Contents
Hujan di Belanga (TAMAT)
2. Who Is The Beautiful Girl?
Jettro selalu naik angkot ke sekolah jika malamnya menginap di rumah pamannya, di sanggar seni Belanga itu. Tetapi, jika menginap di rumahnya sendiri nun jauh di sana, terpaksa dia harus naik mobil atau motor ke sekolah, karena kompleks perumahannya jauh dari mana-mana, tidak ada angkutan umum, ojek atau sejenisnya. Seperti pagi ini. Jettro berangkat dari rumahnya dan karena tadi pagi hujan, dia terpaksa membawa mobil.
Jettro parkir di lapangan yang khusus disediakan pihak sekolah untuk murid-murid yang membawa mobil atau motor. Lapangan yang tidak begitu luas. Hanya memanfaatkan ladang kosong yang rencananya akan dibuat gedung lagi oleh yayasan sekolah ditahun-tahun mendatang.
Dia melirik jam. Pukul 06.30. Setengah jam lagi bel masuk bunyi. Jettro menyandarkan kepala, enggan keluar cepat-cepat dari dalam mobil. Di luar, udaranya dingin sekali akibat hujan yang turun deras semalaman. Lagipula, matanya masih berat karena mengantuk. Tadi malam, banyak hal yang harus dia kerjakan di sanggar dan pulang sampai larut.
Paman menyuruhnya menginap. Bisa saja sih dia menginap di sanggar yang jaraknya relatif dekat ke sekolah, seperti biasa. Tapi, di sana sedang ramai oleh teman-teman paman yang diskusi panjang sampai pagi. Jettro tidak suka suasana itu. Dia lebih senang suasana rumahnya sendiri meskipun sunyi.
Kesunyian adalah teman sejak kecil dan aku tidak bisa meninggalkannya.
Dari kaca spion tengah, Jett melihat mobil Honda Jazz berwarna hitam masuk area parkir. Matanya mengikuti arah mobil hingga berhenti. Tidak lama, pemiliknya keluar. Jettro tidak pernah tahu cewek yang baru keluar dari mobil mungil itu dan rasa-rasanya, baru kali inilah Jett melihatnya. Apa dia anak baru? Wajahnya cantik sekali, agak-agak blasteran dan mirip aktris Pevita Pearce.
Jettro terus memperhatikannya. Penampilannya juga menakjubkan. Sebagai cowok normal, tentu dia suka melihat cewek cantik seperti itu. Siapa, dia? Si cewek tidak sadar ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya. Dia santai membuka pintu belakang dan mengambil sesuatu disana, sebelum menutupnya lagi dan membunyikan central lock. Tubuh langsingnya melenggang masuk ke pintu gerbang samping sekolah. Cepat-cepat Jett keluar dari mobil dan memutuskan untuk mengikutinya dari belakang. Dia sangat penasaran.
Cewek itu tampak percaya diri luar biasa. Tubuhnya yang tinggi langsing melenggak-lenggok bak seorang model profesional. Apa jangan-jangan dia memang model? Atau pemain sinetron? Jettro senyum sendiri, kalau benar, kemana aja aku selama ini sampai-sampai tidak tahu kalau di sekolah ada artis, pikir Jett.
“Ayo, To, deketin dia tuh”
“Iya, To. Mumpung gak lagi sama herder-herdernya. Hahaha”
Di depan kelas IPS, Jett melihat gerombolan anak sedang mendorong-dorong cowok bertampang culun memakai kacamata. Mereka bersiul-siul meledek si cowok culun.
“Vira, ada salam dari Anto. Katanya I Love You..” teriak salah seorang anak disambut gelak tawa yang lain, sahut menyahut.
Wajah cowok culun yang bernama Anto itu memerah, tapi berseri-seri. Dia juga ikut tertawa-tawa. Kelihatan jika dia senang digoda seperti itu.
“Vira, malam minggu nanti kita kencan yuk..” kata yang lain “Anto yang ngajak, bukan gue...”
Tawa mereka makin berderai-derai, memeriahkan suasana pagi di sekolah. Vira akhirnya bereaksi setelah dari tadi diam saja. Tanpa menoleh pada gerombolan itu, dia berteriak,
“Sorry ya, kalian semua tuh gak level sama gue!” katanya dengan gerakan yang angkuh sekali.
Semua anak laki-laki disitu bersorak sorai.
“Nah lo, To. Elo ditolak!”
“Bukan gue aja, Tolol. Lo gak dengar dia bilang KALIAN. Berarti lo semua ditolak” tukas Anto tidak mau kalah.
“Fitnes dulu To. Biar badan lo gak kerempeng, baru kencan sama dia. Haha”
“Kucing Persia, mana mau ama ikan asin” tukas cowok salah satu pemain basket sekolah.
“Halaah, Vira, kayak kita gak tahu aja. Lo kan bisaan diajak siapa-siapa. Masa sama kita nolak sih” kata salah satu dari mereka yang punya style rambut mirip personil The Beatles, potong batok. Kembali gerombolan itu tertawa-tawa.
“Sok beken lo Vir!”
“Kalo emang merasa beken, terima dong tawaran kita masuk Radio Persada!” teriak si rambut batok lagi.
Mendengar nama Radio Persada disebut, Vira menoleh sengit disertai acungan jari tengahnya ke arah cowok-cowok iseng itu. Melihat tanda f*** diacungkan ke arah mereka, tawa makin meriah, menambah keriuhan di sepanjang koridor kelas tiga IPS.
Vira jengkel setengah mati. Seumur hidup, tidak akan dia ikut terlibat dengan radio sekolah yang kampungan itu. Terlebih, Vira tidak sudi bekerja sama dengan anak dekil berpotongan rambut super duper norak itu!
Tanpa sadar Jettro ingin ketawa melihat kejadian tadi sambil terus melangkah menuju kelasnya. Dia sendiri tidak sepenuhnya sadar, apa maksudnya mengikuti cewek itu. Hanya penasaran saja. Tampaknya, dia sudah cukup puas dengan mengetahui namanya; VIRA dan sepertinya, Vira bukan seorang model atau artis sinetron. Setidaknya, itulah yang bisa Jettro simpulkan melihat kejadian tadi.
Di kelas, tak kalah riuhnya. Seperti biasa, meski bel sudah berbunyi, anak-anak di kelasnya masih banyak yang bercanda. Mereka tidak akan bisa tenang, sebelum guru bidang studi datang. Beberapa malah sibuk mencari contekan PR kesana kemari dan berusaha membuatnya cepat-cepat. Pemandangan khas dipagi hari.
Jettro masuk ke kelas tanpa ada yang menyadari kehadirannya. Baginya, itu sudah biasa. Sejak naik ke kelas dua dan menjadi penghuni kelas dua IPA tiga ini, Jettro memang tidak pernah diperhatikan dan diapun tidak berusaha mencari perhatian. Sampai pada suatu kejadian di pagi hari ini yang akan mengubah seluruhnya.
Ya, di sinilah awal kisahnya bermula....
*
“Haaallo, Jett!! Apa kabar?? Gimana perpustakaannya? Ramai gak??” tanya seseorang mencecarnya, bahkan ketika Jett belum sampai ke tempat duduknya. Sambil bertanya begitu, dia berlari-lari kecil mengikuti langkah Jett sampai ke pojok belakang.
Sejenak, semua melihat ke Jettro dan Lizkia. Kelas benar-benar menjadi hening. Lizkia, cewek paling pintar dan super ramah di kelas, tiba-tiba menyapa seorang Jettro Hendra yang notabene bukan siapa-siapa di kelas. Mungkin ini agak mengherankan bagi sebagian teman-teman di kelas ini. Karenanya, mereka mendadak diam sebentar.
Lizkia mendekati Jett sementara yang didekati hanya bisa tersenyum kecil karena hanya itu yang bisa dia lakukan. Terus terang, Jett sangat kikuk. Baru pertama kali inilah dia dihampiri oleh sang juara kelas.
Kemudian, Lizkia duduk di samping cowok tinggi kurus itu. Kursi di sebelahnya memang kosong. Lizkia memperhatikan Jett yang meletakkan ransel, sambil menunggu jawaban dari Jett atas pertanyaannya tadi.
Jettro melirik Christian yang nampaknya tidak terlalu peduli teman cewek terdekatnya mengampiri bahkan sampai duduk di sampingnya seperti ini. Sementara, teman-teman lain sepertinya sudah bisa menguasai keadaan dan kelas kembali ribut seperti tadi.
“Kamu nunggu jawabanku ya?” Jettro melempar senyum. “Kabarku baik. Kamu?”
“Baik juga...” Lizkia balas tersenyum.
“Perpustakaan seperti biasa aja; Gak ramai, gak sepi. Standar”
“Ooh, begitu...” Lizkia memperhatikan Jettro mengeluarkan satu persatu buku dan tugas-tugas yang akan dikumpulkan nanti.
“Ohya, aku pinjam buku kemarin itu sebetulnya bukan buat aku, tapi buat Christian” Liz menjelaskan tanpa ditanya.
“Ooh,” sahut Jett “Dia suka bacaan sastra?”
Lizkia mengangguk, “Suka banget!”
“Dan tampaknya dia lagi asyik baca buku itu, sampai-sampai gak peduli kamu duduk di sini, dekat aku”
Liz senyum kecil. Dia tahu arah pembicaraan Jettro. Cowok itu pasti mengira kalau Christian adalah pacarnya, sama seperti dugaan sebagian besar murid-murid Persada II.
“Jangan bilang dia gak peduli. Justru dia itu peduli banget sama aku, makanya dia gak pernah mempersoalkan aku harus berteman sama siapa aja selain dia” jawab Liz membuat alis Jettro menaut.
“Maksudnya apa?”
“Udahlah, gak perlu dibahas, nanti kamu juga ngerti sendiri” Lizkia menggeser duduknya lebih dekat dengan Jettro “Ohya, tiap hari apa aja kamu kerja di sana?”
“Tiap hari, sepulang sekolah sampai malam jam tujuh, kadang jam delapan malam”
“Oooh, gitu ya” Lizkia manggut-manggut. Pantas saja Jettro jarang terlihat di sekolah, jarang ikut eskul-eskul, jarang bergaul. Ternyata sepulang sekolah dia bekerja, batin Liz.
Lizkia tersenyum menyadari jika Jettro bisa juga diajak ngobrol, tidak seperti dugaannya selama ini. Beberapa teman melirik keberduaan mereka yang tidak biasa. Jettro jengah sekali dilihat seperti itu. Dalam hati dia berdoa semoga Bu Julia guru Fisika segera masuk kelas supaya Lizkia kembali ke tempat duduknya.
“Oke, deh. Lain kali kita ngobrol lagi ya, Jett” kata Lizkia sambil menepuk pundaknya. Jettro melambaikan tangan dan bernapas lega. Dia meraba sebatang coklat di dalam tasnya. Coklat bermerek ‘Duenna Castle’ yang sedianya akan dia ‘hadiahkan’ pada Lizkia tadi tapi tidak jadi. Jettro terlalu malu. Dia tidak siap jika cewek itu menolak pemberiannya. Dia belum tahu selera Lizkia, jangan-jangan tidak suka coklat.
Kemudian, guru Fisika mereka masuk. Sekarang, Jett harus siap-siap konsentrasi pada pelajaran yang tidak begitu dia suka. Sesekali dia melirik ke arah Lizkia yang duduk jauh di depan sana dan memperhatikan bagaimana cewek itu dengan jeniusnya menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Jettro menarik napas meringankan dadanya yang terus saja berdegup kencang.
Untung saja aku duduk sendirian di belakang sini jadi gak akan ada yang dengar degup jantungku.
*
Jam istirahat tiba dan seperti biasa, saatnya Jett pergi ke jejeran warung rokok kaki lima di samping sekolah. Di sana, dia bisa bebas ngobrol dengan sesama pelajar yang juga biasa merokok sambil ngumpet, takut ketahuan guru. Tapi sebelum itu, ada hal yang mengharuskannya pergi ke kantin sekolah dulu. Kemarin, dia lupa membayar mie ayam pada ibu kantin. Jadi, dia belok dulu ke kantin untuk membayar, baru pergi ke warung kaki lima.
Dalam keadaan buru-buru itulah, secara tidak sengaja, Jett menabrak Vira yang mau keluar dari kantin bersama teman-teman genknya. Dompet yang dipegang Vira jatuh. Teman-teman satu genk Vira yang rata-rata cantik dan modis terdiam melihat kejadian itu.
Mereka sudah hapal skenario seperti ini. Biasanya, Vira akan marah-marah dan cowok yang menyenggolnya akan menyembah-nyembah minta maaf padanya. Tapi kali ini Vira diam saja sambil menatap Jettro. Teman-teman Vira, menunggu reaksi dari keduanya. Jettro langsung membungkuk, mengambil dompet warna pink itu, kemudian menyerahkannya pada Vira.
“Sorry ya, gak sengaja” ujar Jettro singkat saja dan tidak berlebihan. Dia merasa tidak terlalu salah menabrak Vira. Mereka bercanda terlalu heboh, sehingga tidak melihat ada orang yang juga ingin masuk ke kantin.
Vira mengangguk sambil menerima dompet dari tangan Jettro. Sekilas ditatapnya cowok itu dan Jett hanya memberi Vira senyuman kecil, sebelum melanjutkan langkah masuk ke kantin. Teman-teman Vira mendadak heboh.
“Vir, kok tumben kamu gak marah?” tanya Widya.
“Siapa sih dia? Sok cool banget deh!” seru Tessa.
“Gak sopan! Sok nabrak-nabrak segala. Bilang aja kalau mau kenalan ama kamu, Vir” tukas Cella, cewek paling judes di kelompok Vira.
“Tapi, pada nyadar gak? Dia cakep, kayak member Boyband Korea!” Olly cewek paling centil. “Huuuuu” teriak yang lain keki.
“Ih beneran, tau! Kalau diperhatiin benar-benar, dia itu kece!”
Vira masih terpaku di tempatnya. Rupanya, dia masih terpesona bukan karena tampang Jettro yang dibilang Olly tadi ; Mirip member Boyband Korea. Cowok cakep, keren, ganteng dan modis di sekolah ini banyak bertebaran dan tampang seperti Jettro itu tidak ada apa-apanya. Hanya, Vira terkesan dengan gaya Jettro yang kalem dan gak sok kecentilan di depannya. Sangat berbeda dengan cowok-cowok lain di sekolah ini, yang berebut perhatiannya.
Tanpa sadar, Vira senyum sendiri. Teman-teman genknya saling pandang dan merasa heran pada sikap Vira kali ini yang tumben-tumbenan bersikap baik sama cowok.
Sementara di dalam kantin, Jettro sama sekali tidak tahu jika dirinya sedang jadi bahan pembicaraan Vira and the genk. Dia meneruskan niatnya membayar hutang mie ayam dan meminta maaf pada ibu kantin. Kemudian, dengan santai dia melangkah keluar lagi bermaksud pergi ke warung kaki lima. Dia tidak suka di kantin lama-lama karena tidak boleh merokok.
Vira dan teman-temannya yang masih berdiri di depan pintu kantin hanya bengong memperhatikan Jettro yang tanpa basa-basi lagi lewat di depan hidung mereka. Setelah Jettro berlalu, mereka kembali bisik-bisik. Hanya Vira yang diam saja sambil mengikuti langkah Jett dengan matanya, sampai cowok itu menghilang dari pandangan. Jantungnya berdegup dan berdesir pelan.
“Kalian ada yang tahu, gak, siapa dia?” tanya Vira mendesis.
Memang tidak banyak yang kenal Jettro di sekolah ini. Jettropun tidak mau ambil pusing orang mengenalnya atau tidak. Dia tidak suka orang lain mengetahui siapa dan seperti apa kehidupannya.
Setidaknya, sampai hari ini. Sebelum akhirnya semuanya berubah sejak Lizkia dan Christian datang ke perpustakaan khusus buku sastra, yang masih satu area dengan sanggar seni Belanga milik pamannya, sore itu....
***