Try new experience
with our app

INSTALL

Tempat Dia Di Sini 

Prolog, Tangga Loker Sebelah Timur

Pagi yang cerah, Aji melakukan aktivitasnya seperti biasa. Iya, ia sekarang merupakan mahasiswa baru di salah satu Universitas. Karena masih awam, dia pun belum punya banyak teman di sana. Walaupun terbilang baru, namun tingkat kepercayaan dirinya patut diberikan apresiasi. Pasalnya, hanya hitungan minggu sebagai maba, Aji sudah mempunyai 2 teman akrab yang bernama Danu dan Ening. 


*Di Loker Kampus


"Ning, tugas lo udah kelar belum?"

"Kenapa lo tanya tugas? Mau copas lagi?"

"Hehe," jawabnya sembari tersenyum

"Tidak-tidak, yang hari lalu aja copas, masa sekarang copas lagi!"

"Ning, please. Cepetan, 15 menit lagi masuk ini, gue tidak ada waktu lagi," ucapnya memohon

"Bodo, itu urusan lo."

"Lo mah gitu, Ening udah tidak sayang aa Danu."

"Dih, geli gue!"


Saat tengah berdebat, tiba-tiba Aji melerai dari arah kiri.


"Apaan sih kalian, masih pagi udah ribut masalah tugas," ucapnya sembari mengambil barang dari ransel

"Nih, punya gue. Kalau salah, jangan salahin gue. Tapi kalo benar, lo harus traktir gue. Gimana?"


( Hening )


"Gimana?"

"Iya iya," jawabnya sembari mengambil buku tersebut kemudian berlalu meninggalkan mereka di sana


Tertinggal 2 orang, Aji dan Ening. Sepi, tidak terdengar suara sedikitpun. Sampai akhirnya, pukulan keras dari besi yang tengah beradu memecahkan keheningan. Mereka yang mendengar, sontak tidak bergerak sedikitpun. Rasa takut yang menyelimuti dan hening ruangan loker, Ening pun memberikan pertanyaan ke Aji dengan suara pelan.


"Ji, lo ke sini sendiri kan?" 

"Iya gue sendiri," jawabnya pelan

"Terus itu suara apa?"

"Gue tidak tahu, lo jangan melakukan apa-apa sebelum gue hitung sampai tiga, oke."


Ening menganggukkan kepala pertanda faham dengan apa yang diucapnya. Setelah itu, dengan aba-aba pelan dan tegang, Aji mulai menghitung tanpa menoleh ke arah sumber suara. Belum selesai hitungan, Ening sudah berlari kencang ke arah kanan. 


"Ning tungguin gue," ucapnya keras sembari mengejar Ening


Beberapa detik kemudian, datang dari arah kiri tepatnya anak tangga, seorang security dengan membawa 2 buah besi ukuran sedang. Ia yang melihat Aji dan Ening berlari ketakutan, sontak bergumam pelan. 


"Lah, mereka kenapa? Lihat setan kali ya," ucapnya sebagai candaan 


Saat tengah tertawa, terdengar samar tawa nyaring dari ruang tersebut. Pak Salim yang mendengar, kemudian bergegas meninggalkan loker. 


*Di Depan Kelas


Dengan nafas yang terengah-engah, Aji dan Ening berhenti di depan pintu kelas. 


"Gila, itu tadi suara apa ya?"

"Gue tidak tahu, lo ada minum tidak?"


Ening memberikan sebotol air mineral ke Aji. Diminumnya air tersebut dan tidak menyisakannya. 


"Gila lo, air segini banyak lo habisin?"

"Gue haus, gara-gara lo."

"Gue lari karena tadi lihat baju putih dari balik tembok tangga," ucapnya pelan 

"Mana ada setan pagi-pagi, lo salah lihat itu. Maka nya kalo mau ke kampus, mandi. Jangan bangun tidur langsung pergi."

"Ih, apaan sih. Gue mandi kali, tapi emang benar tadi gue lihat Ji."

"Udah, jangan dibahas. Mending masuk kelas aja, kayanya dosen udah datang deh."

"Iya juga sih, tapi gue haus Ji."

"Udah, minumnya nanti aja kalo pulang. Matkul cuma satu ini."

"Iya satu, tapi 3 jam!"


Aji yang mendengar, meledeknya dengan tawa kecil.


"Ketawa lo, udah lah gue mau ke kantin sebentar."

"Tidak, lo masuk sekarang." 


Terjadi perdebatan kecil dan saling tarik menarik tangan antara mereka. Sampai akhirnya, pintu terbuka dan Aji, Ening terjatuh. Seluruh mahasiswa dan dosen menyasikkan mereka.


"Apa-apa ini. Kalian ini ya, udah telat, terus berantem di depan kelas, ini lagi malah pelukan di depan saya."

"Iya ta," jawaban Aji terpotong oleh Ening

"Maaf pak, kami salah."

"Bagus, kalian mengaku salah. Sekarang duduk, besok jangan diulang lagi. Faham kalian!"

"Faham pak," ucap mereka serentak


Merekapun menuju ke bangku masing-masing, namun baru beberapa langkah, Ening menghentikan langkahnya untuk meminta izin ke kantin. 


"Pak maaf"

"Apa!"

"Saya boleh izin ke kantin sebentar, saya haus pak."


Aji yang mendengar itu, langsung menimpali pertanyaannya.


"Maaf pak, dia memang suka kabur-kaburan kalo disuruh belajar."

"Tapi,"

"Tidak ada tapi-tapian, duduk sekarang."

"Kok lo yang galak sih?"

"Tidak ada yang galak Ning"

"Udah-udah malah ribut lagi, kalian berdua sekarang duduk!"


Merekapun tidak bisa bertindak lebih dan memilih untuk menuju ke bangkunya masing-masing.