Try new experience
with our app

INSTALL

CINTA TERLARANG 

Launching Kopanda Kafe

ENAM bulan setelah ditandatanganinya surat perjanjian bisnis Karel-Marvin, akhirnya Launching Kopanda Cafe and Eclair pun tiba. Subuh-subuh buta, Karel sudah terlihat sibuk di kafe baru milik Marvin. Kafe dan toko eclair ini mengambil konsep modern-vintage, indoor-outdoor. Konsep modern langsung dapat dilihat pengunjung dari semua ornamen yang dipakai. Mulai dari kursi, sofa dan meja yang mengusung kafe-kafe ala Prancis hingga dekorasi dan penataan display rack yang terlihat mewah dan elegan. Di tengah-tengah kafe, sengaja dijadikan tempat khusus untuk memamerkan alat-alat unik pengolah kopi, seperti alat penggiling, pengering, dan beberapa alat penyeduh. Sehingga, ketika pertama kali masuk ke Kopanda, pengunjung akan langsung disambut tak hanya oleh aroma khas kue dan kopi, tapi juga alat-alat pencipta aroma segar itu.

Konsep vintage dari Kopanda terlihat dari adanya susunan batu bata kasar di dinding bagian bawah kafe yang sengaja tidak dihaluskan. Juga bingkai-bingkai pigura tanpa gambar dari kayu berpelitur cokelat pekat yang tersebar di dinding kafe.  Warna cream di dinding berhasil menambah kesan eksotis, lampau, dan unik. Belum lagi, goresan lukisan cat poster berupa lingkaran-lingkaran warna-warni yang serasi, semakin membuat artistik. Harapan Karel dengan style polkadot yang lucu dan ceria membuat Kopanda cocok untuk tempat nongkrong anak muda Jakarta.

Setelah pengunjung masuk ke kafe, mereka bisa langsung melihat dan memilih berderet-deret cake, gelato, sorbeto, dan eclair yang beraneka ragam dan rasa. Melihat dari display rack saja membuat produksi air liur meningkat drastis. Apalagi jika lidah para pengunjung sudah mencicipi sedikit sajian dari kafe baru itu. Bakal ketagihan!

Karel sebagai penanggung jawab untuk semua menu kafe dan lapangan, mencoba mengkoordinasi semua pekerja. Untuk lebih memudahkannya, dia mengelompokkan pekerja sesuai wilayah menu yang dipegangnya. Ada si barista bernama Evan yang bertanggung jawab area kopi, PJ teh ditangani sang tea expert, Faresa, penanggung jawab gelato, ice cream, dan sorbeto, ada di pundak Habibi,  dan masalah eclair ada di tangan Karel langsung. Dan kini semua penanggung jawab itu sudah berkumpul di teras belakang kafe untuk berdoa demi kelancaran launching pagi itu.

“Bagaimana semua? Sudah siap untuk beraksi?” tanya Karel di teras belakang kafe, bagian paling belakang bangunan Kopanda yang berbatasan langsung dengan taman kecil berbunga krisan warna-warni. Karel ingin memastikan kesiapan sang PJ di setiap bagian sebelum launching dan para tamu undangan datang.

“SIAPPP!” teriak kompak para anggota tim Kopanda.

“Sebelum memulai bekerja dan berkarya, mari kita berdoa dulu,” ucap Karel penuh wibawa memimpin doa untuk timnya. “Berdoa, dimulai.”

Semua karyawan dengan seragam polo shirt pendek berwarna cream dengan celemek berbentuk panda berwarna cokelat itu pun mengikuti komando Karel sebagai atasan. Mereka menundukkan kepala, berdoa dengan khusyuk, dan disambung dengan tos lima jari semua penanggung jawab kafe sambil meneriakkan nama kafe mereka.

 “Kopandaaaaa!!!” teriak Karel semangat kepada karyawan intinya.

Spontan semua yang ada di tempat itu pun membalas teriakan Karel dengan tidak kalah kerasnya, “YEAH!”

Lalu gemuruh tepuk tangan pun menggema.

Total ada lima sauchef (chef pekerja/pembantu) yang menguasai area dapur. Chef utama atau Presdir Chef dipegang oleh Karel. Presdir Chef memiliki lima sauchef yang bekerja di dalam dapurnya. Ada Sauchef Rangga, yang bertugas mengukur dengan pasti dan teliti berapa lama waktu roti dan cake di oven. Sauchef berikutnya ada Raisa, yang bertugas menata kerapian dan bertugas merias cake supaya terlihat lebih indah dan menggiurkan. Lalu, shauchef yang sangat penting sebagai proses awal, yaitu Sogi, satu-satunya teman Karel selama di Prancis yang dia rekrut untuk keahliannya di bidang membuat adonan yang tepat dan presisi untuk cake dan roti. Dan dua shaucef lain yang masing-masing bertugas mencampur bahan-bahan adonan cake dan membuat hiasannya adalah si kembar Rano dan Karno yang  selalu terlihat kompak.

Bagi Karel kelima sauchef  bagian dapur adalah harta yang sangat berharga. Sebuah tim solid yang kompak, yang sebelumnya telah dilatih dan digembleng oleh dirinya sendiri sebelum menjalankan bisnis taruhan ini. Dengan mereka, Karel berharap taruhannya dengan Marvin dapat dimenangkannya. Sungguh, dia belum siap harus terjun di dunia properti.

“Maka. Tolong aku Tuhan. Tolong lancarkan dan ramaikan kafe ini.”

Amen.

 

WAKTU yang dinantikan pun akhirnya datang juga. Launching akbar Kopanda Cafe dan Eclair shop telah resmi dibuka. Dengan penuh percaya diri, Marvin membawa awak media lokal Jakarta, juga tamu-tamu penting relasi Marvin, untuk mengenalkan bisnis barunya di bidang kuliner. Berbondong-bondong tamu pun mulai memenuhi sofa dan kursi bercorak cokelat susu itu. Wajah mereka seolah sedang menahan nafsu untuk segera mencicipi semua makanan, minuman yang ada di Kopanda.

Bagaimana pengunjung tidak bernafsu, begitu masuk Kafe, mereka langsung  disambut oleh rak bening kaca yang terdapat bermacam macam gelato lembut dan dingin dengan berbagai warna dan rasa. Cokelat, strawberry, raspberry, rum, peanut butter, salted caramel, yang terlihat lembut dan creamy di lidah. Belum lagi sorbeto warna-warni sesuai warna rasa buahnya yang tampak segar dan melenyapkan dahaga. Ada rasa mango, strawberry, raspberry, anggur, dan semuanya itu tampil di rack display dengan cantik dan menggoda selera. Semua itu belum termasuk berderet eclair panjang dengan berbagai macam toping dan krim pengisi, yang akan melengkapi kelezatan dan manisnya Kafe Kopanda.

Selain kopi, gelato, dan cake, tak lupa menu teh juga disediakan di kafe. Faresa, yang merupakan tea expert, ditunjuk langsung oleh Marvin untuk memegang kendali menu dan semua jenis hidangan teh di kafe-nya. Untuk teh, Kopanda Cafe and Eclair Shop berani mengambil bahan teh dari luar. Tidak seperti biji kopi yang hanya menyediakan kopi lokal saja.

Berbagai macam gaya dan kesukaan para tamu pagi itu terlihat bervariasi. Ada yang memilih duduk di bagian outdoor kafe (yang biasanya para wartawan dan pencari berita yang menginginkan smoke area), ada pula yang lebih menginginkan duduk di sofa empuk panjang layaknya sedang duduk di ruang keluarga rumah sendiri yang nyaman.

Datangnya tamu dan para pengunjung yang membludak di depan kafe membuat para penanggung jawab sangat sibuk. Mereka dengan cekatan mempersiapkan pesanan-pesanan para tamu. Karel tidak bisa mentolerir satu pun kesalahan kecil yang mungkin bisa saja terjadi.

Pesanan demi pesanan berterbangan seperti surat yang dibawakan oleh para burung hantu di Hogwart. Ramai. Mulai dari pesanan berbagai macam kopi yang membuat Evan sibuk dengan mesin brewing-nya dan alat-alat yang sudah seperti kekasihnya, hingga fruit tea, yang memaksa Faresa untuk gesit dan cekatan meracikkan buah segar dan toping dalam larutan teh impornya. Pesanan tidak berhenti hanya di menu minuman saja. Gelato buatan Habibi juga laris manis. Apalagi, Habibi juga telah mempersiapkan sorbeto rasa buah Nanas Thailand, khusus untuk para pencari berita dan awak media. Membuat para pencari berita itu segar dan semangat dalam meliput Kopanda Kafe. Kesibukan mereka seperti roda yang berputar.

 “Semua tamu undangan mohon perhatiannya sebentar,” kata Marvin meminta perhatian kepada semua pengunjung kafe yang telah menikmati pesanan mereka. “Saya ingin memperkenalkan kepada hadirin semua, pengelola dan eksekutif manajer Kopanda Cafe. Dialah yang mengurus semuanya dari hal yang terkecil, sampai hal terbesar di kafe ini. Perkenalkan, Bapak Karel!” seru Marvin sambil berdiri dan menunjuk Karel yang masih sibuk mengawasi dan mengecek persediaan eclair dan gelato yang ada di display rack.

Saat mendengar namanya dipanggil Marvin, Karel tersenyum sambil menundukkan kepala memperlihatkan wajah imutnya. Karel kemudian sedikit memberikan sambutan kepada seluruh pengunjung dan tamu yang hadir.

“Terima kasih saya ucapkan sebelumnya kepada para pengunjung yang sudah datang dan mau mencicipi menu dan cita rasa kafe kami. Perlu dipahami bahwa menurut kami, semua sajian, menu, dan semua yang tampil di rak ini bukan hanya sekadar sajian, tapi semua ini adalah wujud sebuah harapan dan mimpi yang luar biasa dari kami keluarga besar Kopanda. Kopi, teh, cake, gelato, dan juga éclair, merupakan wujud manifestasi sebuah mimpi bagi seseorang. Gelato dan dunia ice-cream yang menjadi keinginan Habibi dari kecil.” Mendengar namanya disebut Habibi, menundukkan kepalanya di stand gelato, ice cream, dan sorbeto. Aksinya yang sopan itu, langsung mendapat perhatian dari mata para pengunjung.

“Juga Evan, yang selalu ingin ditemani oleh kenikmatan dan kejujuran cita rasa kopi. Hingga dia merelakan dirinya menenggelamkan jiwanya dalam dunia brewing method for coffee.” Evan pun sama, di display rack sebelah kiri dia menundukkan kepalanya ketika namanya Karel panggil. Dia berusaha mencuri perhatian para pengunjung dengan berderet alat penyeduhan kopinya yang sampai menenggalamkan sedikit wajah ramahnya itu.

“Tidak lupa sensasi ketenangan teh yang hadirin sekarang nikmati. Aromanya, kelembutan rasanya, dan kesegarannya, itu semua berkat racikan cinta dan mimpi sang tea expert Faresa, yang berada di sebelah pojok,” kata Karel sambil menunjukkan posisi tea corner dengan kelima jarinya ke tempat Faresa yang standby membuat resep-resep teh dengan cita rasa baru. Kelima jari Karel langsung diikuti oleh pandangan para tamu, wartawan, juga pengunjung dari luar. Dan semuanya kini, terfokus pada si gadis hitam manis teman Marvin itu.

“Dan terakhir untuk tim solidku di bagian dapur, yang dengan cinta dan passion mereka di dunia pastry telah menjadi satu keluarga baru untukku. Ada si kembar Rano dan Karno, si centil  Raisa, si pelawak Sogi, dan si cool Rangga, yang kesemuanya hadir di tempat ini demi kepuasan hadirin semua. Ya, kepuasan akan cita rasa yang lezat, manis, enak, dan tidak pernah terlupakan.

“Terima kasih sekali lagi saya ucapkan atas kehadiran semua para tamu dan pengunjung di launching Kopanda Cafe and Eclair Shop pagi ini. Akhir kata, selamat menikmati,” ucap Karel dengan ditutup senyum imut khasnya yang spontan disambut dengan riuh tepuk tangan meriah yang datang tidak hanya oleh para tamu, melainkan juga para karyawan yang merasa dianggap sebagai sebuah keluarga baru di Kopanda Kafe.

Setelah Marvin mendengar sambutan yang begitu bijak dari putranya, tanpa disadari terbit rasa bangga yang lamat-lamat membanjiri hati. Sulit dia percaya. Karel yang manja dan kekanakan, kini telah bermetamorfosis menjadi seorang pemimpin yang bijaksana. Tanpa gengsi dan malu, dia memberikan penghormatan kepada semua karyawan yang dianggapnya sebuah tim solid. Inilah yang dinamai bisnis berlandaskan asas keluarga, yang mungkin sampai detik ini belum pernah bisa dia rasakan sebelumnya dengan para karyawannya.

“Mamamu juga pasti bangga jika sekarang sedang melihatmu, Rel,” bisik hati Marvin dengan senyuman damai. Matanya masih tertuju pada satu orang yaitu Karel! Partner bisnis barunya di bidang kuliner.