Contents
Tempat Dia Di Sini
Bercerita Perihal Tempo Lalu
Kring kring, alarm ponsel berdering kencang. Ening yang tengah tertidur pulas, harus terbangun karena suara tersebut.
"Hih, perasaan baru tidur, udah pagi aja!"
Segera ia beranjak dari ranjang dan langsung menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Ening selesai dan langsung bersiap menuju kampus. Saat akan pergi, ponsel nya berdering pertanda adanya panggilan masuk. Dari layar terlihat nama Trio EAD. Sedikit alay, namun itulah nama grup pertemanan mereka di ponsel, Trio Ening Aji dan Danu.
"Lo mau kemana Ning?"
"Kampus lah, kalian sendiri kenapa masih, lo pada baru bangun tidur ya?"
"Ya iyalah," ucap Danu
"Ini udah jam berapa woy, nanti telat lagi baru tahu rasa."
"Heh, makanya dibiasakan lihat grup, baca! Jangan terlalu rajin kampusnya, sesekali temenin gue yang suka bermalas-malasan napa haha," ledek Danu
"Ini pada kenapa sih, coba lihat grup Ning. Jadwal kuliah diundur nanti sore," ucap Aji
"Hah, serius?"
Ening membuka grup kelas dan benar, jadwal diundur karena suatu hal.
"Kok bisa, terus gimana?"
"Ya tidak gimana-gimana, terus gimana? Lo maunya gimana?"
"Hih, Danu. Serius sekali bisa tidak?"
"Jangan deh, nanti kalo serius, lo belum siap," ledeknya kembali
"Dih, apaan sih."
"Udah-udah, mending kita ke cafe aja yuk. Sayang juga, lo udah cantik masa di anggurin haha," guyon Aji
"
"Gas, sekarang gue meluncur."
"Oke, gue mandi bentar."
"What, mandi?"
"Iya, gue belum mandi Ening"
"Ya sudah, jangan lama-lama. Gue tidak mau nunggu, telat 2 menit, gue pulang."
Panggilan pun diakhiri, masing-masing dari mereka bersiap menuju cafe.
*Beberapa Jam Kemudian
Satu jam kemudian, Ening tiba di sana. Di meja nomor 6 sudah duduk Aji sendiri.
"Hay, sudah lama?"
"Belum,"
"Lo tidak bareng Danu?"
"Tidak, rumah aja beda arah. Yakali bareng,"
"Siapa tahu kan,"
Saat tengah mengobrol, Danu menyapanya dengan keras.
"Sorry sorry, nunggu lama ya?"
"Iya, satu jam gue disini," jawab Ening
"Sorry,"
"Tidak, kita baru sampai kok," ucap Aji
"Thank's bro, lo pasti bela gue."
"Jijik gue," ucap Aji
Beberapa menit kemudian, pesanan mereka sudah tiba di meja. Sembari bersantai, Aji menyinggung sebab pingsannya Ening tempo lalu.
"Ning,"
"Iya, gue tahu lo mau nanya apa."
"Widih, keren nih. Pingsan sehari langsung punya kelebihan udah tahu lebih dulu apa yang mau gue bilang."
"Lo jangan gitu deh, gue takut beneran tahu."
"Emang ada apa sih, lo kenapa sebenarnya," timpal Danu
"Jadi,"
Ening menceritakan secara detail apa yang terjadi kepadanya. Setelah mendengar semuanya, Danu dan Aji merasa takut akan cerita tersebut. Beberapa kali pula, mereka mempertanyakan kebenaran dari ceritanya dan Ening yang mengalami sendiri, menegaskan jika apa yang diceritakan seperti kenyataan.
Setelah mengetahui apa yang terjadi, Aji dan Danu bercerita perihal apa yang dilakukan Ening selama ia tidak sadarkan diri.
"Jadi, setelah lo lihat ke arah gue dan balik ke posisi semula, lo meletakkan kepala di atas meja Ning," ucap Aji
"Gue kira lo tidur atau lagi malas, jadi gue tidak ganggu. Tapi lama kelamaan, kepala lo gerak kanan kiri seolah takut akan sesuatu. Gue yang penasaran, akhirnya menggeser bangku lo dengan kaki. Tapi lo tidak merespon, dan dari sinilah gue tahu kalo ada yang tidak beres sama lo," lanjutnya
"Setelah itu, gue mengendap ke samping lo dan gue lihat dari bawah. Wajah lo keringatan, sampai lengan dan meja basah. Gue yang tahu itu, langsung berusaha membangunkan lo dan dosen sempat membantu juga. Lo juga merintih seperti minta tolong, tapi kita semua tidak ada yang tahu lo kenapa. Sampai akhirnya, dosen memutuskan untuk membawa lo ke klinik. Selama di sana, keadaan lo masih sama. Badan lo semakin basah karena keringat, tahu kalo ini bukan sakit biasa, kami memanggil ustadz untuk membantu lo. Percobaan 2 kali gagal, dan yang ke tiga baru berhasil."
"Serius Ning, gue khawatir sama lo," ucap Danu
"Iya, lanjut."
"Sadar lo ini tidak bertahan lama, karena beberapa jam kemudian lo seperti itu lagi Ning. Dan kami kembali memanggil ustadz. Proses ruqiah yang ke dua ini dibilang lebih singkat, dan pak ustadz berhasil berkomunikasi dengan sosok yang masuk ke badan lo," lanjut Aji
"Terus dia siapa? Darimana, lo tanya lengkap kan?"
"Nama dia Ningrum, dia masuk ke badan lo karena saat itu lo lagi datang bulan, jadi mudah bagi dia. Dan nama lo juga dianggap sama, sama-sama Ning," pungkasnya
"Terus,"
"Sudah, itu saja yang pak ustadz tanyakan."
"Perihal pakaian atau fisik tidak pak ustadz tanyakan?"
"Tidak."
Ening merasa kecewa dengan cerita yang dianggap gantung tersebut, dan ia juga lega karena sudah tahu apa yang terjadi dengannya. Setelah bercerita, mereka bersantai seperti biasa. Hingga akhirnya, siang pun tiba dan mereka memutuskan untuk pulang.