Contents
Nomaden (Ikatan Cinta FF 3.0)
IC FF 43. Bagaimana Jika Keluarga Terpisah?
IC FF 43. Bagaimana Jika Keluarga Terpisah?
“Beluang!” seru girang Askara yang belum teteh mengucap R.
“Pa … ada beruang ….” Reyna menengok ke atas ke wajah Aldebaran dan Andin bergantian. Reyna senang ada beruang, tetapi ia juga sadar itu berbahaya.
“Bagaimana ini, Mas?” Andin menatap Aldebaran. Aldebaran menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Kita harus minta tolong Ibu Hasanah!” ujar Andin yang kemudian hendak melangkah pergi menemui Hasanah. Namun, Al segera menahan pergerakan tangannya sehingga Andin tidak jadi melangkah dan menoleh menatap Al penuh tanya.
“Jangan! Jangan, itu beruang! kalau sampai ada yang tahu, bisa-bisa kita dituduh menculik beruang. Kita bisa terkena masalah hukum.”
“Oh, begitu, ya, Mas? Lalu kita minta tolong siapa?”
“Ya jangan sampai ada yang tahu. Kita harus rahasiakan jika ada beruang di rumah kita. Aku khawatir kalau kita dapat masalah hukum, kita akan terpisah.”
“Tidak mau, jangan sampai Papa ditahan!” rengek Reyna ketakutan.
“Kalau begitu harus kita rahasiakan, Mas. Lalu kalau tidak minta tolong siapa pun, kita bagaimana, Mas?”
“Ya … kita harus atasi sendiri,” jawab Aldebaran karena menurutnya hanya itu pilihannya.
“Bagaimana caranya?” tanya Andin bingung.
“Em … aku juga tidak tahu.” Al pun bingung.
“Apakah bisa kita anggap seperti sedang pelihara kucing, Pa?” tanya Reyna.
“Ah, iya, kita anggap saja begitu!” Al berbinar, pertanyaan Reyna adalah solusinya.
“Apa tidak berbahaya, Mas?” Andin khawatir.
“Mungkin kita berikan saja dia makanan,” usul Al karena binatang mungkin akan tahu berterima kasih sehingga tidak membahayakan yang memberi makan.
“Kalau begitu berikan makanan yang sebanyak-banyaknya, Mas. Biar dia kenyang sampai kekenyangan. Kalau dia kekenyangan, dia akan mengantuk dan akhirnya tertidur. Dengan begitu, kita bisa tenang,” saran Andin.
“Iya, kamu benar, tapi apa makanannya? Ada yang tahu?” Al menatap ke Andin dan Reyna penuh tanya. Ibu dan anak sama-sama geleng.
“Kita lihat di internet saja, Mas.” Al mengeluarkan ponsel pintarnya, langsung mengecek informasi mengenai beruang di internet. Akhirnya, Aldebaran Alfahri sekeluarga bisa tinggal di rumah itu bersama dengan beruang.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
“Mas, jangan terpikat loh kalau ada perempuan cantik!” Al hanya senyum-senyum. “Beneran loh, Mas! Awas, kalau tertarik!” tegas Andin begitu menuntut.
“Iya iya, Sayang Andini Karisma Putri! Memang siapa sih yang bisa menggantikan kamu?” Meskipun khawatir ada perempuan lain, Andin melepas kepergian suaminya dengan senyuman.
Malam harinya, Aldebaran diajak oleh Imran suami Hasanah menghadiri acara pertemuan para pebisnis. Andin dan anak-anak tidak turut serta diajak oleh Imran. Andin dan anak-anak dijamu oleh Hasanah di dalam rumah.
“Reyna, Askara, ayo kalian makan yang banyak! Ini saya masak kue-kue yang banyak khusus buat kalian berdua!” ujar Hasanah sangat antusias karena begitu gembira mendapatkan tamu satu keluarga dari Indonesia.
“Terima kasih,” ucap Andin dengan tersenyum lebar.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Di pertemuan bisnis, Al dikenalkan oleh Imran ke beberapa pebisnis yang bekerja sama dengan Imran. Di antaranya ada perempuan pebisnis yang begitu cantik dan penampilannya tidak kalah dari model atau artis papan atas. Perempuan itu cukup tertarik dengan Al.
“Dia keren, bolehlah dia jadi jodoh saya, Pak Imran,” bisik perempuan itu menggunakan bahasa Inggris agar tidak banyak yang mengerti semisal ada yang mendengar bisikannya ke Imran.
“Wah, jangan, dia sudah punya istri, Sasa!”
“Sudah punya istri? Em … tidak apalah. Lagian cantik mana saya sama istrinya? Saya ini sudah cantik, pebisnis. Apalah istrinya dibandingkan dengan saya? Paling dia hanya ibu rumah tangga. Iya kan? Lagian pria bolehkan punya lebih dari satu wanita? Saya jadi yang kedua tidak apa-apalah yang penting sama dia. Pokoknya dekatkanlah saya sama Pak Aldebaran itu, Pak Imran. Nanti saya akan banyak-banyak bisnis sama Pak Imran.”
“Ya silakan, kalau Sasa mau begitu. Kalau mau dekat ya sana, ajak bicara orangnya. Kenalan lebih jauh. Tanyakan hal-hal pribadi misalnya makanan kesukaan atau hobinya atau apa. Bukan sekedar kenal nama.”
“Oke, saya hampiri dia dulu, Pak Imran.”
Sementara itu, Aldebaran sedang duduk meminum jus jeruk sembari memikirkan beruang. “Beruangnya punya keluarga tidak ya? Kalau dia punya keluarga, apa tidak dicari keluarganya? Ya Allah, bagaimana kalau dicari keluarganya? Dia jantan atau betina ya? Kalau dia betina, terus punya anak, dan anaknya masih menyusu, bagaimana? Apa tidak mati nanti anaknya?”
“Hai! Siapa namanya tadi? Pak Aldebaran ya?”
“Iya.”
“Senang bisa berkenalan dengan Anda. Em … Anda ada bisnis apa?”
“Macam-macam, salah satunya gaun.”
“Bolehlah kapan-kapan kita join bisnis. Em … jauh-jauh ke negeri ini apa untuk berbisnis dengan Pak Imran?”
“Tidak. Hanya jalan-jalan.”
“Oh …. Em … menginap di hotel mana?”
“Tidak tinggal di hotel.”
“Terus kalau tidak di hotel di mana dong?”
“Di halaman rumah Pak Imran.”
“Oh, menginap di rumah Pak Imran.”
“Hanya di halamannya saja. Em … permisi saya harus pulang dulu. Tolong sampaikan ke Pak Imran saya duluan!” Aldebaran yang sedang bingung beruang segera pergi.
“Eih! Yah, baru juga ngobrol udah pergi! Bagaimana mau pendekatan? Ah, dia katanya kan menginap di rumah Pak Imran. Aku ke sana aja ah!”
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Aldebaran datang-datang langsung mencari Andin dan anak-anaknya. Ia menemukan mereka tampak baru ke luar dari dalam rumah Hasanah. Hasanah cukup heran, Al kembali, tetapi ia tidak melihat ada suaminya.
“Loh, mana suami saya?”
“Acaranya belum selesai. Saya pulang duluan.”
“Oh …. Tidak betah ya?”
“Betah, tetapi ada yang perlu diurus. Untuk itu saya pamit sekeluarga mau pergi sekarang juga kembali ke Kalimantan.”
“Maksudnya, Mas?” Andin mengernyitkan dahinya.
“Kita harus kembali ke Kalimantan, Andin.”
“Kenapa?” Al diam tidak bisa menjelaskan karena ada Hasanah, nanti malah jadi masalah kalau ketahuan ada beruang. Andin dan Reyna mengerti pasti masalah beruang.
“Ya udah, Bu Hasanah, terima kasih. Kami sepertinya memang harus kembali ke Kalimantan karena bantal-bantal kami tertinggal,” alasan Andin karena hal itu yang ia ingat.
“Bantal? Kalau bantal bisa beli lagi atau saya kasih saja, saya ada banyak sekali bantal.”
“E … bukan itu sih. Ada hal yang lain.” Andin nyengir. “Mohon maaf, kami harus pamit, Bu Hasanah.”
“Iya, sudah hati-hati di jalan. Kalau balik ke negeri ini, tinggal lagi di sini ya?”
“Insya Allah,” ujar Andin. Al merasa keberatan untuk tinggal lagi di rumah Hasanah mengingat tadi di pesta ada teman Imran yang sepertinya mendekati dirinya. Hanya saja ia tadi sedang bingung beruang sehingga tidak memperhatikan jelas gerak-gerik perempuan itu. Namun, ia yakin perempuan itu sedang mengincar dirinya.
“Assalamualaikum.” Al cepat-cepat mengucapkan salam karena mengingat perempuan tadi membuatnya semakin ingin cepat-cepat pergi. Ia tidak mau sampai Andin terluka oleh perempuan itu.
“Waalaikumsalam,” sambut Hasanah dengan tersenyum ramah atas kepergian Aldebaran sekeluarga.
Aldebaran sekeluarga segera menata tiny house mereka ke mobil dan memasukkan pernak-pernik yang dipasang di luar rumah ke bak mobil. Saat mereka telah melaju pergi, Imran dan Sasa datang.
“Loh, tiny house mau ke mana?” tanya Imran ke Hasanah.
“Kembali ke Kalimantan.”
“Pak Aldebaran sekeluarga kembali ke Kalimantan?” tanya Imran memastikan.
“Iya, tadi pamit begitu.”
“Sudah pergi Pak Aldebaran, Sasa.”
“Maksudnya rumah berjalan tadi ada Pak Aldebaran dan Pak Aldebaran sudah pergi?”
“Iya, Sasa.”
“Yah ….” Sasa manyun kehilangan Aldebaran.
“Siapa dia?” tanya Hasanah dengan menatap curiga dan tidak suka dengan Sasa.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
“Mas, kalau mau mengembalikan beruangnya ke Kalimantan kenapa tidak pagi-pagi saja?”
“Kamu tahu tidak, beruang yang bersama kita ini, jantan atau betina?”
“Aku tidak tahulah, Mas.”
“Bagaimana kalau betina? Bagaimana kalau ada anak-anaknya yang masih kecil?”
“Kasihan, Pa!” celetuk Reyna.
“Iya, Mas, kasihan. Kita beberapa kali sering terpisah. Rasanya aku mau mati saja saat itu terjadi.”
“Dunia terasa runtuh,” ujar Al yang merasakan masa-masa itu.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
Sepanjang perjalanan mereka hanya istirahat sejenak-sejenak tidak sampai menginap agar cepat sampai. Akhirnya, siang hari menjelang sore mereka sampai kembali di hutan di mana mereka sebelumnya menetap sesaat. Mereka membangunkan beruang dengan menggoyangkan badan beruang dan membuat gaduh seberisik mungkin. Beruang yang terbangun dengan masih sangat mengantuk mereka pancing turun dengan makanan. Kemudian, belum beruang itu turun, muncul beruang lain. Dua ekor beruang anak-anak dan seekor beruang dewasa. Mereka menghampiri Al sekeluarga. Al segera mengarahkan makanan ke beruang-beruang yang muncul untuk melindungi keluarganya. Kemudian, mendengar suara keluarganya, beruang yang ada di dalam rumah ke luar dan berkumpul dengan keluarganya. Beruang-beruang memakan makanan yang diberikan oleh Al. Al, Andin, dan Reyna saling pandang tersenyum lega.
“Yeah yeah yeah!” Askara melonjak-lonjak girang.
“Yuk, kita pergi dari sini! Kita parkir dulu yang agak jauhan dari beruang. Hari sudah mulai kembali malam. Kita tidur, baru besok pagi kita pindah lagi,” ajak Aldebaran.
“Akan aku berikan dulu makanan yang banyak buat beruang-beruangnya,” ujar Andin lalu lekas mengambilkan makanan di dalam rumah. Setelah itu, Aldebaran sekeluarga lekas pergi.
✨✨✨✨❤️✨✨✨✨
“Ngomong-ngomong, enaknya kita ke luar negerinya ke mana nih?” tanya Aldebaran sembari menyetir mobil.
“Ke mana ya, Mas?” Andin bingung.
“Mau ke mana, Reyna?” Reyna pun masih berpikir.
“Aksara, ingin ke negara mana, Sayang?” Askara belum mengerti sehingga hanya menatap datar ke arah Al yang sedang duduk membelakanginya.
“Pa, bagaimana kalau kita umrah saja? Sepanjang perjalanan kan juga kita akan melewati negara-negara, Pa.”
“Wah, ide bagus itu! Bagaimana, Ndin, kamu setuju?”
“Reyna memang pintar. Aku setuju, Mas.”
“Oke, kita berhenti dulu di sini, istirahat dulu, baru besok kita mulai perjalanan panjang kita menuju ke tanah suci, melintasi negara-negara.”
“Jangan lupa, besok pagi online, sekolah, ada tugas, Reyna!” tegas Andin mengingatkan.
“Cepek, besok subuh ya Reyna kerjakan?”
“Iya, besok subuh saja, Sayang,” kata Al mendukung Reyna.
“Meskipun sekolahnya online, jangan sampai malas sekolah! Kalau nomaden bikin malas sekolah, pulang!” tegas Andin.
“Bumil Cantik, jangan terlalu keras begitu!” larang Al.
“Harus, Mas, karena dunia lebih keras berlipat-lipat!”
“Iya iya, Ma. Reyna akan tetap rajin belajar.”
Hari sudah mulai malam lagi saat mereka menjauh dari hutan tadi. Mereka perlu berhenti lama untuk menyegarkan badan sebelum lanjut berpindah-pindah. Setelah ini, mereka akan melintasi negara-negara yang ke arah tanah suci. Tinggal menetap sesaat-sesaat di negeri-negeri itu.
Bersambung
Terima kasih
✨❤️❤️❤️✨
DelBlushOn Del BlushOn Del Blush On delblushon #delblushon :)