Contents
After One Night
Bab 7
Di tempat lain, di sebuah perusahaan Al-Fahri Group. Aldebaran baru saja menyelesaikan meeting bersama dengan para bawahannya untuk membahas proyek baru yang direncanakan akan dimulai di bulan mendatang.
Itu adalah sebuah proyek pembangunan apartemen yang diperuntukkan untuk orang-orang tua atau seorang pensiunan yang ingin menghabiskan waktu masa tuanya di tempat nyaman serta tidak lagi perlu berurusan dengan pekerjaan mengejar dunia.
"Purnomo baru saja menghubungi saya, Pak. Dan memberitahu kalau Ms. Andin telah tiba di apartemen." ujar Rendy seraya membukakan pintu kantor.
"Apakah asisten pembantu yang aku suruh panggil sudah datang?"
"Ya, Pak. Asisten pembantu telah bersiap sejak pagi tadi."
"Kalau begitu beritahukan padanya untuk melayani Andin dan memberikan apa pun yang wanita itu mau. Jangan lupa untuk memberitahu bibi itu soal kehamilannya pula."
Aldebaran duduk di kursi kerjanya. Jari-jarinya mengetuk meja saa ia tengah memikirkan apakah harus pulang lebih awal untuk menyambut kedatangan wanita itu atau tidak.
"Jadwalku sore ini."
"Anda memiliki janji temu dengan perwakilan dari Leora Investment pada pukul tiga sore. Setelahnya, memiliki jadwal makan malam bersama dengan Nona Michelle."
Makan malam yang dimaksud Rendy tak lain juga berkaitan dengan pekerjaan. Nona Michelle tak lain adalah putri bungsu dari wali kota saat ini yang ditunjuk sang ayah untuk menggantikan ayahnya sendiri demi bertemu dengannya.
Walau Aldebaran tidak bertanya lebih lanjut alasan sang ibu yang menyuruhnya datang bertemu para wanita setiap beberapa hari sekali, tapi ia sudah bisa menebak jalan pikiran mamanya yang ingin sekali melihat dirinya menikah.
"Bisakah makan malam ini di batalkan?" Al bertanya antisipasi meski dia sendiri sudah tahu jawabannya.
Rendy menggelengkan kepalanya, "Maafkan saya, Pak. Tetapi Anda tidak bisa membatalkannya lagi. Jika Bu Rossa mendengar Anda menolak bertemu dengan wanita yang telah dipilihnya, kemungkinan besar beliau akan sangat marah."
Apabila sebelumnya Aldebaran bisa-bisa saja menolak pertemuan itu, tapi setelah sang mama memberinya teguran keras dan mengancam akan kembali ke Amerika, ia akhirnya tak punya pilihan selain setuju bertemu.
Beruntungnya wanita terakhir yang ia temui memiliki pendapat yang sama dengannya. Tidak buru-buru untuk menikah dan lagi wanita itu telah memiliki kekasih. Namun desakan dari keluarga membuat mereka tak punya pilihan lain. Sama seperti yang dia lakukan.
"Kau bisa kembali ke tempat kerjamu." Suruh Al pada Rendy.
Selepas kepergian Rendy, Al berdiri dari duduknya, lalu berjalan menuju ke pinggir jendela demi melihat pemandangan di luar yang dipenuhi oleh orang lalu lalang. Ponsel ditangannya terus dipegangnya, dan nama Andin tertera di layar.
Hubungan mereka tidaklah dekat, ia tahu itu dengan pasti dan itulah sebabnya akan aneh sekali apabila ia tiba-tiba saja menghubungi Andin lalu bertanya hal-hal tak penting seperti apakah dia suka dengan apartemennya? Apakah Andin tidak keberatan jika mereka tinggal bersama? Atau apakah Andin memiliki persyaratan lain yang harus dirinya penuhi selagi mereka nantinya akan menjadi roommate?
Andin adalah wanita pertama yang tidak ditolak oleh Al untuk tetap tinggal di sisinya. Dan dia tidak keberatan akan fakta tersebut. Padahal jika itu orang lain, tak mungkin Al melakukan semua itu.
"Mungkin karena dia sedang hamil anakku. Itu sebabnya aku jadi aneh begini." Al meyakinkan dirinya sendiri seolah segala toleransi dan kebaikannya murni demi mempertahankan anak yang di kandung oleh Andin. Mengenai bagaimana perasaannya sendiri yang mulai terbiasa dengan keberadaan Andin, dia tidak terlalu memikirkannya.
Sore hari berlalu begitu cepat. Saat Aldebaran menyelesaikan sisa pekerjaannya di hari itu, Rendy masuk ke dalam ruangan demi mengingatkan dia tentang makan malam itu.
"Anda akan menyetir sendiri?" Rendy bertanya untuk memastikan.
"Ya, kau boleh pergi sekarang."
"Pak Al, Anda tidak boleh tidak hadir ke pertemuan itu. Bagaimana kalau saya mengantar Anda seperti biasa?"
"Kali ini aku akan pergi menemuinya," ujar Aldebaran jengkel seraya menyipitkan matanya berbahaya.
"Saya hanya takut Anda mengingkari janji lagi. Apabila Nyonya mendengar Anda begitu, saya lah yang harus menanggung kemarahannya pertama kali. Dan mungkin, ini akan jadi hari terakhir saya bekerja bersama Anda."
"Mama mengancam akan memecatmu?"
Rendy mengangguk, "Maka dari itu, saya mohon agar Anda datang. Saya dengar kalau Nona Michelle orang yang dewasa. Saya telah menyelidiki tentangnya dan seperti yang diberitakan, beliau sangat baik dan berbeda dari wanita-wanita yang Anda temui sebelumnya."
"Kau tidak perlu banyak omong lagi. Pergilah."
"Kalau begitu, saya izin undur diri, Pak."
Selepas kepergian asistennya, Aldebaran tinggal sebentar di kantornya. Barulah saat waktu telah mendekati makan malam, ia bangun dari duduk, mengambil kunci mobil lalu pergi ke tempat yang telah di janjikan.
Setibanya pria itu ke lokasi, ia diantar oleh pelayan ke tempatnya. Meja itu kosong dan terletak di dekat jendela, dengan pemandangan di luar yang sangat indah.
"Apa Anda telah lama menunggu?"
Suara seorang perempuan mengejutkan Al yang awalnya menikmati pemandangan.
"Tidak juga. Silahkan duduk," Dia bahkan tidak repot-repot menarik kursi teman kencannya malam itu dan malah sibuk dengan minuman di tangannya.
Michelle tersenyum maklum, "Di lihat dari penampilan Anda, tampaknya Tuan Aldebaran tidak suka dengan pertemuan ini."
Al terdiam, tapi sorot matanya yang tadi acuh tak acuh kini melirik wajah wanita di depannya.
"Saya akan langsung saja pada intinya. Daddy berharap besar pertemuan kita ini berjalan lancar dan tidak harus berhenti di sini. Bagaimana menurut Anda?"
"Saya belum tertarik untuk menikah," jawabnya blak-blakan.
"Apa karena alasan ini pula yang membuat Anda akhirnya memutuskan pertunangan dengan model itu?" Michelle tampak lebih santai namun mempertahankan sikapnya yang anggun, "Awalnya saya tidak tertarik dengan gosip, tapi karena ini menyangkut calon laki-laki yang Daddy perkenalkan pada saya, terpaksa saya mengikuti kehidupan pribadi Anda sebelumnya."
AlAldebaran masih mengamati, dalam batinnya dia bertanya-tanya apakah penyelidikan Rendy tentang wanita yang ditemuinya malam ini benar adanya atau tidak?
Setelah lama diam, Al akhirnya bicara. "Tidak masalah, lagi pula itu hanya masa lalu. Namun, sayang sekali saya harus memberitahu Anda, Nona Michelle kalau saya sudah punya kekasih saat ini. Saya harap Anda dapat menerima kenyataan ini dengan baik dan memberitahu Tuan Suwandi bahwa saya meminta maaf. Mama telah salah paham, mengira bahwa saya masih sendiri."
Michelle menaikkan sebelah alisnya, "Bukannya tadi Anda bilang tidak buru-buru ingin menikah?"
Al mengangkat bahunya lebih santai, "Tidak buru-buru ingin menikah bukan berarti saya tidak tertarik memiliki kekasih,"
Michelle meminum winenya sekali teguk, "Ini merupakan berita bagus yang pernah saya dengar. Bagus bila memang Anda sudah memiliki kekasih. Karena saya juga demikian."
Aldebaran menarik sudut bibirnya melengkung sedikit, "Jadi, apakah ini akan menjadi pertemuan terakhir kita?"
"Bisakah saya meminta bantuan Anda, Tuan Aldebaran. Tentu saja ini tidak gratis. Saya dapat membantu Anda pula sebagai gantinya." ujarnya dengan mulut tersenyum.
Al sudah akan menolak, sebelum kemudian perkataan Michelle membuatnya kehabisan kata-kata.
"Bawahan saya tak sengaja menemukan 'kekasih' yang Anda maksudkan ini masuk ke dalam apartemen Anda. Menilik dari bagaimana tersembunyinya tempat itu, saya kira keberadaan kekasih Anda tidak boleh ada yang tahu. Jadi, apa Anda tertarik untuk bekerjasama dengan saya?"
Pria tampan itu bisa saja menolak. Tetapi, keadaan Andin bukanlah saat yang tepat untuk diberitahukan pada keluarganya pada waktu ini. Kalau bukan karena asumsi Michelle benar adanya, bahwa ia memang sengaja menyembunyikan keberadaan Andin, dia mungkin tak akan mau dengan permintaan bantuan yang Michelle minta.
"Saya akan mendengarkan dulu permintaan Anda sebelum akhirnya memutuskan apakah menerimanya atau tidak, Nona Michelle. Permintaan Anda adalah...?"
"Ini tidak sulit kok," kata Michelle sambil memainkan pinggir gelas di atas meja, "Saya hanya mau Anda mempertahankan hubungan baik ini lebih lama lagi. Paling tidak satu atau dua bulan saja. Sampai Daddy mengira bahwa kencan malam ini berhasil. Setelah masa itu habis, saya dapat berjanji bahwa saya tidak akan menganggu Anda lagi, Tuan Aldebaran."
"Anda meminta saya untuk menjadi kekasih Anda?" Aldebaran tampak tidak senang dengan ide itu.
"Tepatnya, hanya pura-pura saja. Bagaimana?"