Try new experience
with our app

INSTALL

PARIS RAPUNZEL (TAMAT) 

6. Majalah mode La Femme

Kemarin Madame Dubois memanggilnya sehubungan dengan surat lamaran magangnya. Katanya ini untuk sesi wawancara. Yeah, wawancara, membuat jantung Vania tak hentinya berdebar-debar karena gugup. Dengan hati mantap, dia menuju daerah Place d'Italie, tempat di mana kantor Madame Dubois bertengger megah. Suasana kantor masih sepi ketika Vania tiba. Dia menunggu sambil mematut-matut diri, membenahi blazer. 

Tadi pagi, Tania membantunya memilihkan blazer warna amethys ini dan itu membuat Vania percaya diri. Ya, meski nyata-nyata dirinya adalah calon perancang mode, namun untuk urusan penampilan, dia masih harus dibantu orang lain dalam melihat kepantasan baju yang dipakainya.

"Mademoiselle Van Horrsen,  par ici s'il vous plaît!" kata resepsionis, mempersilahkan Vania mengikutinya, menuju sebuah ruangan di lantai dua. 

"Merci"

"Bon chance!" resepsionis itu segera meninggalkannya setelah mengantar sampai depan pintu. Vania menahan napas dan berdoa sebelum memasuki ruangan itu. Vaniapun melangkah masuk ke dalam. Di sana, telah duduk Madame Dubois dan seorang laki-laki setengah baya yang langsung menyambutnya dengan senyum lebar.

"Bonjour" sapa Vania sebelum duduk di kursi di depan kedua orang penting itu. Ya, orang penting untuk kelanjutan studinya.

"Bonjour Mademoiselle Van Horrsen, ça va?"

"Pas très bien. Je suis nerveusse" Vania tersenyum kecut.

"Jangan terlalu gugup. Santai saja sebab ini hanya wawancara biasa. Semi formal saja." kata laki-laki setengah baya yang tadi dikenalkan Madame Dubois dengan nama Monsieur Thuram. Kemudian Madame Dubois membacakan CVnya di depan Monsieur Thuram dan sesekali bapak tua itu manggut-manggut. 

Vania ingin menunduk tapi dia pernah membaca artikel yang bilang bahwa menunduk ketika diwawancara akan menurunkan kualitas diri. Jadi meski gugup, Vania berusaha menegakkan kepalanya, menatap Monsieur Thuram dan Madame Dubois penuh percaya diri. 

"Cukup berprestasi bukan, Monsieur Thuram?" tanya Madame Dubois.

"Yes, excelent" komentar Pak Thuram "Kami bisa menerimamu di majalah La Femme, menjadi asisten Olivia Descours, redaktur mode kami." lanjutnya. 

Vania bingung.

"Jadi, saya tidak ditempatkan di rumah mode seperti Audrey Deneuve atau Julian Le Noir?"

Madame Dubois dan Monsieur Thuram menggeleng bersamaan. Tidak ada aturannya seorang mahasiswa fashion harus magang di rumah butik, kata mereka. Menjadi asisten redaktur mode di majalahpun bisa. Vania akhirnya mengerti dan menerima keputusan itu. Mungkin kapasitasku hanya sampai situ, bisiknya pelan. Yeah, majalah wanita La Femme juga terkenal. Majalah mode adalah partner erat rumah mode dan fashion itu sendiri. Toh ini hanya magang, hanya salah satu syarat kelulusan dari kampusnya.

"Baiklah Madame et Monsieur , saya terima keputusan ini. Kapan saya bisa mulai magang?" tanya Vania.

"Seperti yang kujanjikan Vania, awal musim nanti kau bisa langsung kerja." tukas Madame Dubois sambil tersenyum.

"La semaine prochaine?"  tanyanya lirih. Kedua orang penting itu mengangguk bersamaan.

**

Di balkon apartemen Jacques, Vania memperhatikan tuan rumah sedang sibuk mengelus-elus badan Cello dan menjelaskan bagian perbagian dari tubuh seksi alat musik itu pada Vania. Meski tidak terlalu mengerti, Vania manggut-manggut saja demi menghormati sang pemilik yang semangat sekali bicara tentang alat musik ini.

Setelah Jacques datang ke apartemen Vania untuk membuat jas, Jacques jadi rutin datang hanya sekedar mengantar makanan makan siang atau membelikan Vania majalah. Kemudian, beberapa minggu setelahnya, mereka mulai keluar untuk minum kopi dan mereka kini sudah sangat dekat. Sejak Vania cerita ke Andita soal Jacques, dia berusaha menerima kehadiran cowok itu. Siapa tahu benar-benar bisa menggantikan Radhika.

"Ohya, Jacques, minggu depan aku mulai magang di majalah La Femme" kata Vania, menceritakan perkembangan dirinya pada cowok itu, sekaligus mengalihkan pembicaraan searah tadi.

"Bagus, dong. Berarti kamu bisa cepat-cepat menyelesaikan kuliahmu." kata Jacques, serius.

"Iya, meskipun menjadi asisten redaktur mode agak sedikit tidak nyambung sama profesiku kelak."

"Oh, begitu?"

"Aku kan perancang mode, kerjaanku menggambar sketsa kemudian menjahitnya. Bukan sekedar mengamati, lalu memilih apa saja yang cocok untuk ditampilkan di majalah. Menurutku ini akan sedikit aneh." kata Vania. Jacques mengangkat bahu.

"Tapi lebih baik dicoba. Ya kan?"

Vania mengangguk setuju.

"Aku mau latihan la chambre musique untuk resital nanti dengan teman-temanku. Mau ikut? Sekalian kita makan malam." tanya Jacques. Vania mengangguk.