Contents
Say Hi, Bye!
CHAPTER 2
Jakarta, 2013.Langit siang saat itu tidak terlalu biru, namun membuat beberapa siswa siswi SMA Harapan memenuhi lorong kelas di jam istirahat seolah berusaha menghindari matahari yang berani menunjukkan dirinya ditengah awan berkabut.Mereka tampak sedang berbincang satu dengan yang lainnya.Di dalam kelas 12 IPA1, terlihat seorang gadis dengan seragam putih abu abu, rambut panjangnya mengibas terkena angin sepoi dari jendela di sebelahnya.Iaterduduk dengan secarik kertas dihadapannya, rupanya Ia sedang menulis sebuah surat. Gadis itu tersenyum ketika mengakhiri kata katanya disurat itu seperti mengharapkan sesuatu yang baik terjadi, kemudian surat itu Ia lipat dan dimasukkan kedalam amplop berwarna merah muda.Ia menghela nafas panjang sambil memeluk suratnya. Gadis itu adalah Vibi.
Tak lama kedua sahabat Vibi, Anya dan Herika datang.Mereka memberikan aba aba pada Vibi agar keluar dari kelas.
“Bi, buruan! Dia udah mau lewat!” seru Herika yang berdiri di depan pintu kelas.
Vibi segera menghampiri mereka.ia mantap berdiri, menggenggam surat cintanya.
“doain gue ya, semoga dia bales perasaan gue.” Kata Vibi penuh semangat pada kedua sahabatnya.
“semangat Vibi, Anya gak nyangka Vibi bisa seberani ini.” Anya seperti biasa selalu mellow dengan keberanian Vibi. Ia menatap Vibi terharu sekaligus kagum. Vibi memegang pundak kedua sahabatnya, lalu dengan langkah mantap Ia keluar dari kelasnya. Namun ketika berhadapan dengan pria yang ada dihadapannya, Vibi menundukkan kepalanya sambil menyodorkan surat yang sedari tadi Ia genggam. Lelaki dihadapan Vibi tampak bingung, menerima surat yang disodorkan Vibi. Lelaki berbadan tinggi dan atletis itu menatap surat dengan amplop merah jambu itu, lalu tersenyum.
“ini buat gue?” tanya lelaki itu pada Vibi, yang membuat Vibi memberanikan diri mengangkat kepalanya dan menatap lelaki dihadapannya.
“i..iya.. i..tu..buat kak Gilang.” Jawab Vibi terbata bata.Gilang tersenyum melihat tingkah Vibi yang menurutnya menggemaskan.
“oke gue terima. Thanks ya.” Ujar Gilang sembari memasukkan surat itu ke dalam saku celananya. Namun belum sempat surat itu masuk ke dalam saku celana Gilang, sebuah tangan meraih surat itu. Gavin mengatur nafasnya seperti habis lomba lari jarak jauh.Gavin menggenggam surat cinta Vibi. Wajah penuh dengan keringat, matanya tajam menatap Gilang yang ada dihadapannya.
“lo siapa sih?! Balikin gak surat gue!” bentak Vibi dengan mata indah yang meloto kearah Gavin sambil berusaha merebut suratnya dari Gavin.
“ngapain kamu ngasih surat ini ke dia?!” balas Gavin membentak Vibi. Vibi menampar pipi Gavin, lalu merebut suratnya yang digenggam Gavin. Gavin juga tidak tau harus apa saat itu, sejenak Ia merasa darahnya panas mengalir dari kepala sampai ujung kakinya, kedua tangannya sudah siap melayangkan pukulan hebat ke wajah pria yang ada dihadapannya. Tapi ternyata kakinya melawan dan lebih memilih mengejar gadis, yang pergi begitu saja.
Gavin memanggil Vibi yang berjalan didepannya, namun Vibi tidak menoleh sekalipun.Gavin sedikit berlari hingga bisa meraih tangan Vibi.
“Bi, ngapain sih kasih surat cinta segala ke dia?Kamu gak liat ada aku?!”Gavin tampak menggenggam tangan Vibi. Wajah Vibi masih sama, kesal dan penuh emosi.
“lo siapa sih ikut campur urusan gue! Mau gue ngasih surat cinta ke siapa kek, terserah gue!”Vibi kemudian melepaskan genggaman tangan Gavin.Vibi hendak pergi, tapi Gavin tahan.Gavin sekarang memegang pundak Vibi.
“aku Gavin, Bi. Kamu gak inget aku?.” Gavin berusaha meyakinkan Vibi dengan tatapan matanya yang tertuju pada mata Vibi.
“inget? Gue malah gak kenal lo sama sekali!” vibi pergi meninggalkan Gavin. Gavin masih terdiam ditempatnya berdiri, Ia menganggap ini hanya mimpinya yang nanti terbangun keadaanya tidak akan seperti ini.Gavin mencubit salah satu tangannya, terasa sakit. Ini bukan mimpi! Ini kenyataan! Pandangan Gavin goyang, samar-samar apa yang Ia lihat tampak berbayang. Tubuh Gavin melemah, hingga tanpa sadar Gavin jatuh pingsan.
***