Contents
Detektif Narel dan Faren: PANDORA
Artis Idola
DI sebuah warung mi ayam yang letaknya tak jauh dari kantor polisi, dua orang pria muda sedang fokus kepada pemandangan di luar jendela. Mi ayam yang mereka pesan nyaris dingin tanpa tersentuh sedikit pun, karena keduanya sibuk mengamati sepasang pria dan wanita yang baru turun dari mobil di seberang jalan. Salah satu dari dua pria muda itu memegang sebuah teropong binokular, sedangkan yang satunya sibuk memotret dengan ponselnya.
“Ren, itu orangnya, kan?” ucap pria yang berjaket biru tua sambil melihat melalui teropong binokularnya.
“Benar, tidak salah lagi. Akhirnya mereka tertangkap basah sedang pergi berdua lagi,” jawab pria satunya. Ia lalu mengetikkan pesan di ponselnya.
“Naren? Farel? Sedang apa kalian di sini?” tanya Karin, anggota tim Tindak Kriminal Satu yang sejak tadi mengamati kedua pria muda itu.
Naren, yang mengenali suara Karin, seketika berusaha menyembunyikan ponselnya. Ia berusaha menghindari tatapan wanita muda yang berdiri di samping mejanya itu. Farel pun melakukan hal yang sama. Ia berusaha menyembunyikan teropong binokular miliknya di balik mangkuk mi ayam. Keduanya bertingkah aneh, seolah-olah sedang tertangkap basah melakukan sebuah pelanggaran.
Karin pun menyadari ada yang aneh dari kedua pria di hadapannya itu. Matanya langsung tertuju kepada teropong binokular yang disembunyikan Farel di balik mangkuk mi ayam, kemudian kepada sepasang pria dan wanita di seberang jalan. Setelah menyadari apa yang terjadi, ia pun menampakkan senyum serta lirikan menggoda di wajah cantiknya.
“Oh, perselingkuhan siapa lagi yang kalian selidiki saat ini? Artis? Pejabat?” tanya Karin sambil meraih teropong binokular yang Farel sembunyikan.
“Eh, itu ....” Farel merasa ragu, mempertimbangkan harus memberitahu Karin atau tidak. Namun, berbohong pun percuma karena Karin sudah berhasil melihat pasangan di seberang sana yang sedang memasuki sebuah butik gaun malam.
“Sebentar, kalau aku tidak salah lihat, bukankah itu Marion, yang mantan artis sinetron itu, kan? Lalu wanita di sampingnya, kok, kaya Nadia, Lotuber sosialita itu?” tanya Karin sambil tetap memfokuskan pandangannya ke jendela.
Naren dan Farel tidak langsung menjawab semua dugaan Karin. Mereka memilih diam dan berpura-pura tidak mendengar ucapan wanita muda berkucir kuda itu.
“Mau sampai kapan kalian mengurusi kisah pelakorpelakor itu? Kenapa tidak menuruti saranku untuk mendaftar jadi polisi?”
Naren dan Farel adalah adik tingkat Karin semasa kuliah dulu. Karin sudah pernah menyarankan keduanya untuk ikut mendaftar di kepolisian karena ia menyadari bakat dan kemampuan istimewa mereka berdua. Namun, dengan alasan tidak ingin bekerja di bawah kungkungan, keduanya sepakat menolak tawaran itu.
Pada saat Karin memilih masuk ke kepolisian, Naren dan Farel justru memilih untuk membangun bisnis detektif swasta yang sebenarnya belum memiliki dasar hukum kuat di negara ini. Negara ini adalah negara hukum, sehingga hampir semua kasus menjadi wewenang kepolisian. Karena itulah, kasus yang sering mereka dapatkan hanya seputar perselingkuhan, mencari barang hilang, menyelidiki orang, atau penipuan kecil-kecilan.
“Ish, Mbak Karin. Terkadang kasus yang kita anggap kecil seperti ini mengarah pada hal yang besar, Mbak.” Naren akhirnya memutuskan berbicara karena tidak terima dengan perkataan seniornya itu.
“Oh, hal yang besar seperti itu maksudmu?” Karin menunjuk pada tiga orang dewasa yang sedang mempertontonkan aksi jambak-jambakan di luar sana.
Rupanya, orang yang Naren kirimi pesan tadi adalah istri Marion yang ikut membuntuti suaminya secara diam-diam dari rumah. Ia memutuskan untuk langsung menghampiri sang suami dan menyerang Nadia, setelah mendapatkan konfirmasi dari Naren dan Farel. Sebenarnya Naren dan Farel pun cukup terkejut dengan keputusan klien mereka yang tiba-tiba itu, karena sebelumnya ia sudah berjanji akan menyelesaikan masalah ini tanpa perlu mempertontonkannya pada publik.
“Aku yakin, polisi pun akan sangat pusing mengurusi orang-orang semacam itu, jadi ... terimakasih, ya, atas kerja keras kalian.” Lagi-lagi Karin tertawa melihat ekspresi terkejut keduanya.
Menyadari kondisi di luar sana semakin ramai saja, Karin lantas bergurau dan meminta Naren dan Farel untuk menebak judul gosip apa yang akan muncul di layar kaca nanti malam. Ketiganya tertawa lepas, tanpa menyadari bahwa berita itu akan sangat jauh dari dugaan mereka.
“Selamat malam, kembali lagi di sekilas info bersama saya Naya Hamida. Seorang artis Lotube berinisial N ditemukan tewas setelah terjun dari lantai delapan apartemen miliknya. Peristiwa ini dilaporkan pertama kali oleh salah satu penjaga keamanan apartemen. Pihak kepolisian dan tim identifikasi saat ini sudah berada di TKP untuk mengidentifikasi jasad korban dan melakukan penyelidikan.”
Naren dan Farel saling bertatapan setelah melihat gedung apartemen yang sangat mereka kenal ditayangkan di layar kaca. Keduanya sedang sibuk menerka apa yang sebenarnya terjadi, ketika sebuah panggilan masuk ke ponsel Naren.
“Mbak Karin?” ucap Naren saat melihat nama seseorang di layar ponselnya.
“Iya, Mbak, kami sedang melihat beritanya, tentu kami bersedia membantu, Mbak.”
Naren meletakkan ponselnya lantas meminta Farel untuk lekas bersiap-siap ke TKP, tempat Karin menunggu mereka.