Contents
Dear Grey
Lo Kenapa, Grey?
ROSALINE sedikit salah tingkah saat beradu pandang dengan Grey, ketika mereka sama - sama hendak keluar kelas, pada jam istirahat. Pemuda itu tersenyum padanya, senyum yang menurut Rosaline hanya palsu belaka. Karena setelah kejadian di rooftop bangunan sekolah itu, Rosaline merasa Grey seolah menyembunyikan sesuatu di balik senyuman itu, sesuatu entah apa, mungkin kebahagiaan yang tergambar dalam senyuman itu bisa jadi malah berarti sebaliknya.
Yah sebetulnya hati Rosaline masih sakit karena perbuatan Grey yang seenaknya memindahkan Danni ke kelas lain tapi gadis itu tak tega melihat Grey yang saat ini masih saja tersenyum padanya, padahal wajahnya terlihat pucat. Astaga, Grey, Grey, lo bikin gue bingung, tauk! Mo marah ama lo gimana, mo khawatirin lo juga gimana...
"Lo udah gak marah lagi kan dengan gue?" Terdengar Grey bertanya, seperti berharap Rosaline membalas senyumnya.
"Yah gue harus gimana? Danni udah terlanjur lo pindahin," Rosaline sekuatnya tak mau merasa baper karena ekspresi Grey, buru - buru dipercepatnya langkah keluar kelas. Tapi Grey mengikuti Rosaline.
"Rosaline, please?"
"Gak usah ngikutin gue,"
"Please?"
Rosaline menghela napas, mendengar suara Grey memohon. Sebetulnya serba salah juga sih, tapi yah gimana?
Grey yang sedari tadi mengikuti, nyaris menabrak Rosaline karena gadis itu tiba - tiba berhenti berjalan dan berbalik.
"Grey, apa sih mau lo?"
"Please, don"t mad at me," kata Grey mengiba.
Rosaline lama menatap Grey dengan kening berkerut.
"Please?"
Grey bestie gue ini, bestie yang terus terang dulu pernah gue sukai, Rosaline mengeluh, karena akhirnya tak bisa menolak sorot mata hazel yang begitu memelas menatapnya, hingga gadis itu menurut saja saat Grey menarik tangannya, mengajaknya ke kantin. Gimanapun juga dia pernah begitu dekat dengan gue, Rosaline sembunyi - sembunyi memperhatikan Grey yang sedang sibuk memesan mie bakso dan Cappucinno dingin dengan Ibu Kantin. Kok rasanya sulit gue ngebenci dia walau dia udah bertindak seenaknya terhadap Danni...Dan perasaannya itu...Duh..
Grey tersenyum lebar saat duduk di kursi yang berhadapan dengan Rosaline di meja kantin. Pemuda itu membawa sendiri dua gelas Cappucino dinginnya, dan menghidang satu untuk Rosaline, sembari menunggu Ibu Kantin menyiapkan mie bakso untuk mereka.
"Untuk My Princess, Cappucinno spesial," katanya. "Sebagai permintaan maaf dari gue karena udah ngebuat lo marah kemaren,"
"Lo kenapa sih sebenarnya, Grey?"
"Pardon me?" Grey mengangkat alisnya, mendengar pertanyaan Rosaline. "Kenapa gimana?"
"Gue tau lo gak baik - baik aja, Grey. Dan gue yakin penyebabnya bukan karena gue marah,"
"Ha?"
"Apa maksud lo dengan 'Ha'? Lo harus jelasin ke gue, Grey, "
Grey hanya mengusap rambutnya berulang kali, tak jelas, seperti bingung hendak bersikap bagaimana.
"Yeah, kayaknya gue baik - baik aja deh, perasaan," katanya kemudian, Rosaline mengeluh mendengarnya.
"Apa yang lo lakuin kemaren itu gak bisa dibilang baik - baik aja, tauk!"
"Yang gue lakuin kemaren?"
Rosaline heran memandang Grey yang seolah tak ingat apa yang sudah dilakukannya di atas rooftop.
"Lo nyaris bunuh diri, Grey! Di rooftop sekolah!"
"Gu - gue?"
"Kenapa sih lo? Kok lo kayak gak ingat?"
Bukannya tidak ingat, Grey sebetulnya sangat gelisah ditodong pertanyaan seperti itu oleh Rosaline. Dia tidak ingin menjawabnya, hingga mata hazelnya tak berani menentang mata Rosaline, berharap lepas dari todongan pertanyaan itu. Dipermainkannya gelas Cappucino di depannya dengan kening berkerut.
"I don't know..," katanya.
"Gak tau gimana? Jangan bohong, Grey!" Rosaline tak sabar melihat Grey tidak fokus padanya, Cappucinno pemuda itu bahkan nyaris tumpah jika Rosaline tidak menahan. "Lo lagi ada masalah apa?"
"Gak ada kok,"
"Gue sangat khawatir, tauk, waktu liat lo berdiri di atas rooftop sekolah itu,"
"Are you worried about me?"
"Tentu Grey, lo bestie gue sejak kecil," Rosaline memandang Grey gusar. "Gimana pun juga gue care ama lo,"
"Oh, kirain udah gak care..,"
"Grey, plis?"
Grey malah tiba - tiba tertawa.
"Eh you know what? Lo udah kayak Papa gue aja, ngintrogasi gue," komentarnya, tapi sejurus kemudian pemuda itu segera bungkam karena melihat Rosaline mendelik. Jelas Grey sedang berusaha mengalihkan percakapan.
"Grey, jangan bercanda! Gue serius!"
"Oh oke, lo serius, I know," Grey buru - buru mengangkat tangannya karena melihat raut merengut Rosaline.
"So?"
"Ehm, anu, gue..,"
"Ya, lo kenapa?" Rosaline melipat tangannya, dengan sikap menunggu, membuat Grey semakin gelisah, raut wajahnya sangat tersiksa. "Dulu lo selalu terbuka dengan gue, Grey,"
Mata hazel Grey menatap Rosaline, pemuda itu menghela napas.
"Yeah...Actually I don't know, Ros. At that time, I just didn't like knowing you mad at me," dengan enggan, Grey akhirnya bicara juga. "And just when I was in great despair, I suddenly heard the annoying voices...,"
Rosaline mengeluh.
"Grey! Lo ngeles..,"
"What?"
"Udah tau nilai bahasa Inggris gue nol koma nol...,"
"Ha?!"
Sesaat Grey tampak tercengang mendengar kata - kata Rosaline, tapi kemudian pemuda itu tertawa datar
"Sorry lupa,"
"Plis Grey, gue tau lo mungkin gak mau cerita, gue bukannya kepo, ingin tau urusan lo, tapi itu semua karena gue sangat peduli dengan lo,"
"Thanks udah peduli dengan gue, Ros," mata hazel Grey menatap Rosaline. "But you don't need to worry me, sungguh! Gue cuman sakit kepala, kayak diganggu suara - suara gitu, jadi kacau,"
"Suara - suara?" Rosaline tak mengerti. "Gimana?"
Grey memaksakan senyumnya.
"Udahlah, diceritain juga lo gak ngerti, lupain deh, Princess gak usah repot mikirin, ntar malah jadi pusing," kata pemuda itu. "Tuh mie baksonya udah datang, mending kita makan yuk? Gue udah laper nih,"
"Ta - tapi..,"
Rosaline terpaksa menahan seribu pertanyaan yang muncul memenuhi otaknya, karena Ibu Kantin datang, menghidangkan mie bakso pesanan mereka.
Apa sih yang disembunyiin Grey? Kok kayak tertutup banget? Rosaline mengerutkan kening, penasaran, diam - diam memperhatikan Grey yang sedang menyantap mie bakso. Digangguin suara - suara apa sih?
Rasa penasaran pada Grey sahabatnya membuat Rosaline jadi terusik untuk memantau setiap gerak - gerik Grey, atau setidaknya yang berkaitan dengan Grey.
Dan saat pulang sekolah, rasa penasaran itu semakin bertambah, karena Rosaline yang sedang menemani Tika ke Apotik yang ada di dekat sekolah, membeli obat untuk ibunya, hampir bertabrakan dengan salah satu Bodyguard Grey yang ternyata juga sedang berada di Apotik itu. Menebus resep obat untuk Grey katanya saat Rosaline bertanya. Tapi ketika pertanyaan Rosaline mulai menyinggung soal Grey sakit apa, Bodyguard itu hanya menggeleng.
"Maaf, saya dilarang memberi tau," katanya.
Rosaline hanya bisa mengerenyitkan wajah saat melirik kantung plastik transparan berisi obat yang ada di tangan Bodyguard itu. Sekilas terbaca oleh Rosaline, 'Seroquel, Depakote dan sederet nama asing lain, pada bungkusnya. Obat apa itu? Kok namanya tidak familer? Ya Tuhan, Grey sakit apa? Apakah karena itu wajah Grey kadang terlihat pucat? Tapi kenapa dirahasiakan? Duh, semoga bukan penyakit yang....Pikiran Rosaline langsung su'udzon, sambil mengawasi Bodyguard Grey yang buru - buru keluar Apotik. Mobil Mercedes Benz S - 600 Pullman tampak terparkir di depan Apotik, jelas Grey ada di dalam mobil mewah itu, tapi tidak mau keluar.
Rosaline tak dapat menahan rasa penasarannya. Okey, dirahasiakan ya? Baiklah, gue akan cari tau, batinnya sambil mengambil handphone, mencoba searching nama obat yang berbunyi Seroquel dan Depakote, paling tidak yang mirip tulisannya dengan itu, karena Rosaline hanya membaca sekilas.
Seroquel adalah obat yang mengandung zat aktif quetiapine fumarate. Obat ini digunakan untuk membantu menangani gangguan mental, seperti skizofrenia dan episode manik serta episode depresif mayor pada gangguan bipolar.
Depakote merupakan antiepilepsi yang mengandung Divalproex Sodium. Depakote digunakan untuk terapi episode manik akut atau campuran yang berhubungan dengan gangguan bipolar, kejang parsial kompleks, petit mal atau absence seizures, dan profilaksis migraine.
Dalam penggunaan obat - obat ni harus SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.( Sumber : Halodoc.com )
Mata Rosaline sampai terbelalak membacanya, raut wajahnya sedikit memucat, Skizofrenia? Bipolar? Kenapa dua penyakit mental itu yang sering muncul pada keterangan tentang obat - obat Grey? Gadis itu tiba - tiba bergidik, mendekap mulutnya, ja - jadi apakah itu berarti ada 2 kemungkinan, Grey menderita Skizofrenia...Atau Bipolar....
Oh gak deh, Gue pasti udah salah baca nama obat tadi, gak mungkin soalnya, batin Rosaline gundah, nyaris saja menjatuhkan handphone - nya saat Tika yang sudah selesai menebus obat ibunya, menggamit bahu Rosaline.
"Heh kenapa lo? Kok kayak kaget gitu? Apa dah kecantol ama om - om gagah yang hampir lo tabrak tadi?"
"Dudul lo, itu Bodyguard Grey, tauk!"
"Bodyguard Grey? Trus Grey - nya mana?"
Rosaline hanya mengangkat bahu, malas menjawab, walau dia tau Grey pasti ada di mobil, tapi entah kenapa tidak mau turun menyapa mereka, padahal tak mungkin Grey tidak melihat mereka masuk apotik. Rosaline begitu risau memikirkan sahabatnya itu.