Try new experience
with our app

INSTALL

Tiba-Tiba Sah 

Masalah Yanto

Berpikir untuk mencari cewek secara mendadak, itu sangat tidak mungkin, bukan semudah membalikkan mangkok bakso, membuka hati adalah seperti menarik tambang pada lomba tujuh belas agustus dengan lawan yang punya otot kuat. Anjuran teman-temannya untuk mencoba berkenalan dengan cewek disekitar kantor saja tidak ada yang menyentuh hatinya, apa lagi jika Wira mencari cewe dengan dunia yang cukup luas ini. Wira masih bersikukuh dengan prinsip hidupnya, begitu kuat hingga dirinya sendiripun tidak kuat untuk menarikknya.

“ Bro boleh gabung nih?”

“ Boleh-boleh, duduk aja” Yanto mempersilakan Wira untuk duduk disampingnya.

“lu liat apa nih” ajuan pertanyaan Wira melihat Yanto yang makan namun terus fokus pada hpnya.

“ Ini nih, gue lagi cari gedung”

Gedung?, pikir Wira pasti Yanto mau nikah, karena orang yang ingin menikah pasti akan sibuk terus buat cari gedung, gaun, souvenir dan printilan lainnya. Mendengar jawaban dari Yanto yang masih terfokus, ia tidak ingin melanjutkan obrolan itu, ia takut jika pertanyaan horror akan mulai terlontar untukknya.

“Ooohhhh”

“ Kok Oohhh Sih, lu gak mau bantuin gue?” tiba-tiba Yanto menatapkan mata bulat kearah Wira yang sedang menyantap makan siangnya.

“ Heeeehhhh, gue nggak ngerti soal gedung-gedung gituan?”

“ Annj*r lo kan yang biasanya cari buat acara ini”

“Eh bentar dulu nih, lo mau cari gedung buat apa?”

“ Wira joter JOMBLO PINTER, gue lagi cari gedung buat acara peresmian bulan ini”

Entah kenapa sejak ibu Wira menanyakan soal pasangan, ia sangat sensitive dengan sesuatu yang masih ada hubungannya dengan menikah, perasaan, hati atau pasangan.

“ Woii sorry- sorry jangan ngegas dulu dong, gue kira lho lagi cari gedung buat_”

Wira menghentikan kalimatnya karena takut menyinggung Yanto.

“ lo kira gue mau nikah?”

“ Ahhhh udah sorry, iya-iya nanti gue bantuin” Wira merangkul pundak sahabatnya itu.

“ ehhmmmm HIAAAAA HIAAAAA”  secara tiba-tiba Yanto menangis kenceng, hingga membuat Wira malu sendiri dilihat karyawan lain yang ada dicaffe

“ Ehhh lu apaan sih, malu lu bisa diem gak?”

“ Cewe gue minta putuss, HIAAAA HIAAAAA” Yanto masih menangis,

Wira bingung harus bagaimana, ia melihat sekeliling semua orang melirik kearah mereka.

“Aduhhh cup cup,” Wira mencoba untuk menenangkan Yanto yang terus mengeluarkan air matanya, Wira mengelapkan jasnya.

“ Emang lu putus kenapa?”

“ Dia_ HAAAAA HIAAAAAA HIAAAA”

“ Hadeuuuuhhhh” Wira memukul jidatnya,

Yanto masih terus menangis terisak-isak, hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian yang lain.

“ Kalian sosweet ya” ujar salah satu karyawan yang melewati mereka

Wira tampak malu, namun ia juga tidak bisa meninggalkan sahabatnya yang sedang sedih itu. Ia menahan perasaannya dan mencoba menenangkan Yanto, hingga terdiam tenang dan akhirnya Yanto mau bercerita ke Wira.

“ lo tau gak?” mengelap ingusnya dengan tissue

“ Ya gak lah,”

“ coba in nih enak?” menyumpel tissue ke mulut Wira,

“ lo apaan, kayak cewek”

Yanto orang sangat lucu,ia punya pribadi yang menyenangkan ia selalu menjadi penghibur untuk yang lain. Bahkan ketika sedihpun tingkahnya masih terlihat lucu.

“ Jadi gini nih, kemarin gue makan nasi goreng bareng dibelakang kantor, kita ngobrol-ngobrol teruss_”

“Terus apa?” menyeruput es jeruknya

“ Tunggu dong, lo jangan potong”

“ Iya, lanjut-lanjut”

“ Jadi kita punya rencana kalo kita punya anak nanti, gue pengen kalo anak kita nanti bakal panggil mimi pipi, nah si Reyna minta panggilnya ayah bunda” yanto bercerita menunduk.

Mendengar cerita Yanto, Wira ingin menahan tawa tapi karena sahabat karibnya sedang sedih meskipun sedih karena hal yang secara logika tidak perlu diperdebatkan menurutnya. Namun dengan cerita Yanto ini ia juga belajar jika suatu saat nanti ia siap untuk membuka hati untuk seorang cewek.

“ Hey jadi menurut lo gimana?, gue harus nurutin Reyna atau gak?”