Contents
Misteri kelas IPA
5. Sosok hantu jahat
Malam hari saat Michelle sedang tidur, dia bermimpi kalau dia sedang berada dalam sebuah ruangan yang kosong dan gelap.
Dia melihat ke sekeliling dan sama sekali tidak ada barang apapun juga tidak ada siapapun.
Dia berjalan mencari pintu keluar sambil terlihat ketakutan namun sama sekali tidak ditemukan pintu ataupun jendela.
Dia mulai merasa sesak, air matanya tiba-tiba mengalir.
"Ini hanya mimpi, come on El. Bangun. Bangun." Kerongkongannya tiba-tiba menjadi kering hingga suaranya terdengar serak.
Kepalanya mulai terasa pusing hingga dia tergeletak tak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian Michelle terbangun dan terkejut ketika ibunya sedang duduk sambil menangis di sampingnya.
"Bu?" Michelle memanggil ibu nya dan berusaha untuk duduk.
"Kamu udah sadar nak, syukur alhamdulillah." Mila memeluk anaknya sambil tak hentinya menangis.
"Maksudnya apa bu? El kan lagi tidur." Michelle merasa kebingungan.
"Tadi ada temen kamu bawa kamu kesini nak, dia nemuin kamu pingsan dipinggir jalan." Jelas Mila yang membuat Michelle mengernyitkan dahinya tanda kebingungan.
"Bukannya ibu juga tau kan kalau El tadi sedang tidur?" Tanya Michelle merasa aneh.
"Ibu juga ga tau sayang. Tapi ga pa pa kan? Ga ada luka kan?" Mila melihat-lihat tubuh anaknya itu memastikan kalau Michelle bukan korban tabrak lari atau penganiayaan.
"Engga koq bu, El ga pa pa cuma sedikit sesak dan pusing." Michelle mengingat mimpi nya barusan. "Tapi bu, barusan El mimpi." Dia pun menceritakan mimpi itu ke ibunya.
"Apa mungkin kamu barusan berasa mimpi padahal nyata? Emm maksud ibu mungkinkah kamu jalan sambil tidur? Ngelindur gitu." Ucap Mila kelihatan mengejek.
"Ibuuu.. koq malah ngejek El sih." Michelle cemberut kesal.
"Ya habisnya ga masuk akal sayang, sekarang kamu tidur lagi aja. Udah malam banget nih." Mila melihat ke arah jam weker yang berada di atas meja samping tempat tidur Michelle. "Tuh, udah jam 11 malem." Ucapnya.
"Iya iya, tapi bu siapa temen El yang barusan nganterin El pulang?" Tanya Michelle penasaran.
"Ibu sih baru liat ya El, kalau ga salah tadi dia memperkenalkan nama. Emm siapa yaa?" Mila kelihatan berfikir. "Ri.. Ri.." Ucapnya sambil mengingat-ingat.
"Rifki bu." Tebak Michelle.
"Ahh iya, Rifki. Siapa El, pacar kamu ya." Mila menggoda Michelle.
"Bukan lah bu, dia murid baru. Baru hari ini El ketemu dia." Michelle berbohong, dia tidak ingin ibunya khawatir jika mengetahui beberapa kejadian yang berhubungan dengan Rifki.
"Masa sih El? Kenapa dia tahu rumah kamu?" Tanya Mila penasaran.
"Ga tau bu, aduh bu El tidur dulu ya takut besok kesiangan." Michelle kembali berbaring dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Ya udah sayang, good night." Mila mencium kening Michelle.
"Good night juga bu." Michelle membalas mencium pipi ibunya.
Setelah mematikan lampu kamar Michelle, Mila pun pergi keluar kamar.
***
Keesokan harinya saat istirahat disekolah Michelle berlari mencari Rifki dikelasnya namun menurut teman sekelasnya, Rifki pergi ke kantin.
Dengan cepat Michelle berlari ke kantin dan tidak sengaja menabrak Aldino yang sedang berdiri serius membaca mading.
"Sorry sorry Al, gue gak sengaja." Michelle memposisikan tangannya meminta maaf kepada Aldino.
"Ada apa sih chell, kenapa loe buru-buru gitu. Jangan-jangan loe di kejar setan ya." Celetuk Aldino sambil tertawa mengejek.
"Ngaco loe." Ucap Michelle sambil berjalan kembali.
"Loe tuh cantik tapi nakutin." Aldino bicara pelan kepada diri sendiri.
Michelle berbalik kembali setelah mendengar ucapan Aldino samar-samar. "Ngomong ke gue Al?" Tanyanya.
"Nggak, ke tembok." Jawab Aldino ketus.
"Ish." Michelle kembali berjalan dengan kesal.
***
Setelah sampai di kantin, Michelle menghampiri Rifki yang sedang makan lalu duduk di hadapannya.
"Loe tau dari mana rumah gue?" Tanya Michelle tanpa basa basi.
"Maksud loe?" Rifki bertanya balik tanpa melihat ke arah Michelle. Dia hanya fokus ke makanan nya saja.
"Semalem loe kan yang nganter gue pulang?" Tegas Michelle.
"Mimpi loe." Gertak Rifki.
"Loe ga bisa ngelak kali ini, karena ibu gue jadi saksinya kalau loe yang nemuin gue pingsan di pinggir jalan dan loe bawa gue ke rumah." Teriak Michelle sambil berdiri dan menggebrak meja sedikit keras.
Rifki menengok ke arah Michelle dan menatapnya tajam. Bola matanya membesar, mulutnya mengatup rapat. Kedua tangannya mengepal.
"Loe udah hancurin selera makan gue. Ngeliat muka loe aja gue udah enek apalagi liat loe tiba-tiba marah ga jelas. Untung loe cewe, kalau bukan. Udah gue kasih pelajara loe." Rifki ikut berdiri dan menunjuk muka Michelle dengan jari telunjuknya kemudian pergi dengan kesal.
"Hey, gue belum selesai ngomong ya." Michelle teriak namun Rifki seolah-olah tidak mendengarnya. Dia terus saja berjalan menjauhi Michelle yang masih kelihatan kesal.
"Euhhh." Michelle menggebrak meja dengan keras.
***
Bel masuk pun berbunyi, semua siswa berlarian menuju kelasnya masing-masing begitupun dengan Michelle.
Setelah sampai di kelas, dia duduk disamping Rara dengan kesal.
"Kenapa Chell?" Tanya Rara bingung.
"Gue kesal Ra, gue kesel sama si Rifki murid baru itu." Jawab Michelle sambil memukul-mukul tasnya karena kesal.
"Koq bisa Chell?" Rara penasaran.
"Tadi di kantin dia.. ." Michelle menghentikan kalimatnya. Dia lupa kalau Rara tidak mengetahui kejadian semalam dan ia enggan menceritakannya karena takut terlalu horor bagi sahabatnya yang penakut itu. "M-mm pokoknya tadi gue ketemu dia di kantin, dia sombong dan so cakep gitu." Dia berbohong.
"Tadi katanya loe ga mau ke kantin. Tau gitu gue sama Tasya nyusulin loe abis dari perpus." Rara cemberut.
"G-gue ke kantin nyari kalian tau."
"Kan tadi gue bilang mau ke perpus nyari buku. Karena loe bilang ga laper jadi kita langsung ke kelas ga ke kantin dulu."
"Oh.. gue ga ngeuh, sorry." Michelle tersenyum malu.
Saat sedang fokus menatap ke depan tiba-tiba Michelle melihat sosok perempuan dengan rambut panjang terurai menutupi sebelah wajahnya. Dia memakai seragam sekolah yang sama dengan Laura, sosok hantu yang mirip dengan Michelle. Namun seragamnya terlihat lusuh dan kotor bahkan di rok nya ada beberapa robekan.
Matanya hitam kelam menatap tajam ke arah Michelle, wajah yang tadinya tertunduk mulai terangkat dan rambutnya tiba-tiba tersibak sehingga menampakan wajahnya secara keseluruhan. Matanya benar-benar melotot seolah sedang marah, bibirnya menyeringai memperlihatkan gigi taringnya yang tajam.
Michelle mulai merasa sesak, keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya. Melihat sahabatnya seperti itu, Rara mulai merasa panik. Sesekali dia menggoyang-goyangkan tubuh Michelle namun Michelle tidak merespon sama sekali. Matanya terus melotot ke depan.
Tiba-tiba tubuh Michelle bergetar hebat hingga semua siswa yang ada di kelasnya berlari ketakutan keluar kelas. Guru yang hendak masuk pun memilih untuk kembali ke ruang guru untuk melaporkan kejadian yang menimpa Michelle.
Rara menangis ketakutan namun tak tega jika harus meninggalkan Michelle dengan kondisi seperti itu. Tasya berusaha menenangkan Rara walau sebenarnya dia juga merasa takut.
Tiba-tiba tubuh Michelle melayang, dia menjerit sambil merentangkan kedua tangan dan kakinya.
***