Try new experience
with our app

INSTALL

Tempat Dia Di Sini 

Siapa "Dia"?

Pembelajaran dilanjutkan, seluruh mahasiswa terdiam dan fokus memperhatikan. Kecuali Ening, dia tampak tidak fokus ke materi. Fikirannya teringat dengan apa yang lihatnya di tangga loker. Dari sinilah, muncul rasa penasaran dan beberapa pertanyaan. Saat tengah melamun, Aji yang menempati bangku di belakangnya, menyadari lamunan Ening. Segera ia menyadarkannya dengan berbisik pelan sembari menyentuh pundaknya. 


"Fokus, jangan melamun!"


Ening yang terkejut, segera mengalihkan pandangan ke sumber suara. Di sinilah, dia semakin menjadi ketika ekor matanya menangkap seseorang yang tengah duduk di bangku belakang pojok kanan dengan pakaian putih. Pandangan ke dua dilihatnya dengan tatapan penuh, namun bukan sosok berbaju putih yang ia lihat seperti sebelumnya. 


Iya, di sana tengah duduk seorang mahasiswa perempuan dengan pakaian berwarna gelap. Aji yang kembali merasa adanya keanehan, segera menatap ke arah belakang. Dengan raut wajah penasaran, ia memberikan pertanyaan kepada Ening.


"Lo kenapa? Apa yang lo lihat?"

"Tidak Ji, tidak ada apa-apa," ucapnya sembari duduk mengarah depan


Aji yang masih bertanya-tanya, kembali ia melihat ke arah belakang. Masih sama, tidak ada perubahan. Danu yang melihat, segera menanyakan apa yang sudah terjadi. Dari samping kiri Aji, ia menyeru pelan.


"Kenapa bro, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa"


Bukan enggan memberitahukan, namun memang dia tidak mengetahui apa yang sudah Ening lihat. 


*Beberapa Jam Kemudian


2 Jam berlalu, dosen izin keluar dan mereka diberikan tugas. Seperti pada umumnya, setiap guru pengajar tidak berada di kelas, seluruh murid/mahasiswa membuat kericuhan. Di saat yang lain tengah asik dengan permainannya, hal aneh terjadi kepada Ening. 


Saat ini dia sudah berada di depan pintu anak tangga untuk menuju loker yang memang berada di bawah. Tujuan diberikannya pintu adalah untuk menjaga keamanan barang seluruh mahasiswa. Pasalnya, beberapa hari yang lalu telah terjadi pencurian di loker tersebut, sebuah laptop dan sepatu hilang untuk yang kesekian kali. 


"Loh, ini kenapa gue disini?" 


Ening bingung dengan apa yang menimpanya, beberapa detik yang lalu dia masih di ruang kelas, namun kenapa sekarang sudah berada di anak tangga menuju loker? Di sini, dia tidak mengingat apapun, bahkan kejadian pagi tadi yang membuatnya berlarian pun dia tidak mengingat. 


Di tengah kebingungan dan kebimbangannya, ia memutuskan beranjak dari sana. Namun sangat disayangkan, langkahnya terhenti ketika rintihan suara "tolong" terdengar jelas di telinga. Dan yang lebih membuatnya penasaran, suara tersebut berasal dari bawah. Terdiam sejenak, hingga akhirnya dia memutuskan menghampiri suara tersebut.


Perlahan Ening menuruni anak tangga, dengan sapa yang menanyakan "siapa di sana? Apa ada orang?" 

Kalimat tersebut diulangnya beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Hingga akhirnya, kakinya menginjak anak tangga terakhir. Pandangan pertama langsung mengarah ke ruang loker, gelap. Hanya ada satu penerangan, itu pun di tengah ruangan. 


Kembali ia mengulang pertanyaannya, 


"Siapa di sana? Hey, apa ada orang?"


Sunyi, hening, tidak terdengar suara apapun. Merasa ada yang aneh, ia pun berniat kembali ke atas. Di ruang loker, ada dua anak tangga yang bisa dilewati mahasiswa. Satu di sebelah timur, dan satunya di sebelah barat. Karena posisinya tepat berada di bawah tangga sebalah kiri, ia pun langsung menaiki tangga tersebut. 


Saat akan melangkah dan badan membelakangi loker, terdengar kembali rintihan "tolong." Kali ini, Ening menghiraukan suara tersebut, dan langsung menaiki anak tangga dengan laju yang cepat disertai rintihan yang semakin cepat dan keras. Belum sepenuhnya berada di atas, terdengar keras pintu tertutup. Ening yang mendengar dan melihatnya, seketika menghentikan langkah dan berhenti di salah satu anak tangga. 


Di tengah ketakutannya, terlihat sosok perempuan berpakaian putih berwajah pucat sudah berada di depannya dengan jarak yang tidak terlalu jauh. 


"Kamu siapa?"

"Kak, tolong" 


Rintihan tersebut terdengar menyayat hati, saat tengah terdiam, tiba-tiba sosok tersebut perlahan berubah menjadi sosok perempuan berseragam SMA dengan wajah menyeramkan dan darah mengalir dari bawahnya. 


"Kamu ngapain kesini," ucapnya sembari mengulurkan salah satu tangan


Ening yang ketakutan, segera berlari dan menuju ke tangga sebelah barat. Berusaha meminta tolong, dan menjauh dari sosok tersebut, Ening menangis. Sebuah ruangan yang sebelumnya hening, sekarang terdengar ramai karena langkah kaki yang terdengar keras dan pantulan dari suaranya yang meminta tolong. Sesampainya di tangga tersebut, Ening langsung menaikinya denga sisa tenaga yang dia miliki. 


Belum setengah ia menjamah tangga tersebut, badannya sudah terasa lemas dan tergeletak di anak tangga. Samar terlihat sosok tersebut mendekat ke arahnya, namun sekarang mengenakan pakaian putih lusuh, bukan lagi seragam SMA. Dengan pelan dia menyeru, "kak, tolong." 


*Di Klinik


"Ening, alhamdulillah lo udah sadar Ning. Kita khawatir sama lo," ucap Danu 

"Gue sakit?"

"Tidak cuma sakit, lo teriak-teriak juga Ning. Lo minta tolong, dan lo tahu tidak ini hari apa?"

"Em, senin kan?"

"Senin pala lo, ini selasa!"


Ening yang terkejut dengan pernyataannya, segera merebut ponsel Danu dan melihat kalender di lockscreennya. 


"Selasa," ucapnya pelan

"Iya, lo tidak sadar sehari. Bayangin, Ening si tukang bikin ribut, kemarin diam tidak gerak sedikitpun. Gue kan jadi kesepian"

"Lo apaan sih Dan, genting gini masih bisa becanda," ucap Aji


Saat tengah mengobrol, beberapa dosen menghampiri mereka dan menanyakan apa yang sudah terjadi sebenarnya. Di sinilah, ia menceritakan semua. Betapa terkejutnya seluruh dosen dan kedua temannya, setelah mendengar pengakuan Ening. 


Setelah mendengar kronologi tersebut, dosen memintanya untuk mengajukan absen beberapa minggu. Namun Ening menolak dan meminta agar tetap diizinkan masuk kuliah dan ia meyakinkan semuanya bahwa kejadian tempo lalu tidak akan terulang. Beruntung, berkat kegigihannya meyakinkan dosen, Ening diizinkan masuk kuliah seperti biasa.