Try new experience
with our app

INSTALL

TERKA 

Mengontrol Diri

“benar pak Adi?” tanya Al kepada sosok satpam yang berjaga didepan

“Bee be benar pak” jawab Pak Adi terlihat ketakutan karena Al datang dengan raut wajah yang cukup serius.

“Ada apa pak?, ada yang bisa saya bantu?” tanya satpam itu menunduk ketakutan.

 

Sebenarnya bukan sifat asli Al jika ia marah meledak-ledak, tapi entah rasanya hari ini ia ingin memarahi satpam itu. Sebenarnya menurut Al satpam itu tidak sepenuhnya salah, karena memang keadaan kemarin begitu riuh, sehingga pengawasan tidak bisa dilakukan secara maksimal.

 

“Kamu tau kamu sudah lalai kemarin?”

“Lalai?,”

“Sekarang kamu pergi ke ruang CCTV, coba check apa kelalaian kamu. Kalo sudah tahu, silakan nanti setelah jam makan siang ke ruangan saya” perintah Al, lalu meninggalkan satpam itu.

 

Al mencoba mengontrol emosi didalam dirinya, karena ia tidak ingin kembali memenuhi ruang rasa bersalahnya karena memarahi orang yang tidak cukup bersalah dalam kejadian ini.

 

>>>

 

Al berjalan kembali keruangannya,

 

“Pak Al!” seru seorang cowok dari arah belakangnya

 

Al menoleh menuju sumber suara itu, ternyata Rifki. Al pun terheran-heran anak magang yang punya nyali besar memanggil seorang CEO dengan berteriak, dari kajauhan. Terlihat Rifki berlari menghampiri tempat Al berdiri, orang di sekitar lobby pun tercengang dengan keberanian. 

 

Disaat yang lain hanya sekedar menyapa, tidak dengan Rifki iya berusaha ingin berinteraksi lebih lanjut dengan sosok yang paling dihormati di gedung itu padahal ia hanya anak magang.

 

“Kamu panggil saya?” tanya Al memastikan

“He iya dong pak, emang disini ada yang namanya pak Al selain bapak?” ujar Rifki cengengesan

 

Al hanya bisa nyengir, ia terheran-heran, pikirnya untuk apa anak magang ingusan ini memanggilnya.

 

Mata Rifki mengedar kesekitar, ternyata banyak orang di lobby itu, lalu ia menggeret tangan CEO itu kearah lebih dalam gedung itu untuk menuju tempat yang lebih sepi.

 

Saking herannya Al hanya bisa mematung, dan ikut geretan tangan anak magang itu, entah mau berbicara apa dia.

 

Setelah berada di tempat yang sekiranya tidak ada orang yang memerhatikan mereka, Rifki melepaskan gandengan.

“Pak maaaff banget saya lancang” ujar Rifki

“Iya kamu emang lancang ! kamu tahu kan siapa saya disini?” kata Al melipatkan kedua tangannya didepan sambil mengeluarkan ekspresi sok tegas.

 

Al sendiri tidak masalah dengan hal ini, sebenarnya ia sangat senang jika bisa dekat dengan staf-stafnya termasuk anak magang.

 

“Iya maaf pak” menunduk

“ya sekarang kan emang udah terlanjur, kamu mau apa?”

“Gini ya pak, tadi saya baca group kalo bapak cari assisten baru, benerkan?”

“iya, terus kamu mau ngelamar?, OH NO NO!, saya mau assisten saya perempuan” tangkas Al

“Astaga! Bapak jangan-jangan_” Rifki menutup bibir dan membelalakan mata

“Jangan-jangan apa?, kamu jangan pikir saya suka aneh-aneh ya, saya minta perempuan karena ya perempuan lebih rapi, teliti dan telaten aja, gak ada maksud lain” jelas Al

“ckckck”decak Rifki melipatkan tangan

 

Sontak Al nyegir kaget melihat anak magang ini semakin berani didepannya.

 

“Pak Al gini ya, sebenarnya saya itu bukan mau menawarkan diri, tapi saya mau memasukkan mbk Andin sebagai kandidat, soalnya kasian banget pak Mbk Andin kayaknya butuh gaji yang lebih gede” papar Rifki

“Andin?”

“Iya mbk Andin, yang pak Al mintain tolong buat cari orang kemarin”

“Ehmmm okey nanti saya pikir-pikir dulu ya, Eh tunggu kamu anak kampus mana? rasanya saya lihat nyalimu besar juga” tanya Al

“Oh saya!, dari kampus paling keren di Jakarta pak, udah pak saya mau balik kerja, tadi saya kabur sebentar, bye pak!” Rifki meninggalkan CEO itu.

 

Al menggelengkan kepalanya.

 

>>>

 

Andin menatap serius Rifki yang baru saja datang.

 

“Rifki!, dari mana saja kamu?!” tanya tegas Andin

“Foto Copy” jawab Rifki ngeles

“Hey mbk suruh kamu cuma foto kopi ya bukan minum kopi. Kamu tahu kan sudah berapa menit kamu keluar?” omel Andin

“Ya mbak saya minta maaf, tadi antri mesinnya jadi sambil ngopi deh”

 

Rifki selalu punya alasan untuk mengihdari kesalahan, tapi Rifki merupakan sosok yang cerdas sakin cerdasnya ia bisa mengalihkan pernyataan apapun hingga lawannya bingung mau berkata apa lagi.

 

“udah kamu lanjut, kerjain bill ini!” Andin menyodorkan kertas-kertas bill.

 

Mata Rifki membulat besar, ekspresi kaget keluar, ia hanya bisa menelan ludah kali ini, tapi demi nilainya bagus ia harus menuruti apapun kata Andin.

“Ya ini sih, harusnya gaji dobel mbak” gerutunya

“APA?!” Andin membulattkan mata

“Eh nggak-nggak, saya kerjain”

 

“Kriingg-Kringg-Kriingg”

 

“selamat pagi dengan Andin disini ada yang bisa di bantu?”

“Pagi, Andin ini saya pak Al, kamu bisa ke ruangan saya sekarang?”

 

Andin terkaget, untuk apa tiba-tiba pak Al memanggilnya ke ruangan. Pikirannya jadi tidak karuan, ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenap ia harus menghadap atasan langsung. Pikirnya apakah ia akan terkena PHK.

 

>>>

 

Di ruangan Al sudah berdiri pak Adi, satpam yang ingin ia tegur karena sebuah kelalaian. Namun Al tidak ingin hanya menegur, Al ingin memberikan sebuah tanggung jawab akibat dari kesalahan pak Adi, yaitu mencari tahu siapa sosok yang mebuat coretan di basement.

 

“Baik pak, saya akan coba cari tahu” ujar pak Adi

“Okey, nanti kamu ada bonus, kalo kamu bisa menemukan orang ini”

 

Setelah pak Adi keluar dari ruangan itu, sekarang gantian Andin masuk ke untuk menghadap Al.

 

“kamu tahu kenapa saya panggil kamu kesini?” tanya Al kepada Andin yang sekarang duduk di hadapannya.

Tanpa menjawab Andin hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya.

 

Tanpa basa basi Al langsung menyodorkan pertanyaan tentang saran Rifki tadi pagi.

 

“kamu bener mau jadi Assisten saya?”

 

Betapa kagetnya Andin ketika mendengar pertanyaan dari Al, ia merasa tidak pernah punya keinginan untuk mendaftar jadi Assisten CEO ini. Ia membayangkan betapa sibuknya menjadi seorang Assisten pribadi pimpinan perusahaan. Untuk jabatan yang ia pegang sekarang saja, sangat menguras waktunya untuk di rumah apalagi menjadi Assisten.

 

“Maaf pak sebelumnya, memang bapak kemarin menyuruh saya buat cari assisten buat bapak bukan berarti saya mau menawarkan diri” jelas Andin

“Tapi kata.. ehhmm siapa si anak magang. Bukannya kamu butuh kenaikan gaji?” ujar Al

“Riffkii! Beraninya anak itu..” gerutu Andin sendiri

“Gimana Andin?”

“Ehmmm kalo itu saya pikir-pikir dulu ya pak”

“Okeyy, saya tunggu jawaban dari kamu paling lambat besok siang” Kata Al langsung mempersilaka Andin keluar ruangan

 

“Gila orang ini sombong amat ya, main suruh keluar-keluar aja” ungkapanya dalam hati

 

Sepertinya Al tertarik untuk menjadikan Andin assisten baru, karena menurut Al Andin bisa mengontrol emosi ketika Al menunjukkan sikap seorang CEO sombong. Dan pikirnya seorang yang bergelut di bidang accounting merupakan orang-orang yang teliti, telaten dan tekun.

 

“Ihh ngapain gue senyum-senyum” ungkapnya sendiri, ketika Andin keluar dari ruangan.

 

“Thing!”

 

“Kak ntar sore jemput gue lagi ya, ada sesuatu yang mau aku omongin soal penyelidikan Elsa. Jangan telat jam 3 sore pas! Thx kakak sok Cool”