Contents
Dear Grey
Sahabat Lama
Rosaline
EMPAT tahun tak terasa, sejak perpisahan itu, Rosaline tumbuh besar tanpa Grey. Sudah hampir menginjak usia 17 tahun kini, sudah duduk di bangku kelas 11 SMA.
"Yah elah Ros, banyak banget sih jajanan lo?" Sheila menepuk jidat melihat betapa banyaknya jajanan yang dibeli sahabatnya, Rosaline, saat mereka baru keluar dari kantin sekolah. "Kripik, donat, kacang...Itu apa lagi? Gorengan...Dan ampun, lo beli Boba segelas besar?"
"Ih, gue beli buat Danni juga, tauk! Makanya banyak," tukas Rosaline bete. Tika yang berdiri di samping mereka, cekikikan mendengar perdebatan Sheila dan Rosaline.
"Emang Danni yang cakep itu seorang tukang makan seperti lo?" Terdengar Sheila menyindir
"Gue bukan tukang makan! Gue lagi dalam masa pertumbuhan tauk! Dan Danni suka kok makan ini semua," Rosaline membela diri.
"Masa pertumbuhan ke samping maksud lo?" Sindir Sheila sambil membelalakkan mata pada Rosaline. "Plis deh!"
"Tumbuh tuh ke atas bukan ke samping," Tika menirukan slogan sebuah produk susu untuk anak - anak, membuat Rosaline tambah merengut bete.
"Ih sebel deh!!" Rosaline dengan geram berusaha mengejar sahabat - sahabatnya yang sudah berhamburan berlari menjauh darinya sambil cekikikan heboh.
Braak!!
"Aduuh!"
Saking emosinya hendak mengejar Sheila dan Tika, Rosaline tak sengaja menabrak Ilona yang sedang melintas di depan kantin. Ilona gadis cantik, ketua genk Mafia Squad, teman sekelas Rosaline. Genk Mafia Squad, adalah sekumpulan anak - anak orang kaya yang dikenal siswa satu sekolah, sebagai genk yang suka cari gara - gara, suka nge - bully siapa saja yang tidak mereka sukai. Rosaline tentu sudah tau, gadis bertubuh imut itu terperangah saat mengangkat wajah dan bertemu pandang dengan raut murka Ilona. Jelas gadis ketua genk Mafia Squad itu murka, akibat tabrakan, Boba yang dibawa Rosaline, tumpah mengenai seragamnya.
"Maap Ilona, maap," kata Rosaline, buru - buru membersihkan seragam Ilona dengan tissu sebisanya.
"Maap, maap, emang nih sekolah punya nenek moyang lo?! Pake mata lo kalo jalan!! Liat seragam gue??!" Jerit Ilona, membuat anggota genk - nya yang sedari tadi mengiringi di belakang, langsung maju mengepung Rosaline. Mereka, Arion, Mira, Farrel dan Alva.
"Nih cewek kampungan emang suka bikin rusuh, kita libas Bos?" Arion tangan kanan Ilona, menyeringai. Boleh dibilang, Arion adalah Bodyguard Ilona, karena urusan pukul - memukul, dan bullying dia selalu siap sedia melakukannya demi Ilona. Sesumbar gosip, Arion naksir berat Ilona, cuma tak digubris.
Ilona hanya menggedikkan kepalanya, dan Arion langsung maju, hendak menjambak rambut Rosaline yang masih berusaha membersihkan seragam Ilona. Tapi sebelum tangan besar Arion menyentuh rambut Rosaline, ada tangan lain yang menahan tangan itu.
"Lo sentuh Rosaline, lo mati!!" Sebuah suara menggelegar, mengagetkan genk Mafia Squad.
"Danni?!" Hampir serentak mereka berseru.
Seorang pemuda jangkung, berpostur foto model, tampan, gagah, tapi tatapan iris mata hitamnya menatap begitu garang pada genk Mafia Squad. Dia Danni Reyfandi, salah satu anggota inti Tim Basket Sekolah, karenanya memiliki postur tubuh mengagumkan. Bukan anak orang kaya seperti Genk Mafia Squad, tapi Danni termasuk most wanted boy di sekolah, karena selain ketampanannya, prestasi Danni sebagai Bintang Basket, pernah menjuarai ajang pencarian model remaja yang diadakan sebuah majalah fashion ternama, yang membuatnya jadi populer. Tak heran, banyak gadis, siswi sekolah itu yang menggilai Danni, tapi gadis yang paling beruntung justru Rosaline yang seorang gadis biasa - biasa. Ya, Danni justru jatuh cinta pada Rosaline dan menjadi kekasih gadis sederhana itu.
Rosaline begitu lega melihat kedatangan Danni. Ya Tuhan, syukurlah, batinnya, sambil sedikit terhuyung karena didorong Danni agar terlindung di balik punggung kokoh pemuda itu.
"Heh jangan sok jagoan lo Dan!" Arion berteriak kencang. "Ngomong mati sembarangan! Lo yang mati!!!"
"Halah! Lo kira gue takut?!!" Danni mencemooh, membuat Arion naik darah. Pemuda bertubuh besar itu menghentak bahu Danni.
"Mo ngelawan lo?! Mo uji nyali??!" Arion melirik Ilona. "Kita hajar dia??"
Ilona yang memang punya sejarah tidak menyenangkan dengan Danni, jelas langsung menyetujui usulan Arion. Sakit hati ditolak cintanya dengan Danni, masih terbias di otaknya, dulu, saat tahun ajaran baru, saat pertama kali mereka masuk SMA Dewantara, gadis itu sudah jatuh cinta pada Danni, tapi waktu itu Danni langsung menolak mentah - mentah cinta Ilona yang anak seorang pemilik hotel bintang lima, kaya - raya, most wanted girl. Ilona merasa harga dirinya terinjak - injak oleh Danni.
"Terserah lo, Say!" Kata gadis itu membuat Arion menyeringai senang. Rosaline serasa menciut ketakutan di belakang Danni, memegang lengan seragam kekasihnya itu erat - erat.
"Ayang Beb, hati - hati, si Arion kan anak Taekwondo..," bisik Rosaline hampir - hampir tak terdengar. Sementara Danni tampak mengatupkan rahangnya kuat - kuat, tangannya mengepal, karena sangat geram.
Hampir meletus pertempuran di antara dua pemuda itu, jika mereka semua tidak dibuat jengah oleh kedatangan mobil - mobil yang beriringan, memasuki halaman sekolah. Mobil yang paling depan, membuat semua siswa - siswi yang sedang jam istirahat itu, berdecak kagum melihatnya. Sebuah Mercedes Benz S - 600 Pullman. Yang siapapun tau, harganya berkisar belasan milyar. Iring - iringan mobil itu berhenti tepat di depan teras lobi sekolah.
"Hee, siapa tuh?"
"Keren amat mobilnyaa!"
"Gila! Damage banget, jangan bilang itu mobil punya siswa...,"
Rosaline setengah lega, karena kedatangan mobil - mobil itu membuat Danni tak jadi ribut dengan Arion dan anggota genk Mafia Squad yang lain. Rasa penasaran, membuat Rosaline mengajak Danni untuk ikut melihat iring - iringan mobil yang datang begitu damage ke sekolah mereka. Bukan rombongan Pejabat kan? Batin gadis itu sambil mengerucutkan bibir.
Di tengah kerumunan siswa - siswi yang memenuhi halaman depan teras lobi sekolah, Rosaline dan Danni bergabung dengan Sheila dan Tika yang tak pernah ketinggalan jika ada moment - moment menggemparkan seperti itu.
"Ros! Sini lo cepet! Keren banget gak sih sekolah kita kedatangan rombongan keluarga Konglomerat Harry Adinegoro!" Sheila langsung memberitau dengan penuh semangat.
"Konglomerat Harry Adinegoro?" Rosaline mengerutkan kening, telmi. Kayaknya emang gak asing lagi sih namanya.
Tak tanggung - tanggung, Kepala Sekolah sendiri yang turun langsung untuk menyambut kedatangan rombongan itu, dan beberapa guru juga tampak mengikuti dari belakang. Tamu kehormatan tampaknya.
"Anaknya mo masuk sekolah kita, oh emjii!" Tika heboh menjawil bahu Rosaline, sambil celingak - celinguk berusaha melihat siapa yang turun dari mobil Mercedes Benz S - 600 Pullman.
"Anaknya?" Rosaline mengikuti jejak Tika, melongokkan kepala agar bisa melihat juga.
"Iya, mudah - mudahan anaknya cowok..,"
"Huu! Cowok mulu pikiran lo!"
Tapi keinginan Tika tampaknya terkabul. Sesosok pemuda memakai masker hitam, jangkung, berkulit putih, dengan potongan rambut yang trendy, begitu damage keluar dari mobil mewah itu. Spontan pemuda itu disambut dengan pekikan - pekikan histeris siswi - siswi kepo yang sedang berkerumun di sekitar teras lobi SMA Dewantara. Tentu, pekikan Tika yang paling kencang.
Seragam sekolah boleh sama, tapi sepatu, jam tangan dan ikat pinggang yang dikenakan pemuda itu terlihat begitu mahal dan branded, belum lagi ransel yang disandangnya, logo Giorgio Armani terpampang jelas, membuat mata terbelalak bagi yang tau barang - barang branded berkelas.
Darah Rosaline serasa mendesir, saat sepasang mata hazel milik pemuda borjuis itu tampak menatap sekilas ke arahnya sebelum masuk ke dalam lobi sekolah bersama 3 - 4 pria bertubuh tinggi besar berkostum hitam - hitam yang mengiringi di kiri - kanan, sepertinya Bodyguard, mereka mengikuti Kepala Sekolah, menuju ke ruangannya. Oh God, dia ngeliatin gue...Matanya bagus banget, berwarna hazel!
Eh berwarna hazel? Gak banyak yang memiliki iris mata berwarna hazel di Indonesia. Kok ngeliat dia, jadi ngingetin gue ama seseorang ya? Rosaline mengetuk - ngetuk jemarinya ke pipi, seperti teringat sesuatu, tapi sebelum sempat gadis itu berpikir lebih jauh, Danni sudah menarik tangannya.
"Udah puas ngeliatnya?" Kata Danni, seperti mencemooh.
"Ih Ayang, kan semua juga pada ngeliatin, jarang - jarang lho sekolah kita kedatangan keluarga Konglomerat kondang," rutuk Rosaline.
"Tapi orangnya udah masuk, tontonan selesai. Lebih baik sekarang lo pikirin, kita kemana nih?"
"Gak kemana - mana,"
"Maksud lo?"
"Lo gak liat, Boba gue tumpah gara - gara tabrakan dengan Ilona tadi,"
"Yah elah,"
"Beliin lagi dong, Ayang Beb?" Rosaline menatap Danni dengan gaya manjanya, membuat Danni memutar bola matanya, tapi pemuda itu tak pernah bisa menolak permintaan Rosaline. Dibelikannya juga segelas besar Boba untuk kekasih tercintanya itu.
"Ini Bobanya, anak kecil!" kata pemuda itu sambil menyodorkan gelas Boba yang dibelinya di kantin, pada Rosaline.
"Ih masa gue anak kecil sih?" Rosaline menerima Boba itu sambil merengut karena dipanggil 'Anak Kecil' oleh Danni.
"Ya udah, bukan anak kecil deh, Ratu deh,"
"Ayang, ih sebel deh lo!" Rosaline mencubit pinggang Danni, membuat pemuda itu suka tak suka harus tergelak.
"Udah, udah dong nyubitnya, sakit tauk!" Danni berusaha menahan tangan Rosaline yang gencar mencubiti pinggangnya.
Rosaline masih merengut, memandangi Danni, saat mereka sedang berbagi jajanan di bangku panjang taman sekolah. Untung cakep, kalo gak, jangankan dicubit, udah gue ubek - ubek juga rambutnya, kadang - kadang Danni nyebelin benget deh! Rutuk gadis itu, masa gue yang imut dan cantik ini dibilang anak kecil siyh? Umur gue udah hampir 17, plis deh!
Gadis itu menghela napas kasar, yah mo sebel tapi dia cowok gue, udah sejak kelas 10. Rosaline mengakui Danni kekasihnya itu memang cakep banget, jangankan Ilona, banyak gadis - gadis lain yang rela menjadi fans Danni karena pesona sosok Danni.
Yah lihat saja, tadi saat Danni masuk kantin untuk membelikan Boba, Rosaline bukannya tidak tau, begitu banyak pasang mata yang langsung memperhatikan setiap gerak Danni. Gadis - gadis itu, teman - teman satu sekolah mereka, berbisik - bisik sambil melempar senyum saat Danni melewati mereka. Walau senyum mereka jelas sia - sia, karena Danni, jangankan membalas senyum, menoleh pun tidak. Gitu deh sifat Danni, cowok gue, Cool Iced Prince, batin Rosaline sambil mengunyah donat salah satu jajanan yang dibeli, masih memandangi Danni.
"Kenapa lo ngeliatin gue? Nyesel abis nyubitin gue?" Teguran Danni membuyarkan lamunan Rosaline.
"Ih sapa juga yang lagi ngeliatin," rutuk Rosaline manyun. "Ge - er aja lo,"
"Iya deh, gak ngeliatin, tapi itu muka sampe celemotan donat, lo gak tau," Danni tertawa. "Dasar anak kecil!"
"Ayang, apaan sih?" Rosaline gelagapan, saat Danni begitu gemas membersihkan pipi gadis itu dari krim donat dengan jemarinya.
"Diem dulu, kenapa? Gue lagi bersihin neh,"
"Ih, biar gue bersihin sendiri deh, malu tauk!"
Tangan Rosaline yang berusaha menahan tangan Danni justru jadi tak bisa bergerak karena Danni berbalik menggenggam tangan itu.
"Ih Ayang Beb..," bersemu merah pipi Rosaline karena Danni menatapnya dengan sorot mata yang begitu lembut, sambil tersenyum begitu menawan. Senyum yang melemahkan iman gadis manapun, tak terkecuali Rosaline.
Mereka memang mesra. Banyak yang iri melihat kemesraan itu. Bahkan Sheila dan Tika selalu memuji mereka sebagai pasangan ideal. Rosaline merasa menjadi gadis yang paling beruntung sedunia, bisa memiliki Danni Reyfandi.
Bell tanda jam istirahat berakhir, Danni menggandeng Rosaline mengajak gadis itu kembali ke kelas. Saat mereka tiba, jantung Rosaline serasa berhenti berdegup, saat melihat pemuda bermata hazel itu, anak Konglomerat Harry Adinegoro, berdiri di depan kelas bersama Bu Devi wali kelas 11. IPA.1, kelas Rosaline dan Danni.
Handphone Rosaline berbunyi, menyentakkan. Saat dijawab ternyata dari Sheila.
"Heh, kemana aja lo? Buruan masuk kelas!" Terdengar suara Sheila menggebu - gebu, sahabat Rosaline itu sudah lebih dulu berada di kelas, bersama Tika tampaknya.
"Emang kenapa sih? Gue udah di depan kelas juga, pake acara nelepon segala lo!"
Sesaat terdengar bunyi kresek - kresek ribut di handphone, Tika mengambil alih Handphone Sheila.
"OH EMJIII, TAU GAK?! ANAK KONGLOMERAT ADINEGORO ITU MO MASUK KELAS KITAA!!" Hampir tuli telinga Rosaline mendengar suara jeritan melengking Tika.
"Yah elah, Tik! Ini bukan di hutan, woy!! Jerit - jeritan kayak Tarzan, sakit telinga gue, tauk!" Sembur Rosaline sewot, dengan volume suara tak kalah kencang.
"Hey, ngapain sih lo?" Danni mendelik kaget melihat ulah gadis - gadis itu, sudah jelas mereka sedang berdiri di depan kelas sekarang. Tinggal melambai pasti akan terlihat, tapi Sheila - Tika dan Rosaline malah saling bertelepon seolah mereka sedang berada dalam jarak yang berjauhan. Dan yang membuat wajah Danni merah - padam karena malu, orang yang dibicarakan juga sedang berdiri, cuma jarak beberapa jengkal dari mereka, mana berdirinya dengan Bu Devi wali kelas mereka, yang sudah pasti mendengar semua percakapan gadis - gadis itu.
Danni sangat yakin siswa baru, anak Konglomerat Harry Adinegoro itu pasti sedang nyengir ge - er di balik masker hitamnya. Karena tatapan mata hazel itu mengarah pada Rosaline yang masih berbicara heboh dengan Sheila dan Tika lewat handphone.
"Ehm, Rosaline? Bisa beri saya jalan?" Tegur Bu Devi karena Rosaline berdiri tepat di depan pintu kelas.
"Haa?" Rosaline terlonjak kaget dan menoleh. "Eh Ibu...Maap Bu,"
Danni memegang keningnya, stress, buru - buru menarik Rosaline agar segera masuk ke dalam kelas, mendahului Bu Devi dan siswa baru itu.
Mata siswa - siswi kelas 11. IPA.1 langsung terbuka lebih lebar, melihat siswa baru yang masuk kelas bersama Bu Devi. Sheila dan Tika, sahabat Rosaline langsung sikut - menyikut.
"Dia ganteng banget ya?!" Tika dengan polosnya berkata, sampai tak sadar mulutnya ternganga.
"Heh, hati - hati kedengeran Ilona, ntar disantet lo," senggol Sheila, membuat Rosaline terkikik mendengarnya.
"Kenapa?"
"Urusan yang ganteng - ganteng kayaknya udah monopoli Ilona deh, liat tuh!" Sheila menggedikkan kepala ke arah Ilona ratunya genk 'Mafia Squad' yang sedang sibuk caper, senyum - senyum dengan siswa baru yang bahkan melihat ke arah Ilona pun tidak.
Ilona, juga Sheila dan Tika mungkin tidak bisa disalahkan, meributkan siswa baru, karena sepertinya wabah 'terpesona' sedang menyebar pada belasan siswi lain di kelas itu. Tak terkecuali Rosaline yang menggigit bibir bawahnya, begitu tak sabar menunggu siswa itu memperkenalkan diri.
"Anak - anak, hari ini kita kedatangan seorang teman baru," terdengar Bu Devi berbicara, sambil memandang siswa baru yang berdiri di sisinya. "Ayo Nak, perkenalkan dirimu,"
"Ok, allow me to introduce myself, my name is...,"siswa baru itu mulai.
"Huua??" Erangan langsung terdengar di berbagai sudut, membuat bu Devi terjengah. Siswa baru itu memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Inggris!
"Ehm, ehm, bisa bicara menggunakan bahasa Indonesia, Nak?" Tegur Ibu Guru itu buru - buru. "Dan bisa buka maskermu kalau berbicara?"
"Busyeet dari mana dia? Kok nyerocos pake bahasa Inggris?" Sheila terbelalak. Sementara Tika yang duduk di samping, hanya bengong tak connect. Seisi kelas sudah jelas langsung heboh karenanya.
"Dia kira ini planet Pluto apa? Ngomong kok pake bahasa planet segala!"
"Mana bahasa Inggris gue nol koma nol lagi, eeh dia maen nyerocos aja!"
"Eh kita masih di Indonesia kan?!"
"Ya iyalah, Bego lo!"
"Kirain udah di kampung gue..,"
"Kampung lo?"
"Iya, di Inggris! Abis dia ngomong Inggris sih, jadi serasa di kampung..,"
"Anjir lo!"
Bu Devi mengetuk - ngetuk mejanya untuk menenangkan kehebohan itu, sementara pemuda siswa baru itu tampak ikut terjengah, menyadari kesalahannya
"Sorry, Mam, saya lupa," katanya sambil membuka maskernya. "Maksud saya, nama saya Grey Fernanda Adinegoro...,"
"Oooh!"
Suara 'Oh' panjang spontan terdengar. Sheila menangkup wajah dengan kedua tangan, sementara Tika tampak nyaris pingsan. Bukan hanya kedua sahabat Rosaline, seluruh siswi kelas 11 IPA.1 - minus siswa, tiba - tiba terdiam menatap pemuda yang sedang berdiri di depan kelas, sedikit salah tingkah karena semua mendadak menatap ke arahnya tanpa kedip.
"Ya Tuhan, imutnyaaa!!"
"So sweet!"
"Cute bangeet!!"
"Oh emji, dia seorang Baby Mochi...Pipinya bikin guemesh!!"
Rosaline pun tak kalah tertegun menatap pemuda yang ternyata bernama Grey Fernanda Adinegoro. Memang membuat terkesima, tapi gadis itu melihat alasan pemuda bermata hazel itu memakai masker, bekas - bekas luka yang menghiasi wajahnya, itu yang mungkin sedang disembunyikan. Hmm sering berantem kah dia? Seorang Badboy kah? Wah bisa runyam kelas ini, ketambahan seorang Badboy. Ngurusin Mafia Squad aja udah repoot...
"Saya pindahan dari NYC International High School*, Amerika Serikat, pindah karena ikut orang tua," lanjut pemuda siswa baru itu.
"Baiklah, terima kasih Grey, semoga kamu bisa cepat menyesuaikan diri di sini," kata Bu Devi. "Itu tempat dudukmu,"
Bu guru itu menunjuk tempat duduk kosong yang ada di belakang tempat duduk Rosaline. Grey siswa baru itu, mengangguk, dan melangkah menuju tempat duduk yang ditunjuk. Bu Devi sekali lagi mengetuk meja, menenangkan kelas.
"Ya sudah, sekarang, kita lanjutkan pelajaran Minggu lalu, buka buku paket kalian, halaman 56," kata Ibu Guru itu membuka kegiatan belajar.
*****
Belum setengah jam pelajaran berlangsung, saat Rosaline harus menoleh ke belakang untuk mengoper kertas soal latihan Matematika yang dibagikan Bu Devi, spontan gadis itu terbelalak. Hah? Yang pindahan dari Amrik, yang anak konglomerat, yang seorang Kim Minkyu! Dia..Ti - dur??!
Ya Grey, pemuda siswa baru itu tanpa merasa berdosa, tampak sudah tertidur dengan kepala rebah di meja, bertumpu dengan kedua tangannya, seolah tak peduli pelajaran masih berlangsung. Rosaline memutar bola matanya. Cakep - cakep ternyata penidur..
"Psst, psst, bangun, anak baru!" Desis Rosaline berusaha membangunkan. "Ini kertas soal Matematik lo!"
"Hmm?"
"Bangun!"
Grey mengangkat wajahnya, dengan raut mengantuk.
"What?"
"Kita sedang belajar, kok lo tidur sih?"
Pemuda itu mengusap mata beberapa kali, begitu dia sudah sempurna membuka matanya, raut wajahnya langsung berubah.
"Eh?"
"Apa eh?"
Tanpa diduga pemuda itu tiba - tiba mencengkram tangan Rosaline yang sedang mengulurkan kertas soal padanya. Perbuatan itu jelas membuat Rosaline nyaris terpekik kaget.
"Hei, sakit tauk!"
"Rosaline?? Is it you, isn't it?" Desis Grey dengan mata berbinar.
"Halah, kok lo bisa tau nama gue?"
"Ini gue..,"
"Rosaline? Grey? Ada apa?" Terdengar suara Bu Devi dari depan kelas, menyentakkan keduanya. Ibu guru itu jelas merasa Rosaline sudah terlalu lama berkasak - kusuk dengan Grey
"Euh, maaf Bu," Rosaline buru - buru kembali menghadap ke depan, sementara Grey meluruskan posisi duduknya.
******
"It's me, Grey! Masa lo lupa sih?" Kejar pemuda bermata hazel itu, saat pulang sekolah, menyambung percakapan mereka di kelas. Awalnya Rosaline yang sedang berdiri di depan pelataran parkir sekolah menunggu Danni, hanya tercengang memandangi pemuda itu.
"Grey?"
"Iya, sahabat lo dulu, tetangga depan rumah," Grey mengacungkan tangannya ke depan Rosaline, sebuah gelang tali berwarna hitam tampak melingkar di pergelangan tangannya. "Gelang janji setia kita, remember?"
"Huaa??!" Rosaline mendekap mulutnya, terkesiap. "Lo..Lo Grey..Yang waktu SMP dulu?"
"Yes!!"
"Kok lo gak gendut? Seinget gue, Grey kan gendut..,"
"Itu kan dulu," Grey tertawa renyah saat Rosaline memandangi dirinya dari atas sampai bawah, pemuda itu melipat tangan di dada, sedikit mendongakkan kepalanya, bergaya bak foto model di depan Rosaline. "Gimana? Udah inget lo?"
"Ya Tuhan! Gue nyaris gak ngenalin lo, sungguh, lo udah berubah, Grey!!" Rosaline benar - benar tak mengira.
Grey, sahabat masa kecil gue dulu, bestie gue, masa sih? Rosaline menatap wajah pemuda bermata hazel yang sedang tertawa itu, begitu manis, begitu imut, Tuhan, gimana dia bisa berubah gini? Perasaan dulu dia kan chubby banget deh, gendut. Pantes dari awal gue kayak pernah liat, kenapa gue begitu telmi sih? Rosaline menangkup kedua tangannya ke pipi begitu surprise
Empat tahun yang lalu, kenangan saat mereka masih SMP seperti kembali berputar di kepalanya, saat Grey berpamitan hendak berangkat ke Amerika, dia merajuk tidak mau menemui Grey karena tak sanggup menerima kenyataan harus berpisah dengan Grey sahabat yang paling disayanginya.
Baru keesokan harinya, sesaat setelah Grey dan keluarganya masuk ke dalam ruang keberangkatan, Rosaline yang menyusul ke Bandara bersama Kak Reyna, datang berlari - lari. Sambil menangis Rosaline berusaha menyusul Grey.
"Grey!! Grey!!" pekik Rosaline membahana memenuhi lorong Bandara, beruntung Grey yang berjalan lambat - lambat di belakang Papa dan Mamanya masih bisa mendengar pekikan itu.
"Rosaline??"
Tapi kaca pembatas ruang keberangkatan itu menghalangi hingga kedua sahabat itu hanya bisa saling berpandangan dari balik dinding kaca.
"Grey, maapin Ros! Maapin Ros tadi malam!" Tangis Rosaline meledak. "Abisnya Ros sedih banget Grey pergi,"
Dengan wajah sangat sedih, Grey menempelkan telapak tangannya ke dinding kaca pembatas, mungkin sebagai tanda berpamitan. Sambil menangis, Rosaline mengikuti gerakan Grey. Tangan - tangan mereka bertemu tanpa bisa saling bersentuhan.
"Eh?" Rosaline tersentak dari lamunannya karena Grey yang sekarang, tiba - tiba mengangkat tubuh Rosaline, membuat gadis itu spontan terpekik - pekik minta diturunkan.
"ih Grey, ngapain sih lo! Turunin gue! Turunin!"
"Hahaha!"
Tawa ceria keduanya akhirnya berderai, saat Grey menurunkan Rosaline kembali. Mereka saling 'Tos' kemudian saling menggenggam tangan, berputar - putar bagai anak kecil, begitu bahagia bisa bertemu lagi. Mereka adalah dua sahabat lama yang dulu saling menyayangi dan begitu dekat. Jelas rasa kangen dan gembira memenuhi perasaan mereka saat itu.
"Gue kangen lo, Rosaline,"
"Gue juga, Grey, kangen banget!"
"Udah 4 tahun..,"
"Iya,"
Rosaline tak bergeming, saat Grey meraih tangannya, dan menggenggam tangan itu begitu erat. Masih ditatapnya Grey yang juga tak lepas menatapnya. Oh Tuhan, Grey, gue gak mengira bisa ketemu lagi dengan lo, gue..Gue sangat ngerinduin lo selama ini...
Entah kenapa tiba - tiba seperti ada rasa yang begitu menyesakkan dada Rosaline, rasa yang sudah tersimpan lama, seolah muncul lagi mengusik jiwa, dan sepertinya Grey juga merasakan hal yang sama.
Dilihatnya Grey tersenyum lebar padanya, hingga memperlihatkan gigi kelincinya yang lucu, ciri khas Grey jika tersenyum. Benar - benar bagai mimpi sahabat masa kecilnya itu tiba - tiba kembali ke hadapannya. Selama 4 tahun, Rosaline sudah sempat begitu kecewa menunggu Grey kembali ke Indonesia atau setidaknya memberi kabar, tapi Grey bagai menghilang ditelan bumi, hingga hubungan persahabatan mereka terputus begitu saja, waktu itu.
"Kenapa Grey?"
"Kenapa apa?"
"Kenapa lo gak pernah memberi kabar? Kemana lo selama ini?"
Tiba - tiba kalimat itu meluncur dari mulut Rosaline. Gadis itu menarik tangannya dari genggaman tangan Grey, membuat pemuda itu terjengah, senyumnya hilang.
"Ehm..Gue..,"
"Empat tahun gue nungguin lo, Grey, tapi Lo...Lo seperti menghilang!"
Sorot mata hazel iitu mendadak berubah keruh. Grey memalingkan wajahnya ke arah lain, seperti tak berani membalas tatapan Rosaline.
"Lo gak pernah menelepon, gak pernah balas WA gue,"
"Gu - gue..,"
"Jawab gue, Grey!"
"Rosaline, please..,"
Grey berusaha meraih tangan Rosaline kembali tapi Rosaline menarik tangannya. Saat itu baru terlihat oleh Grey, ternyata Rosaline tidak lagi memakai gelang tali janji setia mereka.
"Ge - gelang lo?" Tanya Grey tergagap,
"Sorry Grey, gelang itu terpaksa gue copot..,"
"Why?"
"Karena gue mengira lo udah ngelupain gue, Grey, ngelupain persahabatan kita,"
Grey hanya bisa terpana menatap Rosaline, raut wajahnya semakin tampak tersiksa. Seolah ada berjuta kata yang ingin diucapkannya tapi tak mampu untuk terucap.
"Rosaline!" Sebuah suara panggilan menyentakkan Grey, juga Rosaline. Tampak Danni datang berlari - lari kecil, mendekati mereka. Oh Danni, gue lupa gue sedang nungguin dia di sini...
Kedatangan Danni jelas menyadarkan Rosaline pada kenyataan yang ada dihadapannya sekarang. Rosaline galau melihat ekspresi wajah Grey apalagi saat Danni sudah berdiri di sisinya. Yah Grey, satu pertanyaan gue lagi pada lo, kenapa lo baru muncul sekarang setelah gue sudah punya Danni...
"Sorry, kelamaan nungguin gue ya? Soalnya tadi harus briefing dulu dengan Tim Basket," kata Danni sambil tersenyum pada Rosaline, sebelum menoleh ke arah Grey.
Rosaline mengeluh dalam hati, melihat cara Danni dan Grey saling bertatapan. Karena tatapan mereka, sayangnya bukanlah tatapan yang menyenangkan.
"Dia? Anak baru itu kan?" Tanya kekasihnya itu dengan nada datar.
"Who is he, Rosaline?" Terdengar suara Grey juga, sama datarnya.
"Ehm anu, Grey, kenalin ini Danni, pacar gue," kering rasanya tenggorokan Rosaline saat mengatakan itu. Grey tak menyahut, sorot mata hazelnya menatap begitu keruh.
"Kok kalian udah saling mengenal?" Tanya Danni.
"Ayang, ternyata Grey sahabat masa kecil gue dulu," terang Rosaline pada Danni.
"Ooh..," dengan alasan basa - basi, Danni mengulurkan tangan pada Grey, sebagai salam perkenalan. Lama tangan Danni terulur, Grey hanya menatap, seperti tak ada niat membalas uluran itu.
"Rosaline, kenapa?" Begitu berat kata - kata itu diucapkan Grey sebetulnya, tapi pemuda bermata hazel itu tampaknya tak sanggup menahan rasa kecewa. Kecewa karena ternyata Rosaline sudah punya pacar. "Bu - bukannya kita punya janji setia untuk selalu bersama? Bukannya di Vlog kita dulu, lo bilang kita sahabatan sampe nikah..,"
"Grey!!" Rosaline terkejut, tak mengira Grey berbicara seperti itu di depan Danni. Gadis itu dengan panik, melirik Danni. Kekasihnya itu seperti terhenyak, membeku di tempatnya berdiri.
"Seberapa besar dosa gue, Rosaline, tell me? Karena 4 tahun gue gak ngasi kabar, inikah balasannya?" tapi Grey terus saja bicara.
Ya Tuhan, plis Grey, bisa gak lo berhenti ngomong? Batin Rosaline lemah. Gue tau lo kecewa, Plis maapin gue, Bukannya gue mengingkari kata kata gue dulu, bukannya gue gak setia, tapi gue juga gak tau harus gimana, Grey, seandainya lo gak pernah pergi ke Amerika, seandainya lo....Rosaline mendekap mulutnya, begitu gundah. Gak mungkin kan gue nungguin lo yang gak ada kabar? Waktu itu gue sedih banget kehilangan lo, Grey, saat gue masuk SMA dan ketemu Danni, terus - terang Danni yang ngobatin semua kesedihan itu, Danni yang bikin gue ceria lagi, Grey.
"Ada apa sebetulnya ini, Ros? Apa maksudnya 'Janji setia'?! Vlog apa?!" Terdengar Danni akhirnya bersuara, nadanya terdengar begitu dingin.
Rosaline memandang Grey dengan sedih. Dan asal lo tau, Grey, Danni mungkin gak bisa nerima kehadiran lo, karena Danni tuh orangnya sangat cemburuan dan posesif, baginya gak ada cowok lain di dunia ini yang boleh deketin gue, kecuali dia...