Try new experience
with our app

INSTALL

PARIS RAPUNZEL (TAMAT) 

5. Last Kiss

Vania membuka pintu balkon dan melihat langit cerah dengan ribuan gemintang bercahaya. Gemerlap bintang, selalu mengingatkannya pada mata Radhika. Lalu disenderkannya punggung pada sofa di teras balkon, Vania mendesah, Tuhan, kenapa aku belum bisa melupakannya?

Pikirannya dialihkan pada urusan kuliah. Surat lamaran ke kantor Madame Dubois sudah dia kirimkan dan kini adalah masa menunggu. Semua mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliah, wajib magang, kemudian membuat karya sebagai tugas akhir dan setelah itu selesai. 

Vania menarik napas. Selesai kuliah, dia akan pulang ke Indonesia dengan bekal ilmu dan ijasah dari sekolah fashion di Paris. Ayahnya, sudah berjanji akan membuatkan butik untuknya di Bandung dan Vania bisa bebas untuk berkarya. Ah, begitu mudah rencana-rencana masa depannya terancang. Tinggal soal cinta. Ya, hanya soal cinta yang belum terselesaikan. Siapakah pengganti cowok itu dalam hatiku?

Dibukanya laptop dan menyambungkan koneksi internet. Di inboxnya ada email dari Andita. 

Andita, Vania mendesah. 

Perasaan bersalah kembali mendera ketika teringat nama-nama itu lagi. Andita, Raditya, dan Radhika. Matanya terpejam dan tubuhnya tercabut dari apartemen Olivier de Serres dan kembali ke suatu malam di jalan Malioboro, Jogyakarta.

Vania dan Raditya menikmati ayam bakar lesehan di jalan paling terkenal di Jogya. Waktu itu, pertengahan bulan Februari dan Vania ingat itu adalah hari dimana seluruh pasangan di dunia ini merayakan cinta mereka. Ya, itu adalah hari Valentine pertama sekaligus yang terakhir bagi hubungan mereka. Oh, tentu saja Raditya belum tahu rencananya. 

Biarlah dia menikmati malam ini dulu. Raditya, melahap gurihnya ayam bakar sambil sesekali minum es jeruk karena kepedasan. Bibirnya yang tipis itu makin merah karenanya. Vania memandangi garis-garis wajah yang lembut dan melankolis itu dan jadi ingat kata-kata Putri, teman sekelas di sekolahnya yang baru di Jogya, yang bilang Vania beruntung disukai cowok seperti Raditya, lembut luar dalam. Vania menatap wajah itu lagi. Benar. Cukup menyejukkan sebenarnya. Tapi jika hati tidak berpihak padanya, mau bagaimana lagi?

"Van, kok bengong, sih? Ayo dimakan dong ayam bakarnya, nanti keburu dingin" ujar Radit, membuyarkan lamunannya. Vaniapun pura-pura makan dengan lahap. Radit yang berhati sensitif segera menangkap aura 'tidak enak' ini, tapi mencoba untuk tidak menghiraukan. Mungkin Vania hanya capek dan tidak siap menerima kehadiranku saat ini, pikirnya.

Setelah makan, Raditya mengajak Vania berjalan sepanjang Malioboro, membeli suvenir untuk sahabat-sahabat di Bandung, sebelum akhirnya naik delman dan tiba di penginapan Radit di jalan Mangkuyudan. Vania menatap cowok itu. Sebersit niat untuk membatalkannya karena tidak tega. Tapi jika hubungan ini diteruskan, akan tidak baik. Tidak baik untuk keduanya. Lebih-lebih untuk Raditya karena selama ini, hanya kepura-puraan saja yang dia sodorkan. Oh, betapa Vania sangat berdosa padanya. Berpura-pura mencintainya, padahal hanya ada Radhika dan Radhika saja dalam hati. Vania, kau orang paling munafik sedunia, tuding hatinya dan Vania memutuskan untuk tidak lagi berbohong.

Malam inilah saatnya.

"Ayo masuk dulu" undang Radit sambil memain-mainkan kunci kamar. Vania menggeleng kuat.

"Radit..." panggil Vania. 

Raditya memeluk gadis tercintanya itu penuh rindu. Sebulan sekali bertemu, dirasa tidak cukup memuaskan hasratnya ketemu kekasihnya itu. 

"Gue kangen sama lo, Vania.." kata Radit berusaha mencumbu dan Vania makin terpuruk dalam perasaan bersalah.

"Dit, maafin gue. Gue rasa, gue... tidak sanggup meneruskan hubungan ini."

Raditya diam, sedikit melonggarkan pelukannya dan menatap gadis itu.

"Vania, gue gak mengerti. Lo serius atau bercanda?" Raditya gusar. 

Apa tidak salah dengar? Seandainya benar, semoga alasannya bukan karena Vania masih mencintai adiknya. Semoga bukan. 

Ayo, Vania, karanglah sebuah alasan mengenai ini. Apa saja asal bukan alasan karena kamu masih mencintai Radhika. 

"Gue gak tahu harus bilang apa. Gue hanya gak mau membohongi lo dan perasaan gue terus menerus. Gue gak sanggup melukai lo lebih dalam."

"Lo masih cinta sama dia?"

Vania diam. Pandangannya beralih ke arah lain karena tak sanggup menatap Raditya. Oh, tentu saja Vania tahu, siapa maksud ‘dia’ pada pertanyaan barusan. Itu mengarah pada adik Raditya sendiri, Radhika Dewaruci. 

"Vania, kenapa sih lo gak berusaha lupain Radhika? Lo tahu kan, hatinya cuma buat Andita, dari kecil!" kata Radit dengan suara bergetar.

"Tahu, Radit. Gue tahu."

"Gue rela lo jadikan pelampiasan dengan harapan, lo bisa melupakan Radhika karena ada gue" tukas Raditya agak emosional "Gue juga rela bolak balik Bandung Jogya untuk hubungan ini."

"Radit, please, jangan paksa gue untuk terus berbohong sama lo. Semakin gue berusaha mencintai lo, semakin dalam pula perasaan ini ke Radhika. Gue ingin lo mengerti ini."

Kala itu airmata Radit menitik jatuh. Baru kali ini Vania melihat seorang laki-laki menangis. Dia tahu, Radit pasti sangat sedih. Begitupun dirinya, sulit rasanya untuk tidak menangis. Tapi sekali lagi, ini adalah keputusan. Vania terlanjur memilih. Memilih untuk mengakhiri cinta dengannya karena alasan yang cukup kuat. Raditya tidak pantas untuk disakiti terus menerus, dia sangat berharga untuk itu dan dia harus dapat seseorang yang lebih baik dari dirinya, yang bisa mencintainya dengan tulus.

Setelah itu, Raditya terdiam beberapa saat, sebelum diraihnya tubuh Vania dan mencium bibirnya lembut. Ciuman terakhir dari seorang cowok yang telah dia lukai hatinya. Namun hati tak bisa diajak bohong terus menerus dan usai sudah kepura-puraan ini. 

"Semoga lo menemukan kebahagiaan yang lo cari" ujar Radit  "Gue amat sayang dan cinta sama lo, Vania..." dan kata-kata itu berhasil bikin  Vania makin menangis. Sejak itu, sejak Raditya pulang ke Bandung esok harinya sampai hari ini, tidak ada kabar berita darinya, kecuali cerita dari Andita. Seperti emailnya hari ini.

From: anditalarasati

To: vaniavanhorrsen

Subject: kabar dari Parijs van Java

Dear, Vania!

Apa kabar? Kabar dari Bandung, nothing special. Hanya saja gue udah mulai nyusun skripsi. Doakan ya mudah-mudahan penelitian gue lancar dan cepat-cepat menjadi sarjana. Radhika lagi coba-coba ambil kerjaan jadi freelancer dan kuliahnya agak terbengkalai. Gue rasa dia bakalan selesai kuliah lima tahun, atau lebih deh. Hehehe...Tapi gak apa-apa. Lo ingat kan dia pernah bilang gak akan mau kuliah? Jadi jika akhirnya dia mau kuliah gue rasa sebuah perkembangan yang bagus, kan? 

Raditya juga udah mau skripsi, tapi sekarang ini dia sedang KKN (Kuliah Kerja Nyata) ke desa dan gue lihat dia cukup semangat. Mudah-mudahan dia cepat lulus dan cepat dapat pengganti lo, Van. 

Lo sendiri gimana, kapan lulus dan pulang ke Indonesia? Gue gak sabar deh kepingin lihat lo sukses buka butik di sini. Dan, apa udah lo dapat pengganti Raditya? Kalau belum, cepat-cepat buka hati lo. Siapa tahu jodoh lo adalah orang Prancis yang cakep dan baik hati.

Ya, segitu aja dulu kabar dari gue. Salam buat sepupu lo, Tania, ya.

Best wishes,

Andita L

Andita juga mengirimkan attachement berupa foto mereka bertiga di sebuah kafe; Andita di tengah, Radhika dan Raditya di sisi kiri dan kanannya. Dikliknya foto itu untuk mendownload agar bisa di zoom. Vania melihat mereka bertiga selfie dengan senyum ceria. 

Tidak banyak perubahan pada ketiganya. Wajah mereka masih seperti waktu SMA hanya nambah sedikit raut kedewasaan. Andita makin cantik dengan rambut hitamnya yang panjang tergerai. Mungkin karena sekarang sudah lebih pandai berdandan. Raditya juga tetap manis dengan alis tebal di wajah melankolisnya, rambut halus dengan poni yang selalu jatuh di dahinya dan bibirnya yang selalu basah dan merah. Radhika, no comment, deh! Makin ganteng dan mempesona. Selalu. Dan, oh! Tatapan mata itu... 

Vania buru-buru menutup foto. Tidak kuat lama-lama menatapnya. Tak sadar matanya sudah berkaca-kaca. Dia rindu mereka bertiga, terutama Radhika.

Pengganti Raditya? Pengganti Radhika kali maksud lo, An? Tentu saja Andita tidak pernah tahu jika dirinya pernah dan sampai saat ini masih mencintai pacar Andita itu. Vania tak akan membiarkan sahabatnya itu tahu jika dia tidak bisa melupakan Radhika. Cukup dia, Radhika dan Raditya aja yang tahu. Andita sangat beruntung bisa memiliki hati dua cowok itu. Mereka selalu bisa bersama-sama, sejak dulu. Ya, Andita adalah teman dari kecil si kembar Radhika dan Raditya. Orangtua mereka berteman sejak lama dan punya kekerabatan yang erat.

Tapi, tidak ada salahnya sih jika dia membuka hati pada yang lain, seperti saran Andita barusan. Menginginkan Radhika sama juga dengan menjaring angin. Sia-sia. Cowok itu, tidak akan melirik Vania bahkan dengan sebelah mata. Cinta sejatinya adalah Andita. Itu harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar dari seorang Radhika yang keras hati. Vania ingin menyerah saja. Namun dia belum punya alasan yang tepat untuk itu.

From: Vaniavanhorrsen

To: Anditalarasati

Subject: Re: kabar dari Parijs van Java

Hi, An.

Kabar gue standar saja. Kuliah dan berjuang hidup setengah mati di kota kosmopolitan Paris. Meski lebih indah dari Bandung, tapi gue rasa Bandung is the best city I ever known, terutama karena sebagian hati dan pikiran gue masih ada yang tertinggal di situ dan enggan enyah dari ingatan. Gak begitu beda sama lo, mata kuliah udah gua babat abis dan bentar lagi magang and after that gue harus bikin karya or tugas akhir dan finally lulus. 

Jangankan lo, gue juga gak sabar kepingin pulang ke Indonesia dan buka butik, meski sebenarnya pulang ke Indonesia sama aja dengan balik pada permasalahan-permasalahan pribadi yang memusingkan kepala. Well, itulah hidup, Dit. Lebih baik ada masalah, kan? Itu menandakan bahwa kita masih hidup dan sebenarnya Tuhan itu sayang sama kita. Ciyeh, kok gue jadi sok filosofis begini ya?

Hm, soal pengganti Radit itu, gue emang belum berniat membuka hati gue pada siapapun. Tapi gue mau kasih tahu lo, ada orang baru, tetangga apartemen yang baru beberapa hari ini gue kenal. Namanya Jacques. Gue rasa dia cukup baik untuk gue kenal lebih dalam. Dia mahasiswa seni musik klasik dan dia adalah calon pemain Cello berbakat yang bakal dikontrak orkestra gede di Prancis ini. Yeah, we'll see lah..hehe..

Ok, begitu saja deh. Salam buat teman-teman semua.

Kiss

Vania