Contents
Dear Grey
Danni Sang Pencemburu VS Grey Si Bayi
"AH, cuma janji yang gak berarti apa - apa, Ayang Beb," Rosaline buru - buru menjawab pertanyaan Danni. "Janji yang gue buat ama Grey waktu kita masih bocil. Janji main - main doang kok, namanya juga masih bocil,"
Jawaban Rosaline jelas membuat mata hazel Grey melebar. Pemuda itu terjengah menatap Rosaline.
"What...What do say, Rosaline?" sebelum Danni menyahut, Grey lebih dulu bersuara, raut wajah pemuda sahabat masa kecil Rosaline itu tampak memucat. "Kenapa lo bilang janji itu gak berarti apa - apa?"
"Ada apa sih ini?" Tanya Danni mulai bernada tinggi.
"Gak ada apa - apa kok, Ayang, tenang aja," Rosaline cepat menarik tangan Danni sebelum percakapan mengarah pada hal yang lebih sensitif. "Ehm, anu, maap, gue harus pulang, Grey,"
Grey hanya mematung, tak menjawab ucapan pamit Rosaline, membiarkan gadis itu pergi bersama Danni, meninggalkannya berdiri sendirian di depan pelataran parkir sekolah, terpana, seperti tak bisa menerima, begitu mudahnya Rosaline menganggap janji mereka tidak berarti apa - apa. Padahal dulu mereka begitu akrab, begitu mengagungkan janji setia itu...
Dia pulang kembali ke Indonesia, hanya untuk mencari Rosaline sahabatnya, dan tak mengira mereka berjumpa lagi di sekolah ini. Segunung kegembiraan dan harapan bisa bersama lagi seperti dulu, ternyata harus pupus begitu saja, karena Rosaline ternyata sudah berubah, Rosaline sudah memiliki seorang kekasih. Grey begitu terpukul, Ke - kenapa Rosaline gak nungguin gue, apa begitu besarkah dosa gue yang gak ngasi kabar selama 4 tahun itu...
Rosaline sembunyi - sembunyi masih menoleh pada Grey, saat melangkah bersama Danni. Maafkan gue, Grey, plis maafkan gue, lo ngertiin sikon gue ya? Bukannya gue menganggap janji kita gak berarti, tapi Danni pacar gue, Grey, dan gue ingin ngejaga hatinya
*****
SEPANJANG perjalanan pulang sekolah, tampang Danni terlihat begitu keruh, Rosaline sangat khawatir. Saat mereka singgah di sebuah Cafe untuk makan siang, gadis itu berusaha mencairkan kekeruhan itu, walau semuanya hanya ditanggapi dingin oleh Danni.
"Ayang beb?" Rosaline yang duduk di sebelah Danni, menarik lengan seragam sekolah Danni, mencoba membujuk.
"Hmm," Danni menyahut tanpa menoleh, pandangan pemuda itu tak beralih dari layar handphone yang sedari tadi diutak - atiknya. Rosaline berusaha bersabar, gadis itu tau tabiat kekasihnya jika sudah marah karena cemburu.
"Sweetie?" Katanya mencoba lagi.
"Hmm,"
"Honey?"
"Hmm,"
"Danni?"
"Apa?!" Baru panggilan terakhir, Danni mengangkat wajahnya dan menoleh pada Rosaline, tapi tatapannya begitu tajam. "Lo bilang apa tadi?!"
"Eh maksud gue, Ayang...," Rosaline buru - buru meralat ucapannya, gadis itu tau Danni paling tidak suka dipanggil nama langsung, Rosaline sengaja memanggil nama karena dilihatnya Danni tidak menggubris panggilannya sedari tadi, cuma 'Hmm - hmm,'
"Apa sih, dari tadi ribut aja lo?"
"Abis lo diem aja dari tadi...Gue kan jadi gak enak..,"
Danni memasukkan handphone - nya ke dalam saku.
"Sebetulnya ada janji apa lo dengan anak baru itu?"
Rosaline menghela napas, sekalinya ngomong, eh dia langsung nanyain ini. Pertanyaan yang paling gue takutkan...
"Grey?"
"Ya,"
"Oh, Grey," Rosaline mencoba mengulur. Tuhan, semoga Danni gak nanya yang aneh - aneh deh tentang Grey.
"Lalu..?"
"Ya hanya sebuah janji persahabatan gitu deh," sahut Rosaline sambil mengangkat bahu. "Namanya juga dulu masih bocil, Ayang. Gue ama Grey bikin - bikin janji persahabatan kayak dalam film - film itu lhoo...,,"
"Tapi kok kayaknya dia serius gitu nanggepinnya?" Danni menatap Rosaline dengan manik mata hitamnya, sorot mata Danni membuat Rosaline sedikit terjengah. "Lo gak bohong kan? Bukan CLBK kan?"
"Huaa, kok sampe nyasar ke CLBK siyh, Ayang?" Rosaline terbelalak.
"Yang gue liat kayak gitu...,"
"Ya gak mungkinlah, Ayang! Grey kan baru datang dari Amerika, gimana gue mo ngejalin hubungan dengan dia?"
"LDR?"
"Ih, enggak lah, suer! Grey emang sahabat masa kecil gue, tapi kita udah lama kehilangan kontak, gak pernah berhubungan lagi, baru ketemunya sekarang. Gue aja udah hampir lupa dengan Grey, kalo gak dia ngejar - ngejar gue, ngingetin lagi, gue gak bakalan inget, Ayang,"
Danni tampak hanya mengerutkan kening, mendengar penjelasan Rosaline, tanpa menanggapi. Gadis itu mengeluh, kalo gak cemburuan bukan Danni namanya. Sampe segitunya dia nanyain gue...
"Ih, udah dong, cemberutnya jangan keterusan dong? Gue cuma sayang lo kok, Ayang Bebeb gue, yang baik hati, ramah dan tidak sombong," Rosaline mencoba bercanda tapi Danni tidak tertawa mendengarnya, tersenyum pun tidak.
******
ROSALINE mengetuk - ngetukan ujung penanya ke meja. Pagi itu kelas 11 IPA.1 sedang mengerjakan tugas kelompok, mata pelajaran Biologi. Rosaline berada satu kelompok dengan Danni, Sheila dan Tika. Sementara Grey duduk di kelompok yang berbeda.
Dari tempat duduknya, gadis itu tau jika sedari tadi Grey terus menatap kearahnya. Walau tidak berbicara tapi sorot mata hazel itu seperti mengatakan, 'kenapa Rosaline? Kenapa lo kecewain gue?'
Grey seperti masih penasaran padanya, Rosaline begitu galau melihat itu. Oh plis Grey, kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu? Persahabatan kita gak kan hilang kok, hanya saja gak bisa seperti dulu. Itu saja...
Handphone Rosaline yang sengaja disilent, tiba - tiba bergetar. Ada notifikasi WA masuk. Duh, sapa yang kirim WA nih? Rosaline terjengah, melirik Pak Sugandhi, guru Biologi yang sedang berdiri di depan kelas. Sembunyi - sembunyi Rosaline memeriksa layar handphone - nya.
+62812...... : [ I know you're mad at me, karena gue gak pernah kasi kabar, but please? Beri kesempatan gue memperbaikinya, please? ]
Rosaline mengangkat alis membaca pesan itu. Dari nomor tak dikenal. Lah, sapa nih yang dateng - dateng, minta diberi kesempatan?
Ros : [Sapa nih? ]
+62812...... : [ Grey ]
+62812...... : [ This is my new number, please save it ]
Rosaline mengangkat wajahnya, dan segera beradu pandang dengan Grey yang juga sedang memegang iphone - nya. Buru - buru Rosaline memgetik pesan lagi.
Ros : [ Darimana lo tau nomor gue?]
+62812...... : [ Dari dulu gue kan punya nomor lo. I always save your number, as long as you don't change it ]
"Eh WA ama sapa lo?"
Rosaline nyaris terpekik kaget ketika tiba - tiba Danni yang duduk di sebelah, menarik handphone - nya.
"Eh, itu gue cuma..," sia - sia Rosaline hendak beralasan, Danni sudah membaca isi chat WA itu.
Pemuda itu langsung menghentak handphone itu kembali pada Rosaline, dan bangkit dari kursinya.
"Izin Pak," Danni mengangkat tangannya, meminta izin dengan Pak Sugandhi, dan sebelum sempat Pak Guru itu menjawab, Danni sudah melengos keluar kelas. Rosaline hanya bisa terperangah, memandangi reaksi Danni. Duh, ka - kayaknya gue harus nyusulin dia deh, batin gadis itu gundah.
"Ayang?" Rosaline menemukan Danni ternyata hanya berdiri saja di koridor depan kelas, seperti kebingungan tak tau harus kemana.
"Ngapain lo ikut keluar?" Danni berkata dingin.
"Plis lo jangan salah paham dengan isi chat WA itu, wajar kan Grey tau nomor gue, karena dulu gue ama dia..,"
"Ya, dulu lo ama dia sahabatan, dulu lo ama dia bikin vlog bareng, dulu lo ama dia bikin janji mo nikah...IYA GUE TAU!!" Nada Danni langsung keras, membuat Rosaline sampai mendekap mulutnya, tak siap menerima bentakan itu.
"A - Ayang?"
"Lo jujur aja deh ama gue, sebetulnya lo punya hubungan khusus kan ama si Bayi itu?!"
"Bayi?"
"Grey!"
"Gue gak punya hubungan apapun, sumpah! Grey cuma sahabat masa kecil gue, gak lebih dari itu,"
Danni mendengus kasar, seolah mencemooh.
"Plis Ayang percaya dong," Rosaline memohon. "Kita udah jalan hampir setahun kan? Lo bisa nilai sendiri gimana gue selama ini,"
"Oke, kalo gitu blokir nomor Grey!"
"Apa?"
"Blokir!"
Tak sabar melihat Rosaline yang hanya terbengong - bengong menatapnya, Danni mengambil handphone dari tangan Rosaline dan memblokir nomor Grey.
Ya Tuhan, Danni memang benar - benar pencemburu tingkat dewa! Keluh Rosaline. Tapi ya udahlah, dari awal juga udah salah, gini deh jadinya. Grey juga ngapain pake chat WA ke gue segala...
****
DARI gayanya, Grey terlihat santai di kursinya, seolah tak peduli, tapi dari balik buku Biologi yang sedang dipegangnya, mata hazel itu tak lepas mengawasi setiap gerak Rosaline dan Danni yang sudah kembali masuk ke dalam kelas.Sorot matanya terlihat sedih memandangi Rosaline yang terlihat begitu serius berbicara dengan Danni. Bagaimana mungkin, Rosaline bestie - nya sejak kecil kini terlihat begitu akrab dengan cowok lain, dan ngelupain janji setia persahabatan mereka...
Braak!!
Rosaline yang hendak menyerahkan lembaran kertas hasil kerja kelompok ke meja Pak Sugandhi di depan kelas, hampir terlonjak kaget saat melewati Grey dan kursi pemuda bermata hazel itu menjeblak jatuh tepat di belakangnya. Rosaline jelas tidak tau, kaki Grey memang sengaja membuat kursinya jatuh, seperti ingin melakukan self - harm, karena sudah tentu Grey sendiri ikut jatuh bersama kursi itu.
"Aduuh!" Grey terdengar mengaduh.
"Ya Tuhan!!" Rosaline yang spontan berbalik, jelas terbelalak melihat Grey yang meringis kesakitan, masih dari posisi yang terbaring di lantai kelas. "Grey, apa - apaan sih lo? Kok bisa jatuh?"
Bagaimanapun Grey adalah sahabat akrabnya sejak kecil, Rosaline tak sampai hati juga melihat Grey meringis kesakitan di lantai. Gadis itu buru - buru membungkuk, mengulurkan tangan pada Grey, ingin membantu pemuda sahabatnya itu bangkit.
Mata Hazel pemuda itu langsung terbuka lebar, seperti tiba - tiba terpana akan sesuatu, ketika rambut ikal panjang Rosaline yang tergerai, tanpa sengaja menyentuh wajah Grey, bersamaan dengan gerakan gadis itu membungkuk. Tak sadar, Grey begitu lama menahan tangan Rosaline yang terulur padanya.
"Eh Grey? Tangan gue..," Rosaline terjengah.
Danni mendelik menyaksikan itu, dengan wajah geram Danni segera maju dan menarik tangan Rosaline dari Grey yang jelas masih terpana menatap gadis itu.
"Ngapain lo bantuin dia?!" Sergah Danni pada Rosaline.
"Euh, anu, soalnya dia jatuh..,"
"Si Bayi itu bisa bangun sendiri, gak perlu lo bantuin!"
"My name is Grey, bukan Bayi," gerutu Grey yang akhirnya, suka tak suka, harus bangkit sendiri, sambil mengusap - usap belakang kepalanya yang jelas sakit karena jatuh. Danni melirik sinis pada Grey.
"Dasar Caper! Ngapain juga pake acara jatuh di belakang Rosaline? Pasti lo sengaja kan?" Tuduh Danni, yang sedari tadi memang sudah dongkol dengan Grey, kini jelas jadi bertambah dongkol melihat Rosaline memegang - megang tangan Grey walau dengan maksud menolong.
"Sengaja gimana gue?! It's just a coincidence!" tukas Grey
"Hanya kebetulan?! Kok pas banget jatuhnya di belakang Rosaline?"
"How am I supposed to know?" Grey mengangkat bahu. "I am not a psychic!"
"Pake bahasa Indonesia kalo ngomong! JANGAN SOK BULE LO, setan!!" Danni akhirnya tak dapat menahan rasa dongkolnya yang sudah memuncak. Suara pemuda itu menggelegar menyentakkan seluruh isi kelas. Mata hazel Grey langsung melebar mendengar bentakan itu.
"Apa?!"
"Kenapa?! Mo protes lo?!"
Untung Pak Sugandhi cepat menangkap gelagat tidak baik itu dan langsung turun tahta, melerai Danni dan Grey yang sudah mulai saling berhadap - hadapan dengan raut wajah tidak menyenangkan.
"Sudah, sudah!" Pak Sugandhi segera berdiri di tengah - tengah Grey dan Danni, berusaha menahan, tapi pandangan Pak Guru itu mengarah pada Danni, seolah hendak berkata 'Kamu mengalah saja ya, Nak? Dia anak Harry Adinegoro,'
Danni yang menangkap arti pandangan itu justru menjadi semakin naik darah, kata - kata yang tersembur dari mulutnya terdengar begitu tajam menyergah Grey.
"Gue gak peduli lo anak siapa! Pokoknya sekali lagi lo chat WA Rosaline, caper atau apalah, habis lo!"
"Danni, ayo sudah!" Pak Sugandhi mendorong Danni agar menjauh dari Grey.
Danni hanya melirik Pak Sugandhi tanpa menanggapi Pak Guru itu, walau tangannya masih mengepal menahan emosi, pemuda itu akhirnya beranjak juga meninggalkan Grey.
"Eh tunggu dulu lo!" tiba - tiba Grey berseru. "Mumpung ada Pak Sugandhi sebagai saksi, juga teman - teman lain di sini,"
"Mau apa lagi lo?!" Danni mendelik.
"I will tell you somethin',"
"Halah!"
"Asal lo tau, I hate being yelled at by anyone!" Kata - kata Grey terdengar begitu jelas dan lantang, membuat semua menoleh pada pemuda itu. "Dan gue gak kan pernah ngebiarin orang yang udah neriakin gue sembarangan. Hidup lo bakal sengsara di sekolah ini!!"
"Lo kira gue takut?!"
"And satu lagi, gue tau lo pacar Rosaline, tapi mulai detik ini, gue yang jadi pacar Rosaline! Sedang lo?...PUTUS!!!"
"APA?!"
"Masih kurang jelas lo? Rosaline is mine now!"
BUUK!!
Pukulan Danni telak bersarang pada wajah Grey begitu keras, hingga pemuda bermata hazel itu jatuh terjengkang ke belakang, menabrak salah satu meja siswa. Membuat Pak Sugandhi nyaris mati berdiri karena serangan jantung melihatnya, dan seluruh siswa - siswi kelas 11.IPA.1, terutama Rosaline langsung membeku dingin di tempat.
Jika ada jarum yang jatuh saat itu mungkin akan langsung terdengar jelas, karena kelas mendadak menjadi sunyi senyap, begitu hening, tanpa ada yang berani bersuara sedikitpun. Semua tau, bahkan seantero sekolah tau, siapa Grey Fernanda Adinegoro, dan bagaimana pengaruhnya di sekolah mereka. Dan Danni sudah begitu berani memukulnya.
Rosaline mengeluh, memegang keningnya, selain Danni yang memukul Grey, kata - kata Grey jelas membuatnya stress tingkat dewa. Ya Tuhan! Gue gak lagi mimpi buruk kan? Apaan sih Grey? Semudah itu dia ngomong jadi pacar gue dan Danni disuruh putus?!
Diilihatnya Sheila dan Tika sedang memandang kearahnya dengan raut wajah sangat khawatir. Seolah mereka berkata, 'Ros, kayaknya, perang dunia ketiga bakal meletus nih...
Yah, sudah pasti, batin Rosaline lemah, memandang Grey yang sedang berusaha kembali berdiri setelah jatuh dipukul Danni.
"YOU, DANNI REYFANDI!!!" Grey menerjang Danni. "HAVE TO DIE!!!"