Contents
Once Upon A Time In About Kluwih Story
Chapter 3
“Saya hanya ingin menjunjung tinggi deso mowo coro” ucap Ndoro Lurah dalam pidatonya “dan apakah poligami itu haram? Tidak poligami itu sah karena itu firman Allah tercantum dalam kitab suci Al Qur an yang bunyinya seorang muslim boleh menikahi 2 atau 3 wanita asalkan adil, kurang lebih bunyinya begitu ngeh nopo mboten poro ustadz lan kyai (ya tidak para ustadz dan kyai)” dan para pengunjung yang disebut menggut-manggut mengiyakan.
“Saya hanya menjaga melestarikan adat desa kita ini semata-mata menjaga kestabilan kesejahteraan warga yang sudah turun temurun dari nenek moyang kita di desa Kluwih desa yang kita cintai ini. Dengan memuliakan keluarga miskin diangkat derajatnya menjadi keluarga saya yang lebih dari mampu juga dapat berlaku adil terhadap istri-istri saya berikut ijinnya supaya di desa kita tidak ada lagi yang miskin” demikin pidator Ndoro Lurah yang seketika dikejutkan adanya beberapa anak panah yang menyasar para bodyguard apparat desa dan terjadilah hiruk pikuk kericuhan para hadirin semua karena anak panah itu berseliweran bahkan menyebabkan obor dan petromak membakar beberapa area pesta pernikahan itu. Para mafia jawara pantura itu pun bergegas menghalau beberapa anak panah dengan clurit dan parang serta tombak senjata mereka masing-masing. Dan beberapa Jawara berhasil menjatuhkan para pemanah berkerudung ninja sarung itu dan satu per satu ditebas golok dan clurit hingga tumbang, tapi yang mengejutkan adanya sosok ninja sarung yang beringas menyerang kearah Ndoro Lurah dan mengarahkan anak panahnya kearah Ndoro Lurah sebegitu cepat reflek Ndoro Lurah itu menyeret Pratiwi dijadikan tameng sehingga pemanah itu terkejut terlanjur melepaskan anak panahnya dan seketika itu ibunya Pratiwi menghadang anak panah itu mengenai dadanya hingga dia tergolek mati dihadapan Pratiwi. Tiwi pengantin baru itu langsung menghambur memeluk ibunya yang tergolek mati ditangisi haru biru batin Tiwi yang tersiksa. Para Jawara mafia pun semakin beringas membantai para ninja sarung itu hingga tumbang semua. Satu per satu dibuka kedok ninja sarung tak ada satupun sosok Lutfi terlibat penyerangan itu. Mereka ternyata para putra dari ibunya yang dipoligami atau pacarnya yang dipoligami termasuk laki-laki yang cinta mati pada Tiwi seperti Lutfi.
Abdul Hadi dan keluarganya yang tinggal di tepi sungai Kuripan Pekalongan Jawa Tengah, mendengar berita itu pun lega ternyata itu bukan perbuatan Lutfi sehingga ayah asuh Lutfi itu bertanya-tanya dimanakah Lutfi sekarang berada.
Di sebuah kapal yang terdampar pesisiran ditemukan sosok Lutfi tergolek pingsan oleh obat bius yang membuatnya tak kuasa bangkit hanya tergolek lelap. Hasan (55 tahun) dan keluarganya membopong Lutfi kedalam gubuknya. Sebagai keluarga nelayan miskin hanya bisa merawat Lutfi diatas dipan kayu kusam. Hasan menyuruh Rukaya (18 tahun) putri tunggalnya merawat Lutfi hingga tersadarkan diri.
“Dimana saya sekarang?”
“Losari Bang” jawab Rukaya
“Losari mana?”
“Ujung Pandang Sulawesi Bang”
Setelah pulih kembali Lutfi banyak membantu Hasan mencari ikan di laut menggunakan perahunya, Lutfi menjadi bagian hidup keluarga nelayan itu. Hingga akhirnya Lutfi dinikahkan dengan Rukaya tapi dia tidak pernah melupakan Tiwi dan ibunya bagaimana nasibnya selalu menghantui mimpi-mimpinya saat tidur bersama istrinya Rukaya. Begitu pula rasa penasaran kenapa dia bisa sampai Makasar masih tanda tanya tanpa jawab yang pasti. Tapi itu semua pudar bersamaan Rukaya hamil yang dapat abaikan pikiran Lutfi dari segala derita batinnya.