar dari kontrakan dan mendapati motor milik Alan berada di teras, tetapi pemiliknya tidak terlihat. Juwita menggigit bibir. Dia mendengkus kesal karena tiba-tiba merindukan sapaan pemuda berambut two block itu. Sayangnya, setelah hampir dua menit Juwita berdiam di depan pintu kontrakan sendiri, Alan tetap saja tidak menampakan batang hidungnya. Jadi, perempuan itu bergegas pergi, daripada telat sampai ke tempat kerja.
Menunggu angkutan umum di tepian jalan menjadi rutinitas Juwita. Kalau sedang tidak malas bangun lebih pagi, dia akan berjalan kaki menuju kantor. Juwita bukan bermaksud pelit karena tidak mau membayar ongkos angkutan umum, dia hanya menerapkan prinsip hidup hemat. Lagi pula, berjalan kaki juga membuatnya lebih sehat.
Juwita tadinya berniat akan mengiyakan tawaran Alan kalau mengajaknya berangkat bersama dengan membonceng motornya. Namun, Juwita harus gigit jari lagi karena di boncengan motor sang mantan sudah ada Elok. Alan juga tidak menyempatkan diri menyapa Juwita ketika lewat di depannya. Juwita seolah tidak tampak di mata Alan.
Sepanjang hari itu suasana hati Juwita jadi berantakan. Dia bahkan tidak berminat sama sekali untuk membuka akun media sosial dan mengikuti gosip selebriti seperti yang biasa dilakukan saat malam hari. Dongkol yang menguasai hati membuatnya ingin meluapkan emosi, tetapi Juwita hanya seorang diri.
Jam digital pada layar ponsel menunjukkan angka 7.58, masih terlalu sore untuk melarikan diri ke alam mimpi. Juwita bingung harus melakukan apa lagi supaya bisa menguraikan benang kusut dalam kepalanya. Dia merebahkan diri di kasur, lalu berguling ke kanan dan kiri mencari posisi ternyaman untuk mencerna keadaan.
Tiba-tiba Sherin, seorang teman lama menghubunginya. Sherin adalah salah satu teman dekan Juwita yang pernah menjadi tempatnya berkeluh kesah saat galau setelah putus dari Alan. Juwita lalu menceritakan pada Sherin tentang Alan yang kini menjadi tetangganya.
Dari penuturan Juwita, Sherin mengambil kesimpulan kalau perempuan itu memang belum berpindah hati dari sang mantan. Sisa rasa yang terendap di hati nyatanya membuat kehadiran Alan tidak bisa diabaikan begitu saja. Move on hanya sebatas wacana yang sulit sekali diwujudkan meskipun sudah berusaha selama beberapa tahun. Alan menjadi cinta dan luka pertama di hati Juwita yang susah dihilangkan melebihi noda membandel pada baju.
Suatu malam, Alan mengetuk pintu kontrakan Juwita dan membawakan martabak kesukaannya. Demi martabak hangat dengan lelehan keju itu Juwita terpaksa mempersilakan Alan masuk.
Alan meminta maaf atas kesalahannya di masa lalau yang mengakhiri hubungan mereka begitu saja. Dia juga menyatakan bahwa perasaannya masih sama seperti dulu. Alam ingin memulai lagi hubungan asmara mereka berdua.
Kecewa yang disimpan oleh Juwita nyatanya kalah besar dari sisa rasa dalam hati. Meskipun bertahun-tahun memendam dongkol karena ditinggal pergi, dia tidak menampik kenangan indah yang sulit dilupakan terus menerus membayangi. Juwita akhirnya setuju memulai kisah baru bersama sosok dari masa lalu.
14 Maret 2023
Lovaerina