Try new experience
with our app

INSTALL

TERKA 

Prinsip Kejelasan

“grubyakk!”

Suara pintu terbuka dengan keras oleh Andin yang baru datang dari ruangan Al dengan amarah terengah-engah. Sontak mata oarang yang ada di ruangan itu membulat kearah Andin yang barusan datang.

 

“Bu Andin ada apa?” tanya salah satu staff accounting yang ada di ruangan

“Mana Rifki?!”

“Anu bu Rifki lagi saya suruh beli materai” cetus salah satu cewek di ruangan itu

“Nanti kalo dia udah dateng, suruh temui saya di EDR!!” perintahnya lalu keluar dari ruangan.

 

>>>

 

Sambil bekerja entah kenapa Al tidak berenti memikirkan bagaimana jawaban Andin besok. Ia sangat berharap jika Andin mau mengambil kesempatan yang ia berikan. Al sangat yakin dengan intuisinya bahwa Andin memang cocok untuk menggantikan Elsa menjadi Assisten pribadinya.

 

“Hehm Andin Karisma” cerkehnya sendiri sambil tersenyum

 

“Tok-tok-tok!”

Sampai ketukan pintu mengagetkan dirinya yang senyum-senyum sendiri melihat data diri Andin yang terpampang di layar komputer miliknya.

 

“Ya Masukk!”

“Permisi pak,” pria bepakaian satpam memasuki ruangannya dengan penuh kesopanan.

“Oh pak Adi, silakan duduk pak”

“Terima kasih, pak. Pak Al ini saya langsung saja ya, saya sudah mulai mencari informasi tentang pria berjaket ini. Bapak coba lihat video ini”

 

Pak Adi menunjukkan video CCTV jalan raya dari layar Hpnya.Terlihat sosok berjaket hitam itu memarkirkan motor di depan gedung dan sanget beruntung pak Adi, plat  nomor motor milik pria itu terlihat.

 

“Dan setelah saya melakukan pengecheckan ke kantor polisi, motor ini milik pria bernama Toni, dan saya sempat melihat motor yang sama ini tadi pagi mengantar salah satu staff disini.” papar pak Adi

“Staff disini?”

“iya pak, ini rekaman CCTVnya”

 

Sosok Rifki terekam dari video itu, Rifki yang baru datang pagi ini diantar oleh anak dari ibu kosnya, yaitu Toni.

 

Semakin bingung Al dengan petunjuk hari ini, bagaimana bisa anak ingusan yang bertemu dia pagi ini punya hubungan dengan peneror dirinya di basement.

 

>>>

 

Tidak biasanya Andin mengambil jam makan siangnya lebih awal, namun karena ulah Rifki hari ini membuat rasa laparnya datang lebih cepatt.

 

“Wihh bu Andin, tumben dateng cepet” celetuk penjaga EDR

Andin melengos, sambil mengambil nasi dan ayam bakar yang ada di hadapannya cukup banyak.

 

“bu jangan makan banyak-banyak kali yang lain dibagi, saya juga mau” ujar penjaga

“Diam!” gampar Andin menyodorkan Tong yang ia pegang untuk mengambil lauk

“ehhh iya bu santai-santai, saya becanda kok. Ambil lagi aja kalo mau bungkus gapapa saya siapkan” kata penjaga ketakutan

“Gak makasihh!” berjalan menuju meja makan

“ibu cantik-cantik galak” gerutu sang penjaga.

 

Andin melahap makanan di hadapannya sambil merasa emosi karena ulah Rifki. Memang ketika wanita 27 tahun ini ketika merasa marah ia akan makan sebanyak-banyaknya.

 

Tiba-tiba suara cowok yang tidak asing di telinganya terdengar sangat dekat dari telinganya.

 

“Mbak Andin, tadi cari saya?” Rifki yang tiba-tiba berada di sampingnya

“Tunggu! Kamu duduk pojok sana. Saya mau makan dulu!”

Rifki nyegir sambil menelan ludah melihat Andin yang makan begitu lahap, tapi mau bagaimana lagi, ia harus menuruti atasannya.

 

Andin tidak mau meledak-ledak dengan emosinya, ia akan mengontrol dirinya dengan makan terlebih dahulu, agar jangan sampai ketika ia emosi mengumpatkan kata-kata yang mungkin membuat sakit hati orang lain.

 

Setelah berhasil ia meredamkan emosinya, baru Andin memanggil bocah magang yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu. 

 

“Rifki! Sini!” pinta Andin

 

Rifki yang tengah asyik menyantap ayam bakar, menatap lucu atasannya itu.

 

“He bu, saya makan dulu ya” cengengesan

“oke!, jangan lama-lama!”

“Siap ibu Andin cantik” melanjutkan makannya.

 

Rifki terlihat seperti tidak memiliki beban apapun, padahal Andin sudah menunjukkan emosi yang mengapi-api tidak menggoyahkan sifat santai Rifki.

 

“Eeeegggkkk” sendawa Rifki setelah minum air putih habis makan.

Melihat tingkah aneh adiknya itu Andin hanya bisa nyengir, pikirnya “ini bocah udah gak makan berapa bulan?” 

“Eh tapi gue juga makan banyak hari ini, ehm” lanjutnya dalam pikiran.

“Sudah ? kenyang?” tanya Andin sambil menghapiri Rifki yang duduk di pojokan.

“Sudah” jawab Rifki tersenyum

“Rifki!, kamu kenapa bilang ke pak Al kalo saya mau jadi assistennya, emang kamu pernah denger mbak bilang ke kamu kalo mbak pengen jadi assisten?” ungkap Andin lancar.

“Eitss, pelan-pelan mbak”

“ya jawab kenapa?”

“gina mbk Andin, sebelumnya anak buah mbak yang lancang ini minta maaf yang sebesar-besarnya. Tapi maksud aku baik kok mbak” jelas Rifki

“Mbak nggak maafin kalo kamu gak kasih tahu alasan yang jelas”

“Jangan dong, iya deh sebagai anak accounting yang baik yang menganut prinsip accounting, yaitu kejelasan, saya akan menjelaskan maksud saya, maksud saya itu adalah.._”

“Rifki!, cepat jangan banyak ngomong!”

“Iya ini mau jelasin, jangan di potong. Mbak Andin kan pernah bilang kalo mbak kesulitan finnansial, harus banyak kontrakan terus biaya berobat ibu mbk, ya aku pikirnya kalo mbak jadi assisten seorang CEO pasti gajinya lebih gede” ungkap Rifki

 

Ternya maksud Rifki baik, ia ingin membantu Andin untuk mendapatkan uang bulanan yang lebih besar.

 

“Tapi kamu kan nggak tau mbak mau atau nggak?”

“Lha itu, saya kan cuma kasih saran ke pak Al bukan maksa pak Al buat jadiin mbk assisten dia”

 

Jika dipikir-pikir, Rifki juga tidak salah ia hanya anak-anak yang masih perlu banyak bimbingan tentang manner di lingkup perusahaan.

 

Andin pun tidak bisa berbicara apa-apa lagi, jika Rifki sudah mengeluarkan pernyataan yang menurut dia benar. Rifki memang anak yang luar biasa bisa membuat siapa pun tunduk dengan statementnya bahkan seorang CEO pun takluk dengan perkataan dia.

 

>>>

 

Al membuat alarm tepat pukul 2 siang. Ia harus menyelesaikan pekerjaanya tepat pada jam tersebut, karena ia tahu, membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk perjalanan menuju rumah sakit tempat Michelle tugas.

 

Akhirnya ia bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai alarm yang ia buat, bahkan ia melewatkan jam makan siangnya untuk bisa mengejar waktu. Al sangat penasaran, apa yang akan Michelle katakan tentang Elsa.

 

Buru-buru ia kembali memakai jas hitam yang ia gantung di gantungan dekat kursi kebesarannya.

 

Ketika keluar dari ruangan, ia masih melihat garis polisi berada di depan hal ini lah yang membuat rasa penasarannya semakin membara. Melewati garis polisi itu ia berjalan laju menuju lift yang berada 5 meter dari ruangannya.

 

Setelah menekan tombol panah bawah, lift pun terbuka, segera ia masuk dan menekan tombol LG. Ketika menekan tombol Lift  LG entah kenapa ia teringat hari kemarin, saat ia dan Andin berada di dalam, tanpa sadar senyum salah tingkahnya mengembang.

 

“Al lo kenapa sih” gerutunya sendiri memukul-mukul kepalanya.

 

Setelah layar menunjukkan lantai LG pintu lift terbuka, Al segera keluar. Seperti De javu, padahal ini alur yang ia lakukan setiap pulang kerja, bedanya hari ini masih banyak mobil terparkir di basement itu, karena hari ini ia meninggalkan kantor lebih awal.

 

Note : 

-EDR : Employee Dinning Room (Ruang Makan untuk para Staff di suatu perusahaan)

-Tong : Penjepit Makanan