Contents
Tempat Dia Di Sini
Kuliah Sore
Sore hari tepatnya jam 16.00, Trio EAD sudah tiba di kampus. Sore itu terlihat sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang berlalu lalang. Karena memang, di sini rata-rata mereka mengambil mata kuliah pagi.
"Ji, Ning, kok gue takut ya?"
"Iya Dan sama, gue juga."
Ening dan Danu berpegang ke badan Aji, ia yang tidak nyaman dengan tingkah ke dua temannya, segera menghempasnya.
"Tidak usah berfikir aneh-aneh, ayo masuk."
Aji berlalu meninggalkan mereka, sedangkan Danu dan Ening sibuk dengan keadaan yang terkesan menyeramkan.
"Ning, bolos yuk."
"Ayo Dan, sekarang."
"Iya, gue hitung satu sampai tiga ya, baru kita lari."
"Iya."
"Satu..."
"Tapi bentar Dan, kalo kita pulang, kita mau ngapain? Gabut dong di rumah seharian."
"Oh iya, benar juga ya. Ya sudah Ning, cancel aja bolos nya. Kapan-kapan aja ya..."
"Iya Dan, setuju gue. Kalo gitu," ucapnya sembari menatap Danu
"Kita kejar Aji," jawabnya sembari menatap Ening
Mereka pun mengejarnya. Namun naas, Aji berjalan terlalu cepat atau memang mereka yang lamban, jejaknya tidak mereka temukan. Masih dalam keadaan berlari, Danu berucap keras..
"Ening, langsung ke kelas."
Tanpa jawaban, Ening hanya mengikutinya. Sesampainya di depan kelas, Danu langsung membuka pintu dan betapa terkejutnya dia ketika melihat ruangan tersebut kosong. Hendak memberitahukan Ening, namun ia terlebih dulu memasuki kelas tanpa berhenti. Alhasil, dia pun menabraknya.
"Haduh Danu, lo kenapa berdiri di sini?"
"Lihat tuh, kosong."
Ening segera memperhatikan ruangan dan benar, kosong.
"Kosong Dan."
"Iya gue tahu."
Saat tengah terdiam, tiba-tiba terlihat salah satu kursi bergeser.
"Dan."
"Ning."
Tanpa aba-aba, mereka pun meninggalkan kelas. Sampai di salah satu ruang praktik IPA, Danu memintanya berhenti.
"Stop, sebentar."
"Kenapa?"
"Capek."
"Hooh."
Saat tengah mengatur nafas, terdengar sapa Aji dari belakang.
"Kalian kenapa?"
Mereka yang tengah ketakutan, semakin menjadi ketika mendengar suara Aji.
"Bisa tidak kalo nggak bikin kaget!"
"Gue tidak bikin kaget ya, kalian sendiri yang kaget. Ini pada kenapa sih? Keringatan, nafas nya juga gitu. Kalian tidak habis..."
"Ya tidak lah, ya kali gue sama dia."
"Kenapa lo jawab gitu, gue kan tidak bilang apa-apa," ledek Aji
"Ya tidak tahu, gue ngawur jawabnya."
"Dasar mesum."
"Eh, tidak ada ya."
"Udah stop, ini malah ribut. Lo darimana Ji?"
"Gue dari toilet."
"Toilet?"
"Kalian sendiri darimana atau habis ngapain sih, kayanya capek banget?"
Danu dan Ening menjelaskan sebabnya terlihat kelelahan. Namun dari penjelasannya, Aji tidak membenarkan jika ruang kelas kosong. Pasalnya, ia sendiri baru saja dari kelas, dan ruangan sudah penuh dengan anak yang lain. Mereka yang tidak percaya dengan pengakuan Aji, menyangkal jika apa yang dikatakannya adalah tidak benar.
Seakan ingin membuktikan, Aji mengajak mereka ke kelas. Sesampainya di sana, benar. Bangku sudah penuh dan yang terlihat kosong hanya milik Danu dan Ening.
"Lihat sendiri kan?"
Mereka terdiam dan masih berusaha menjelaskan apa yang dilihatnya beberapa menit yang lalu.
"Uda diam, sekarang duduk aja. Mungkin tadi yang kalian masuk adalah kelas sebelah. Mereka memang mata kuliah pagi, jadi sekarang kosong."
"Iya kali ya.."
Merekapun menuju bangkunya masing-masing dengan terdiam dan dengan perasaan bingung.
*Beberapa jam kemudian
2 jam kemudian pembelajaran selesai dan seluruh mahasiswa dipersilahkan pulang. Untuk menuju parkiran, mereka harus melewati tangga menuju loker.
"Ening dan Danu, kalian wajib nemenin gue ambil laptop di loker," ucap Aji
"Tidak-tidak, gue mau langsung pulang. Tidak berani gue, mana lampu tangga nya remang, belum lagi sampai loker, lampu cuma satu mana di tengah."
"Hooh betul," ucap Ening
"Jadi,"
"Kita duluan," ucap mereka sembari meninggalkan Aji
Aji yang kekeh untuk meminta mereka menemaninya ke loker, ia pun mengejar. Dan beruntung, Danu dan Ening tertangkap tepat di pintu masuk menuju loker.
"Nah kan, kalian memang diizinkan ke loker. Ayo," ucap Aji
"Apa sih Ji, tidak-tidak. Gue mau pulang," rengek Ening
"Iya, setelah ambil laptop kita pulang."
"Tidak gue maunya sekarang."
"Iya sekarang ambil laptopnya."
"Bukan itu, tapi pulangnya. Gue mau pulang sekarang."
Ening tetap kekeh dengan keputusannya, sedangkan Danu terdiam mengikutinya.
"Udahlah Ning, ikutin aja. Biar cepat pulang, daripada lo pulang sekarang, lihat tuh gelap."
Ening melihat sekitar, dan benar. Malam terlihat menyeramkan.
"Ya sudah, tapi jangan lama-lama."
"Iya, lagian mana ada ambil laptop aja lama."
"Ya sudah ayo," ucap Ening sembari mendorong Aji turun tangga
Perlahan mereka menuruni anak tangga, dengan posisi Aji di depan, Ening tengah, dan Danu yang terakhir. Sesampainya di bawah, Danu dan Ening memutuskan untuk menunggu di anak tangga. Sedangkan Aji dipersilahkan menuju lokernya sendiri.
"Kita tunggu di sini, lo ambil sendiri," ucap Ening
"Iya."
Suasana menegangkan, ditambah pencahayaan yang kurang, dan hening menambah kengerian malam ini. Selama berdiri di sana, Danu bungkam seribu bahasa. Jangankan melihat sekitar, menatap Ening pun ia enggan.
"Dan, Danu."
"Diam," jawabnya pelan
Ening yang mendengar jawaban tersebut, seketika terdiam dan mulai merasa merinding.
"Dan, lo jangan gitu ih. Gue takut ini," ucap Ening
Danu kembali tidak menggubrisnya.
"Aji, udah belum?"
"Ssttt, diam. Jangan berisik kak," jawab Danu
Ening yang mendengarnya, langsung berlari menuju Aji dan berdiri di belakangnya.
"Aji, Aji, Danu Ji. Dia kerasukan, Ji gue takut."
Danu perlahan mendekat ke arah mereka dan Aji, Ening perlahan mundur.
"Ening, lo tenang. Jangan panik."
"Gimana gue tidak panik? Gue takut Ji, gue takut."
"Tenang, ada gue."
"Hallo kak, Ening Ening," ucap sosok yang ada di dalam badan Danu
"Kamu siapa," ucap Aji tegas
"Ening, Ening."
"Jangan ganggu, atau saya usir paksa kamu."
Tanpa perlawanan, sosok tersebut keluar dari badannya. Dan Danu langsung tergelatak tanpa tenaga.
"Ening, bawa tasnya. Gue bawa Danu."
"Iya Ji."
Mereka pun meninggalkan loker tersebut dengan cepat. Namun saat menaiki anak tangga, langkah mereka terhenti karena pintu menuju loker terbuka tertutup dengan sendirinya, seperti ada yang memainkan.
"Ji, gimana ini?"
"Tenang Ning, lo ikuti gue dan jangan jauh-jauh dari gue."
Ening yang sedari awal takut, nyalinya semakin ciut ketika menyaksikan moment tersebut. Berjalan pelan menuju pintu, dan berusaha melewatinya dengan tenang.
"Ayo," ucap Aji sembari berlari
Merekapun menuju parkiran. Sesampainya di sana, Aji meletakkan Danu di bangku security. Diberikannya P3K agar ia terbangun. Beberapa menit kemudian, Danu tersadar dan langsung memeluk erat Ening.
"Ih, lo jangan ambil kesempatan dalam kesempitan ya," ucap Ening tegas
"Iya sorry, gue takut Ning."
"Iya gue juga takut."
"Udah udah, malah pada ribut. Lagian kalian kenapa jam segini belum pulang? Peraturan di kampus kan tidak boleh melewati jam 18.00," ucap pak Mukhlis security
"Maaf pak."
"Memangnya kalian darimana?"
"Kita dari loker pak, mengambil laptop saya."
"Loker? Memang pintunya tidak terkunci?"
"Tidak pak, pas kami tiba di sana, pintunya sama sekali tidak terkunci. Jangankan dikunci, tertutup saja tidak."
"Masa sih?"
"Iya pak, betul."
"Iya pak, masa kita bohong sih," tambah Ening
"Ya sudah, kalian pulang saja. Saya peringatkan, kalian jangan mengulang kejadian ini. Faham ya?"
"Memang ada apa pak?"
"Tidak ada apa-apa, kalian pulang sekarang. Saya mau patroli."
Mereka merasa ada yang disembunyikan oleh pak Mukhlis, namun karena di pos security tinggal bertiga, mereka pun pergi dari sana.